Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-07-10 14:02:05    
Gelar Juara Turnamen Grand Slam Tidak "Asing" Lagi bagi Petenis Tiongkok

cri

Gelar juara turnamen tenis grand slam bukanlah barang sembarangan yang bisa diperoleh petenis, apa lagi bagi para pemain tenis Tiongkok yang cukup terbelakang di bidang itu dalam jangka waktu panjang. Akan tetapi, dalam waktu tidak sampai tiga tahun antara tahun 2004 dan 2006, para pecandu olahraga tenis di seluruh dunia dengan terkejut menyaksikan kebangkitan mendadak petenis Tiongkok. Dalam pertandingan final nomor ganda putri Turnamen Tenis Wimbledon yang berakhir tanggal 9 waktu setempat, pasangan ganda putri Zheng Jie/Yan Zi dari Tiongkok berhasil menundukkan pasangan lawan dengan skor 2:1 untuk tampil sebagai juara. Ini merupakan pertama petenis Tiongkok meraih gelar juara di Wimbledon. Sebelumnya pasangan ganda putri Tiongkok sudah sempat membikin kejutan di Australia Terbuka awal tahun ini dengan menjuarai nomor ganda putri. Dengan demikian pasangan itu sudah menggandong dua gelar grand slam dalam satu tahun ini. Berikut kami sampaikan laporan tentang perkembangan olahraga tenis di Tiongkok.

Di pertandingan cabang tenis Olimpiade Yunani tahun 2004, pasangan Li Ting/Sun Tiantian memetik gelar juara nomor ganda putri, suatu prestasi yang cukup mengagumkan. Dari itu termanifestasila pula kemajuan tenis Tiongkok serta kehebatan para pemain Tiongkok. Yang menggembirakan ialah dalam waktu 2 tahun kemudian, para pemain tenis Tiongkok mencapai kemajuan yang lebih pesat lagi dengan mengantongi gelar juara dari turnamen grand slam.

Apa yang disebut grad slam terdiri dari turnamen-turnamen Australia Terbuka, Perancis Terbuka, Wimbledon Inggirs dan Amerika Terbuka. Keempat turnamen itu merupakan turnamen tenis yang bersejarah paling lama, bertaraf paling tinggi dan paling sengit persaiangannya, yaitu mewakil taraf paling tinggi dunia. Dalam pertandingan ganda putri Australia Terbuka Januari tahun 2006, pasangan ganda Tiongkok Zheng Jie/Yanzi merebut gelar juara. Setelah itu pasangan itu meraih pula gelar juara Jerman Terbuka sebagai salah satu turnamen kelas satu WTA. Berkat dua gelar juara itu, peringkatnya pun memasuki 10 besar dunia. Di Prancis Terbuka Mei lalu, Zheng Jie/Yanzi melangkah maju ke semi-final. Di pertandingan final Wimbledon yang baru saja berakhir, mereka berhasil ke luar sebagai juara. Dengan keberhasilan itu, pemian tenis tidak asing lagi bagi para sponsor turnamen-turnamen grand slam.

Setelah Zheng Jie/Yan Zi merebut gelar juara, para pemain tenis ganda putri Tiongkok tak pelak lagi sudah mencapai taraf maju dunia. Di nomor tunggal putri, petenis Tiongkok juga telah mencapai kemajuan yang menonjol. Jauh pada Australia Terbuka tahun 2005, seluruhnya 6 petenis putri Tiongkok menampilkan diri di nomor tunggal putri, sehingga petenis andalan Amerika, Lindasay Davenport pun terkesan daripadanya. Di Turnamen Wimbledon tahun ini, petenis tunggal putri Tiongkok, Li Na melangkah maju ke perempat final, suatu prestasi terbaik yang dicetak petenis putri Tiongkok di gram slam. Dalam pertandingannya di turnamen ini, Li Na berturut-turut mengalahkan beberapa petenis terkenal, antara lain, juara Amerika Terbuka Svetlana Kuznetsova dari Rusia. Akhirnya Li Na dikalahkan Kim Clijsters dari Belgia sebagai unggulan kedua Wimbledon kali ini. Selain Li Na, rekan-rekannya seperti Zheng Jie dan Peng Shuai juga mencetak prestasi yang memuaskan.

Mengenai terobosan yang dicapai para pemain tenis putri Tiongkok dalam waktu dua tahun terakhir ini, pelatih kepala tim putri Tiongkok, Jiang Hongwei menyatakan penghargaan sementara berharap mereka terus memelihara momentum itu.

Mengenai sebab dicapainya kemajuan begitu pesat oleh para petenis Tiongkok, pihak terkait menyimpulkannya sebagai berpegang teguh pada perjalalan profesionisme, yaitu mengharuskan para pemain mengikuti turnamen profesional WTA. Sebelumnya kalangan tenis internasional mengakui bahwa para pemain Tiongkok memiliki teknik yang cukup baik, tapi sayang kekurangan pengalaman berlaga di turnamen kaliber dunia. Melalui penggembelangan di turnamen-turnamen profesional antara tahun 2004 dan 2006, para pemain Tiongkok mencapai kemajuan pesat sehingga setapak demi setapak mendekati gelar juara turnamen grand slam. Kehebatannya pun memberikan kesean mendalam terhadap dunia tenis. Dulu petenis kaliber dunia enggan memilih petenis Tiongkok sebagai mitra latihan, tapi sekarang biarpun Marina Hingis dari Swiss yang menempati peringkat pertama bersedia berlatih bersama dengan petenis Tiongkok. Melalui latihan dan pertandingan dengan para petenis yang bertaraf tinggi, taraf tenis Tiongkok pun memasuki sirkulasi kondusif.

Sekarang kedudukan petenis Tiongkok di turnamen grand slam sudah meningkat dengan nyata, namun yang diperhatikan oleh kalangan tenis adalah meningkatnya taraf para pemain.

Melalui penampilannya di beberapa turnamen grand slam, para petenis Tiongkok sudah berhasil memperagakan kekuatan riilnya kepada dunia tenis. Pada masa depan, mereka sudah menargetkan Olimpiade Beijing tahun 2008, dengan harapan dapat mencapai prestasi yang lebih baik di samping terus meraih gelar juara di turnamen grand slam.