Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-07-25 11:16:50    
Yingge, Kampung Keramik di Taiwan

cri

Yingge adalah sebuah kota kecil di Kabupaten Taipei, Taiwan, Tiongkok. Kota kuno itu terkenal dengan nama "kampung keramik" karena banyak menghasilkan produk keramik.

Industri pembuatan keramik di Yingge sudah bersejarah lama. Menurut catatan sejarah setempat, pada masa Jiaqing Dinasti Qing, dinasti terakhir dalam sejarah Tiongkok, keluarga bermarga Wu yang semula hidup di Kota Quanzhou, Provinsi Fujian, Tiongkok tenggara berpindah ke Taiwan dengan naik perahu setelah menyeberang Selat Taiwan. Dengan menggunakan tanah setempat, keluarga ini berhasil membuat barang keramik. Itulah masa paling awal sejarah pembuatan barang keramik di Yingge, Taipei. Sampai sekarang sejarah pembuatan barang keramik di Yingge sudah berlangsung selama 200 tahun. Pada masa puncaknya, di Yingge yang luasnya 18 kilometer persegia terdapat hampir seribu buah pabrik keramik, sedang toko, museum dan galeri kesenian porselin juga berjumlah banyak. Penduduk setempat hampir semuanya berkecimpung dalam karir yang bersangkutan dengan keramik.

Begitu wartawan menginjakkan kaki di "kampung keramik" Yingge, segera terasa suasana riang gembira yang bersumber dari barang-barang keramik. Di Jalan Jianshanpu yang dijuluki sebagai "jalan kuno porselin", para pecandu keramik tentu tidak akan pulang dengan tangan hampa. Ratusan toko dan gedung pameran keramik yang berderet di kedua sisi jalan itu pasti dapat memenuhi keinginan setiap pengunjung yang datang berbelanja.

Di Yingge, keramik bukan kesenian semata-mata, melainkan bagian kegembiraan anak-anak. Di Gedung Pendidikan Keramik Hidup yang dikelola ahli keramik, Huang Yongquan, wartawan menyaksikan banyak barang keramik karya anak-anak, yang kelihatannya kekanak-kanakan.

Gedung pendidikan seni keramik serupa masih banyak di Yingge. Dengan tersedianya gedung pendidikan itu, wisatawan dan anak-anak yang berminat terhadap budaya seni keramik dapat membuat barang keramik atau bermain tanah liat saja dengan sepuas hatinya. Di lokasi terdapat karyawan yang khususnya memberi layanan pengarahan tentang pembuatan barang keramik. Setelah barang keramik itu berbentuk, karya wisatawan atau anak-anak akan diserahkan kepada personil khusus pihak gedung untuk dilapisi glasir dan dibakar dalam tanur.

Industri pembuatan barang keramik dengan Yingge sebagai representastifnya pernah mencapai masa emasnya sebelum dan sesudah tahun 1970-an. Akan tetapi pada tahun-tahun belakangan ini, terpengaruh resesi ekonomi Taiwan, industri pembuatan barang keramik di Taiwan juga mulai menyusut, sehingga sejumlah pekerja barang keramik terpaksa beralih mengerjakan profesi lainnya. Sebagain pekerja usasha keramik yang cukup kuat menanam modal ke Daratan untuk membuka pabrik. Huang Yongquan mengatakan kepada wartawan, daya saing industri keramik Yingge sekarang jauh terketinggalan dibanding masa lampau, dan hampir tidak ada ekspor, maka hanya bisa dikonsumsi oleh penduduk di Pulau Taiwan. Di latar belakang itulah, industri pembuatan barang keramik di Yingge pun beralih dari produksi besar-besaran ke usaha kesenian.

"Akan tetapi kami masih mempunyai keunggulan sendiri, yaitu keistimewaan dalam penciptaan karya keramik." Demikian kata Huang Yongquan. "Dalam penciptaan karya, kami akan selalu mencerminkan pengalaman dan pikiran kami tentang kehidupan dan sosial."

Salah satu karya keramik dari ahli keramik yang berusia muda itu memberikan penjelasan terbaik terhadap perkataannya tersebut. Karya keramiknya yang bernama "baur" terdiri dari sejumlah keladi dan ubi jalar yang kacau. "Sejumlah negarawan selalu menimbulkan kontradiksi antar etnis di Pulau Taiwan, dan semau-maunya membagi rakyat di Taiwan menjadi 'penduduk setempat' dan 'penduduk dari luar'." Demikian kata Huang Yongquan. "Dalam karya ini keladi dan ubi jalar masing-masing mewakili kelompok penduduk dua kategori tersebut. Mereka hidup berbaur dan pantang dipisahkan. Dengan karya ini saya ingin menyampaikan suara hati rakyat yang menuntut pesatuan dan pembauran."

Mendengar perkataan Huang Yongquan itu, wartawan pun terketuk hatinya. Biarpun tanah liat yang tidak berjiwa itu mampu menyampaikan keinginan bersama yang terbenam dalam lubuk hati rakyat Pulau Taiwan dan saudara setanai air Daratan.

Barang kali justru keinginan keras dan jujur itulah memungkinkan budaya keramik di Yingge dapat diwariskan turun-temurun, dan menyajikan rakyat riang gembira dan harapan biarpun pada saat kesulitan.