Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-08-31 12:20:44    
Hasil Kunjungan Annan Ke Lebanon Dan Israel Kurang Memuaskan

cri

Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan baru-baru ini berturut-turut mengadakan kunjungan ke Lebanon dan Israel untuk mendesak Hezbollah dan Israel mewujudkan gencatan senjata parmanen. Akan tetapi, perselisihan Lebanon-Israel cukup rumit, maka sangat sulit bagi Annan untuk memainkan peran sebagai pengantara dan kunjungannya ke Lebanon dan Israel sama gagal mencapai hasil yang substansial.

Bentrokan Lebanon-Israel kali ini ditimbulkan oleh Hezbollah yang melintasi perbatasan untuk menyerangi pos tentara Israel dan menyandera 2 prajurit Israel. Dengan alasan menyelamatkan sandera, Israel melancarkan pukulan militer selama lebih dari 30 hari terhadap Lebanon, tapi tetap gagal menyelamatkan 2 prajurit tersebut. Oleh karena itu, masalah tawanan perang menjadi sebuah keganjalan yang menggangu hubungan Lebanon-Israel. Setelah tiba di Israel hari Selasa yang lalu, Annan pertama-tama mengadakan pertemuan dengan keluarga prajurit yang disandera dan menyatakan bahwa Hezbollah harus membebaskan prajurit tentara Israel tanpa syarat. Namun, Annan baru meninggalkan Israel, Menteri Listrik Tenaga Hidro Lebanon, Mohammed Fneish yang juga anggota Hezbollah menyatakan, pihaknya tidak akan "membebaskan" sandera Israel "tanpa syarat", pertukaran tawanan perang Lebanon dan Israel adalah jalur satu-satunya pembebasan prajurit tentara Israel. Dikatakannya, milisi Hezbollah menangkap 2 prajurit dengan tujuan jelas yaitu direalisasinya pertukaran tawanan perang antara Lebanon dan Israel melalui perundingan tidak langsung.

Mendesak Israel menyelesaikan blokade terhadap Lebanon merupakan salah satu tugas penting kunjungan Annan ke Lebanon dan Israel. Selama kunjungannya di Lebanon, Annan pernah menyatakan kepada pemimpin Lebanon bahwa blokade militer Israel terhadap Lebanon setelah gencatan senjata kedua pihak merupakan suatu hal yang memalukan. Namun, sangat dingin tanggapan pemimpin Israel terhadap himbauan Annan. Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert seusai pertemuan dengan Annan menyatakan, hanya setelah dilaksanakannya resolusi nomor 1701 Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai bentrokan Lebanon-Israel, baru akan dicabut blokade terhadap laut dan udara Lebanon. Alasan Israel untuk mempertahankan blokade terhadap Lebanon adalah mencegah Hezbollah memeroleh senjata dari luar negeri untuk disenjatai kembali. Dengan tujuan itu, Israel mengemukakan bahwa Pasukan Sementara PBB Untuk Lebanon tidak saja ditempatkan di selatan Lebanon dan juga perlu ditempatkan di perbatasan Lebanon-Suriah untuk memutuskan jalan pengangkutan senjata Hezbollah. Tindakan Israel itu tidak berbeda dengan memojok Annan. Karena di antara Lebanon dan Suriah tidak terjadi bentrokan, maka mengirim pasukan sementara PBB di perbatasan kedua negara sama sekali tidak beralasan, dan juga tidak akan disetujui oleh Lebanon maupun Suriah.

Annan mengharapkan tentara Israel ditarik mundur dari Lebanon Selatan, tapi Menteri Pertahankan Israel Amir Peretz menyatakan, hanya setelah pasukan sementara PBB yang cukup jumlahnya ditempatkan di kawasan itu, Israel baru dapat menarik diri, tapi Peretz tidak menjelaskannya.

Selama kunjungannya di Lebanon dan Israel, Annan mengimbau berbagai pihak terkait berupaya bekerja sama untuk menjamin direalisasinya perdamaian parmenen antara Lebanon dan Israel. Dalam latar belakang besar bentrokan Arab-Israel, diwujudkannya perdamaian Lebanon-Israel tidak mudah. Perdana Menteri Israel, Olmert kemarin menyatakan harapan supaya Persetujuan Gencatan Senjata PBB dapat meletakkan dasar bagi pembinaan hubungan tipe baru Israel-Lebanon, dan menyatakan kesediaan untuk mengadakan kontak langsung dengan pemerintah Lebanon pada saat matang. Akan tetapi, Perdana Menteri Lebanon, Fuad Siniora menyatakan, sebelum direalisasinya perdamaian yang menyeluruh dan adil antara Arab dan Israel berdasarkan sponsor perdamaian terkait negara-negara Arab, Lebanon tidak akan mencapai persetujuan perdamaian apa pun dengan Israel, Lebanon akan menjadi "negara Arab terakhir yang menandatangani persetujuan perdamaian dengan Israel".

Meskipun Resolusi nomor 1701 DK PBB mengenai bentrokan Lebanon-Israel menyukseskan gencatan senjata Lebanon-Israel, tapi masih meninggalkan banyak masalah fundamental yang sulit diselesaikan.