|
Finlandia selaku Ketua Bergilir Uni Eropa kemarin membenarkan, Finlandia besok akan memimpin Sidang Khusus Dewan Politik dan Keamanan Uni Eropa untuk membujuk anggota yang masih ragu-ragu mengirim pasukan untuk ikut serta dalam aksi memelihara perdamaian PBB di Lebanon dan memberikan sumbangan yang sungguh-sungguh.
Analis berpendapat, adalah sangat perlu berbagai negara Uni Eropa menyelaraskan dan menegaskan pendiriannya mengenai masalah pengiriman pasukan ikut serta dalam aksi memelihara perdamaian di Lebanon. Tapi mengingat banyak faktor yang tidak memastikan, masih perlu diamati apakah berbagai negara Uni Eropa dapat membulatkan tekadnya untuk mengirim pasukan ke Lebanon secepatnya seperti apa yang diharapkan Dewan Keamanan PBB.
Berdasarkan Resolusi nomor 1701 yang diterima baik Dewan Keamanan PBB pada tanggal 12 bulan ini mengenai penyelesaian bentrokan Lebanon-Israel, pasukan interim PBB untuk Lebanon akan menambah anggotanya dari 2 ribu orang sekarang menjadi 15 ribu orang. Menurut jadwal waktu penambahan anggota pasukan ke Lebanon yang diumumkan tanggal 17 bulan ini, penempatan pasukan pendahulu sekitar 3,500 orang sebagai gelombang pertama harus dirampungkan penempatannya dalam waktu 15 hari dan pasukan lanjutan akan selesai ditempatkan sebelum tanggal 4 bulan November mendatang. Menurut konsep PBB, sumber anggota pasukan pemelihara perdamaian harus berasal masing-masing dari negara muslim dan Uni Eropa, itu baru lebih gampang diterima Lebanon dan Israel. Akan tetapi sejauh ini, pada masalah pengiriman pasukan pemelihara perdamaian ke Lebanon, Uni Eropa yang sangat mengundang harapan PBB selalu ragu-ragu.
Lebanon sebelum merdeka pernah adalah daerah mandat Perancis. Dalam proses mendorong Dewan Keamanan menerima baik Resolusi nomor 1701 mengenai pengakhiran bentrokan Lebanon-Israel, Prancis juga membuat jasa besar. Oleh karena itu, pemimpin pasukan PBB untuk Lebanon yang diperluas sehendaknya warga Prancis. Opini umum pernah memperkirakan bahwa Prancis akan mengirim tentara sejumlah 4 ribu orang ke Lebanon, tapi kenyataannya ialah Prancis kini hanya berjanji mengirim 200 orang tentara.
Dalam keadaan kemunduran Prancis, masyarakat internasional mengalihkan sorotan kepada Italia. Perdana Menteri Lebanon Fuad Siniora, Perdana Menteri Inggeris Tony Blair, Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice dan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert semuanya mengharapkan Italia mengemban tugas berat memimpin pasukan PBB untuk Lebanon. Walaupun Perdana Menteri Italia Romano Prodi kemarin menyatakan kepada Sekjen PBB Kofi Annan bahwa Italia telah membereskan persiapan memimpin pasukan PBB untuk Lebanon, tapi ia menegaskan pula bahwa masyarakat internasional harus secepatnya menegaskan tugas, peraturan aksi, sistem komando dan penempatan pasukan PBB untuk Lebanon.
Keraguan negara-negara Uni Eropa membuat gencatan senjata Lebanon- Israel yang sulit diperoleh itu semakin tampak lemah seiring dengan berlalunya waktu. Kalau tidak secepatnya ditambah anggota pasukan PBB untuk Lebanon, gencatan senjata itu sulit berlanjut. Mengingat hal itu, Wakil Sekjen Harian PBB, Mark Malloch Brown akhir-akhir ini secara darurat menghimbau negara-negara Eropa membulatkan tekadnya untuk mengirim pasukan ikut serta dalam aksi pemeliharaan perdamaian. Ia mengatakan, kalau negara-negara Uni Eropa terus menunda pengiriman pasukan, itu akan menggagalkan upaya pemeliharaan perdamaian internasional. Pada saat penting itu, apakah berbagai negara Uni Eropa dapat mengambil keputusan mengenai pengiriman pasukan dalam sidang khusus yang akan diadakan tak lama lagi telah mengundang sorotan merata masyarakat internasional.
|