Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-08-11 11:01:26    
Apakah UE Bisa Membujuk Lebanon dan Israel Mencapai Gencatan Senjata

cri

Komisaris Uni Eropa untuk Politik Luar Negeri dan Keamanan, Javier Solana dan Komisaris Uni Eropa untuk urusan pembangunan dan bantuan kemanusiaan Louis Michell akan berturut-turut berkunjung ke kawasan Timur Tengah pada pertengahan bulan ini untuk melakukan penengahan atas krisis Lebanon-Israel. Meskipun titik berat kunjungan kedua tokoh itu berbeda, tapi tujuan bersamanya adalah membujuk Israel dan kekuatan bersenjata Hezbollah Lebanon mengadakan gencatan senjata dan menciptakan syarat untuk penyelesaian masalah selanjutnya. Tapi ditinjau dari situasi dewasa ini, hasil sejauh mana yang akan dicapai Uni Eropa masih perlu ditunggu-tunggu.

Pada saat berkecamuknya konflik Lebanon-Israel dan semakin memburuknya malapetaka kemanusiaan, pejabat-pejabat senior Uni Eropa melakukan aksi diplomatik padat, ini mencerminkan keinginan mendesak Uni Eropa untuk dengan efektif menintervesi urusan Timur Tengah. Rancangan resolusi Dewan Keamanan yang disusun Perancis dan Amerika awal bulan ini mengusulkan penyelesaian krisis Lebanon-Israel dalam tiga tahap. Akan tetapi rancangan itu ditentang oleh pemerintah Lebanon, sementara itu dunia Arab juga menyokong pendirian pihak Lebanon, dan menuntut perbaikan terhadap rancangan resolusi tersebut. Karena antara berbagai pihak terdapat perselisihan serius, maka sampai sekarang gencatan senjata Lebanon-Israel masih belum ada jadwalnya, sehingga Uni Eropa yang selalu berharap dapat memainkan peranan penting dalam pemeliharaan perdamaian dan pemberian bantuan kemanusiaan kini terlibat dalam keadaan yang sulit.

Di satu pihak, menurut rancangan resolusi Prancis dan Amerika tersebut, gencatan senjata merupakan prasyarat penempatan pasukan pemelihara perdamaian itnernasional. Akan tetapi antara berbagai pihak terdapat perselisihan serius mengenai sifat pasukan pemelihara perdamaian internasional. Pada kenyataannya, pemerintah Lebanon menentang penempatan pasukan internasional di daerah bagian selatan Lebanon, dan menuntut penempatan tentara pemerintah Lebanon serta meningkatkan kekuatan pasukan sementara PBB. Selain itu, pemerintah Lebanon juga mengajukan rancangan 7 pasal tentang penyelesaian konflik. Dewasa ini Prancis sudah menyetujui merevisi rancangan resolusi menurut permintaan pihak Lebanon, sedangkan Amerika yang memihak Israel masih memegang sikap reserve, sebagai pihak yang mendukung pengiriman pasukan, Uni Eropa mendukong selekasnya menempatan pasukan internasional di daerah perbatasan Lebanon-Israel dengan prasyarat terwujudnya gencatan senjata.

Akan tetapi bagaimana menbujuk Lebanon supaya menerima pasukan itu serta bagaimana menbujuk Israel setuju menghubungkan gencatan senjata dengan penarikan tentara, sekarang benar-benar merupakan dua masalah yang sulit diselesaikan.

Di pihak lain, gencatan senjata juga adalah jaminan yang tidak boleh kurang bagi Uni Eropa untuk dengan efektif melakukan bantuan kemanusiaan terhadap Lebanon. Sebagai pihak donor utama internasional, nilai total bantuan kemanusiaan yang dijanjikan Uni Eropa dalam konflik Lebanon-Israel sudah mencapai 50 juta euro, diantaranya 20 juta euro sudah atau akan disalurkan. Bantuan yang disalurkan tepat pada waktunya dan efektif berkaitan langsung dengan kewibawaan Uni Eropa di dunia internasional. Akan tetapi konflik yang berlarut lama tak kunjung selesai dengan serius menghalangi penyaluran barang bantuan kemanusiaan.

Opini mencatat bahwa tak lama setelah Kabinet Keamanan Israel mensahkan tentara Israel meningkatkan serangan darat di bagian selatan Lebanon, Perdana Menteri Israel Olmert mengambil keputusan untuk menghentikan sementara rencanan itu agar memberi ruangan kepada berbagai pihak terkait yang tengah melakukan upaya diplomatik tentang gencatan senjata. Menteri Luar Negeri Finlandia Erkki Tuomioja yang sedang berkunjung di Mesir, kemarin selaku Ketua bergilir Uni Eropa memperingatkan Israel, bahwa semata-mata mengandalkan kekuatan bersenjata tidak dapat membasmi Hezbollah, masalah itu akhirnya harus pula diselesaikan melalui cara politik. Ditandaskannya "tanpa persetujuan pemerintah Lebanon, tidak mungkin dicapai konsep penyelesaian yang sungguh-sungguh". Nyata sekali, upaya diplomatik putaran baru Uni Eropa pasti akan mengalami jalan yang rumit dan berliku-liku.