Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-08-25 13:37:46    
Perundingan Adalah Jalan Terbaik Penyelesaian Masalah Nuklir Iran

cri

  Setelah Iran memberikan jawaban atas konsep enam negara Amerika, Rusia, Tiongkok, Inggris, Perancis dan Jerman pada tanggal 22 yang lalu, Rusia dan Tiongkok berturut-turut menyatakan harapan agar di atas dasar pemeliharaan sistem non-proliferasi senjata nuklir internasional, terus menyelesaikan masalah nuklir Iran secara damai melalui jalur politik dan perundingan. Ini juga adalah harapan sebagian terbesar negara dan keinginan aliran utama masyarakat internasional.

Kegiatan eksploitasi tenaga nuklir Iran dimulai pada tahun 1950an setelah mendapat dukungan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya. Setelah hubungan diplomatik Amerika-Iran terputus pada tahun 1980, Amerika berkali-kali mengecam Iran secara rahasia mengembangkan senjata nulir dengan kedok "memanfaatkan tenaga nuklir untuk tujuan damai", dan mengambil kebijakan "membendung" terhadap Iran. Oleh karena itu, masalah nuklir Iran pada pokoknya adalah pencerminan secara terpusat hubungan negara yang saling menolak antara Iran dengan sejumlah negara termasuk Amerika Serikat. Laporan Strategi Keamanan Negara Amerika tahun ini bahkan menyebut Iran sebagai "negara tunggal yang menimbulkan tantangan terbesar terhadap Amerika".

Masalah nuklir Iran adalah masalah yang sangat rumit. Melalui pemeriksaan selama 3 tahun di Iran, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) tidak menemukan pemanfaatan bahan nuklir yang dilaporkan Iran untuk senjata nuklir. Maka IAEA tidak ada bukti untuk memastikan Iran memiliki bahan nuklir yang belum dilaporkan atau sudah mengadakan kegiatan nuklir yang tidak terbuka.

Berkanaan dengan itu, pemukulan militer terhadap Iran saat ini di samping tidak cocok, juga tidak bisa menyelesaikan masalah. Sama halnya, sanksi ekonomi juga belum tentu dapat menyelesaikan masalah itu secara fundamental. Pada saat tentaranya masih terjerumus di Afghanistan dan Irak, apabila Amerika melancarkan perang terhadap Iran, akibatnya akan sulit diramalkan. Iran mempunyai pengaruh sangat besar terhadap kekuatan politik Muslim Shiah di kawasan Timur Tengah, dan juga memelihara kontak erat dengan organisasi radikal seperti Hezbolah Lebanon, Hamas dan Organisasi Jihad Islam Palestina. Kalau Amerika bersikeras melancarakan perang terhadap Iran, itu paski akan mengakibatkan kehilangan kontrolnya situasi di kawasan Timur Tengah.

Analis menunjukkan, pemerintah Partai Republik Amerika akan menghadapi pemilihan masa nenengah pada November mendatang. Untuk menjamin kemenengan dalam pemilihan itu, ia mau tak mau harus mengambil tindakan dalam masalah nuklir Iran. Itulah salah satu sebab Amerika mempercepat proses pelaksanaan sanksi terhadap Iran. Namun sanksi ekonomi merupakan pisau bermata dua, ada segi yang menguntungkan, ada juga segi yang tidak menguntungkan. Iran adalah negara penghasil minyak terbesar keempat di dunia, sekaligus negara pengekspor minyak terbesar kedua di Opec. Maka sanksi terhadap Iran pasti akan menimbulkan naiknya tajam harga minyak di pasar internasional. Menurut prakiraan Perusahaan Land Amerika, kalau setiap hari Iran mengurangi produksi minyak sebanyak 500.000 barrel, harga minyak internasional mungkin akan menerobos 100 dolar AS per barrel, sehingga memperlamban pertumbuhan ekonomi dunia. Dapat diramalkan, ekonomi negara-negara Barat juga akan mengalami kerugian serius akibat sanksi terhadap Iran.

Tentu saja, sanksi pasti memberi pengaruh serius bagi ekonomi Iran. Selama tahun-tahun ini, ketegangan situasi yang diakibatkan masalah nuklir dengan serius menghalangi investasi asing di Iran, kekurangan modal telah memperlamban perkembangan ekonomi Iran, sehingga Iran terus tertimpa inflasi dan tingkat pengangguran yang tinggi. Selain itu, kemampuan pengilangan minyak Iran sangat berkurang, sehingga minyak bensin yang digunakan dalam negerinya kebanyakan diimpor dengan devisa yang diperolehnya melalui ekspor miynak mentah, apabila dikenakan sanksi, pukulan yang dialami Iran akan merupakan dua kali libat.

Pendek kata, baik pukulan militer maupun sanksi ekonomi, sama-sama tidak akan membantu penyelesaian masalah nuklir Iran, malah akan menambah kesulitan penyelesaian masalah, bahkan mendatangkan kerugian serius kepada berbagai pihak terkait. Situasi konfrontasi itu mutlak tidak diinginkan berbagai negara dan rakyat di dunia. Apabila berbagai pihak berupaya menempuh jalan diplomatik untuk menyelesaikan krisis nuklir Iran secara damai, itu akan bermanfaat bagi perdamaian, kestabilan dan perkembangan regional dan seluruh dunia, dan sesuai dengan kepentingan mendasar berbagai pihak.