Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-08-31 13:15:08    
UE Dengan Hati-Hati dan Pragmatis Tanggapi Masalah Nuklir Iran

cri

Pihak resmi AS baru-baru ini berulang kali menyatakan, AS akan mendorong Dewan Keamanan ( DK ) PBB mengenakan sanksi terhadap Iran apabila Iran menolak melaksanakan resolusi DK yang menuntut Iran untuk sementara menghentikan kegiatan pengayaan uranium sebelum tanggal 31 Agustus hari ini. Analis mencatat, dibandingkan dengan pendirikan keras AS itu, negara-negara Uni Eropa ( UE ) pada umumnya bersikap hati-hati dan pragmatis.

Setelah Iran pada kenyataannya menolak menghentikan untuk sementara kegiatan pengayaan uranium, hanya tersedia dua alternatif yang dihadapi oleh UE, yaitu pertama, mengikuti AS dan mendorong pengenaan sanksi terhadap Iran di DK. Kedua, terus berperan sebagai penengah antara Iran dan AS dan mengupayakan penyelesaian masalah nuklir Iran melalui perundingan. Analis berpendapat, walau menghadapi berbagai tekanan, UE tetap tidak akan begitu saja melepaskan upayanya untuk menyelesaikan masalah nuklir melalui perundingan.

Walaupun negara-negara UE pada umumnya menyatakan ketidak-puasan terhadap penolakan Iran untuk menghentikan untuk sementara kegiatan pengayaan uranium, namun mereka tetap bereaksi dengan hati-hati, tidak seperti AS yang secara sembarangan mengancam akan mengenakan sanksi. Menteri Luar Negeri Perancis Philippe Douste-Blazy menyatakan, walaupun jawaban Iran tidak memuaskan, tetapi yang penting adalah mengadakan dialog dengan Iran, mencegah masalah nuklir Iran meningkat menjadi konflik antara dunia Barat dan dunia Muslim. Dia mengatakan pula, Perancis sudah siap untuk berdialog lagi dengan Iran. Analis berpendapat, UE tidak menyetujui AS mengambil cara memukul dan menekan Iran karena bertolak dari pertimbangan sebagai berikut.

Pertama, UE bersikap sangat " pragmatis " dalam menangani persoalan nuklir Iran. UE khawatir bahwa sanksi mungkin akan mengakibatkan Iran bersikap lebih keras dalam masalah nuklir, bahkan mengambil langkah ekstremis seperti menghentikan kerjasama dengan Badan Tenaga Atom Internasional ( IAEA ) dan mundur dari " Perjanjian Non-proliferasi Nuklir ". Iran adalah negara yang mempunyai daya pengaruh amat besar di kawasan Timur Tengah, maka UE memerlukan koordinasinya dalam masalah-masalah Lebanon, Irak dan Palestina. Oleh karena itu, bukanlah tindakan yang bijaksana bila mendorong Iran ke arah ekstremis.

Kedua, Iran belum menutup pintu perundingan. Perunding utama Iran Ali Larijani dalam jawaban tertulisnya atas konsep enam negara menyatakan, Iran bersedia mengadakan " perundingan yang sungguh-sungguh " dengan enam negara. Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad bahkan mengemukakan keinginannya untuk berdebat di televisi dengan Presiden AS George W. Bush, untuk membahas serangkaian masalah internasional termasuk masalah nuklir Iran. Dalam keadaan tetap adanya harapan penyelesaian masalah melalui perundingan, UE sewajarnya tidak akan melepaskan upayanya begitu saja. Analis menunjukkan, ditinjau dari keadaan sekarang, adalah sangat sulit untuk mengubah pendirian keras Iran dalam masalah pengayaan uranium. Namun, masalah nuklir Iran mutlak belum menghadapi jalan buntu. Banyak negara UE berpendapat, dalam penyelesaian masalah nuklir Iran tetap ada harapan apabila tetap diadakan pendekatan diplomatik.

Selain itu, di berbagai negara UE terdapat banyak penduduk Muslim yang merupakan suatu kekuatan politik yang tak dapat diabaikan. Apabila UE bersikras mengikuti AS dan mengenakan sanksi terhadap Iran tanpa menghiraukan keinginan rakyat, itu pasti akan menimbulkan protes keras para warga Muslim di berbagai negara anggota UE, akibatnya mereka akan kehilangan suara pemilih Muslim, bahkan menimbulkan kegoncangan situasi.

Yang terakhir, mengenakan sanksi terhadap Iran tidak sesuai dengan kepentingan berbagai pihak terkait. Sanksi masyarakat internaional terhadap Iran pasti akan mengakibatkan membubungnya harga energi internasional, sanksi tidak saja melukai Iran, tetapi juga akan merugikan ekonomi AS dan UE.

Kini, masalah nuklir Iran sekali lagi berada di jalan persimpangan, tetapi masih belum menghadapi jalan buntu. UE tetap akan memperioritaskan penyelesaian persoalan nuklir Iran. melalui perundingan diplomatik.