Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-07-20 13:29:17    
Inspirasi Tragedi Terjadinya Kembali Tusnami di Indonesia

cri

Menurut angka statistik terbaru yang diumumkan pihak resmi Indonesia kemarin, jumlah korban tewas dalam tsunami akibat gempa bumi di perairan laut bagian selatan Pulau Jawa hari Senin lalu telah bertambah menjadi 550 orang, 275 orang lainnya hilang. Ini merupakan serangan tsunami paling serius yang dialami Indonesia untuk kedua kalinya sejak akhir tahun 2004. Para pakar berpendapat, korban jiwa dalam jumlah besar yang diakibatkan sekali lagi oleh tsunami itu menunjukkan bahwa sistem peringatan dini tsunami di Indonesia perlu disempurnakan.

Para pakar berpendapat, gempa bumi dan tsunami kerap terjadi di Indonesia selama beberapa tahun ini dan mengakibatkan korban jwa dalam jumlah besar, di satu pihak karena Indonesia terletak di jalur gempa bumi Samudera Pasifik, di pihak lain juga berkaitan dengan kekurangan system peringatan dini bencana yang efektif.

Pejabat Departemen Riset dan Teknologi Indonesia hari Selasa mengakui bahwa pemerintah Indonesia pernah menerima peringatan bahaya yang dikirim Pusat Peringatan Dini Tsunami Samudera Pasifik AS dan Dinas Meteorologi Jepang bahwa gempa bumi kali ini mungkin akan mengakibatkan tsunami, tapi pemerintah tidak mengumumkan berita itu kepada publik. Menurut Kantor Berita AP, 40 menit sebelum serangan ombak laut gelombang pertama tsunami, pemerintah Indoenesia telah menerima peringatan bahaya tsunami. Akan tetapi Wakil Presiden Yusuf Kalla Selasa malam mengatakan, serangan tsunami dan gempa bumi hanya berselisih 15 menit. Ia mengatakan, tsunami datang terlalu cepat dan sama sekali tidak sempat memberikan peringatan bahaya. Sedangkan, media Indonesia menunjukkan, meskipun badan terkait pemerintah sempat memberikan tanda bahaya, berbagai daerah tetap tidak sanggup memberitahukan dan mengevakuasi semua warga dalam waktu singkat.

Seorang pejabat biro meteorologi untuk pembentukan system peringatan dini tsunami menyatakan, cara paling langsung untuk memberikan tanda bahaya tsunami kepada publik ialah memasang alat alarm di pantai. Namun, media mencatat, di pantai tempat terjadinya bencana belum dipasang perlengkapan alarm, maka, meskipun pemerintah daerah memeperoleh berita akan terjadinya tsunami, tapi tidak mungkin tepat waktunya memberitahukan kepada penduduk dan turis di dekat pantai. Dikabarkan, ketika itu, mayoritas turis di pantai sama sekali tidak tahu terjadinya gempa bumi dan karena permukaan air pasang gelombang laut amat rendah, hampir tidak ada orang menyadari merosotnya air laut, sebuah sinyalemen segera datangnya serangan tsunami, sehingga tsunami pada akhirnya mengakbiatkan jatuhnya korban jiwa yang berat.

Pada tanggal 26 Desember tahun 2004, Provinsi Aceh pernah mengalami tsunami besar Samudera Hindia sehingga ratusan ribu orang tewas dan luka-luka. Setelah itu, pemerintah Indonesia berencana membentuk sistem peringatan dini tsunami di berbagai pelosok seluruh negeri termasuk pemasangan 25 pelampung penginderaan peringatan dini tsunami , seluruh proyek itu diperkirakan akan dirampungkan pada tahun 2009. Akan tetapi, pejabat Indonesia mengungkapkan, kini hanya dipasang dua pelampung penginderaan peringatan dini tsunami di Pulau Sumatera, tapi tidak berfungsi karena terusak.

Dibandingkan dengan Indonesia, Thailand dan Malaysia, dua negera yang sama menderita tsunami Samudera Hindia tahun 2004 itu mencapai kemajuan pesat di bidang pembangunan system peringatan dini tsunami.

Karena di Indonesia setiap tahun terjadi ribuan kali gempa bumi yang berbeda skalanya, bahaya tsunami akibat gempa bumi sewaktu-waktu mengancam penduduk di sepanjang pantai, maka pakar menunjukkan, adalah sangat perlu dan mendesak untuk membangun system peringatan diri bencana yang sempurna di Indoensia.