Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-07-05 16:19:14    
Petenis Putri Tiongkok Li Na Berhenti di Perempatfinal di Wenbledon 2006

cri

Petenis putri Tiongkok Li Na akhirnya dikalahkan juga oleh petenis Belgia Kim Clijsters, unggulan kedua dalam pertandingan perempat final tenis putri Wimbledon 2006 dengan skor 4-6, 5-7. Wartawan-wartawan Tiongkok di lapangan semuanya menyatakan sayang atas kekalahan yang dialami Li Na dan sekaligus merasa bangga atas dirinya karena Li Na memang sempat memaksa Kim Clijsters menunjukkan perjuangan maksimal. Penampilan luar biasa Li Na itu juga mendapat tepuk tangan riuh yang gemuruh dari para penonton.

Seusai pertandingan, Li Na dengan tersenyum meninggalkan lapangan "centre court". Kepada wartawan ia menyatakan puas atas pengalamannya di lapangan pusat itu.

Kekalahan yang dialami Li Na sebagai bibit nomor 27 dalam pertandingan seperempat final itu memang sayang sekali. Penampilannya dalam pertandingan, khususnya di set kedua cukup memuaskan karena berkali-kali membuat Clijsters berbuat kesalahan. Ketika Li Na sempat unggul dengan skor 5:2 di set kedua, dia memang diharapkan dapat menang untuk mengejar skor menjadi 1:1.

Akan tetapi, Clijsters yang berpengalaman banyak tepat pada waktunya mengubah taktik dan permainannya. Dengan perpaduan bermain di depan net dan di bottom line, gadis berusia 23 ini akhirnya berhasil memetik angka demi angka, sehingga pertarungan antara kedua pemain itu pun menjadi sengit sekali. Clijsters dua kali unggul, tapi dua kali dipaksa deuce oleh Li Na, tapi akhirnya Clijsters memenangkan set kedua melalui kesalahan Li Na yang melakukan pukulan out. Di depan jumpa pers seusai pertandingan, Kim Clijsters memuji Li Na sebagai petenis yang ulung.

Mengenai kekurangan dirinya, Li Na menarik kesimpulan sebagai berikut: "Semua pemain terbaik unggul dalam memegang peluang, begitu pula dengan Kim. Ketika ia tertinggal di set kedua, Kim tepat pada waktunya mengubah irama, dan dari situlah termanifestasi kepandaiannya sebagai pemain unggulan kedua di dunia." Li Na juga mengakui dia cukup tegang dalam pertandingan.

Ketegangan psikologis yang dialami Li Na itu disebabkan kesenjangan taraf antara kedua pemain. Li Na berpendapat, walaupun para petenis putri Tiongkok terus berlatih dengan rajin dan banyak kali mengikuti turnamen kaliber dunia, namun mereka termasuk dirinya sendiri masih perlu digembleng terus, khususnya melalui turnamen internasional.

Li Na mengakui tidak terlalu sesal setelah dikalahkan oleh Kim Clijsters. Mengenai idolanya, Li Na tanpa ragu-ragu menyatakan Andrei Aggasi dari Amerika Serikat adalah petenis yang paling disukainya. Ia mengatakan: "Andrei Aggasi pandai bermain di bottom line, dan karena itu permainan saya agak mirip dengan dia. Ia adalah idola saya."

Mengenai penampilan luar biasa Li Na dan rekan-rekannya di turnamen dan grand prix tahun-tahun akhir ini, wartawan Barat umumnya menyatakan terkejut, dan menganggap bangkitnya petenis putri Tiongkok sebagai "kejutan". Pada hal, kalangan petenis Tiongkok sudah lama mempersiapkan diri untuk menunjukkan kehebatannya di jenjang kaliber dunia.

Dalam Olimpiade Athena dua tahun yang lalu, pemain ganda putri Tiongkok tampil sebagai juara nomor ganda putri tenis. Sekarang tampillah Li Na sebagai salah satu petenis di 8 besar di Wimbledon 2006. Mudah-mudahan para petenis putri Tiongkok dapat mengikuti jejak para petenis putri Rusia untuk benar-benar menunjukkan kehadiriannya sebagai salah satu kolektif yang tak boleh diabaikan lagi di lapangan tenis.