Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-09-06 10:05:52    
Mentari Senja Elok

cri
12 orang ibu lansia Kota Tangshan Propinsi Hebei yang berumur 62 tahun ke atas membentuk sebuah tim tari yang diberi nama "Mentari Senja Elok". Tarian wayang kulit "Mentari Senja Elok" yang mereka pergelarkan tidak saja memperoleh hadiah dalam lomba nasional, sempat juga tampil di panggung Malam Kesenian Tahun Baru Imlek CCTV tahun ini, dan memperoleh hadiah kelas satu, mendemonstrasikan karisma orang lanjut usia zaman sekarang di Tiongkok.

Menurut statistik, Tiongkok kini sudah memasuki masyarakat lanjut usia, jumlah penduduk lanjut usia di seluruh negeri sudah mencapai lebih 143 juta orang, menduduki 11,03% jumlah total penduduk seluruh negeri. Bagaimana kehidupan orang lanjut usia di Tiongkok? Dalam ruangan edisi ini akan kami perkenalkan kehidupan 12 orang ibu lansia di Kota Tangshan.

Tanggal 28 bulan Juli lalu, tim penari "mentari senja elok" dari komunitas Kota Tangshan Propinsi Hebei baru saja selesai mengadakan pertunjukan dalam rangka Malam Kesenian Peringatan 30 Tahun Gempa Bumi Tangshan, dan keesokan harinya mereka akan segera berangkat ke Taiwan untuk mengikuti kegiatan pertukaran kebudayaan antara kedua tepi Selat. Ke-12 ibu lansia yang rata-rata berusia 62 tahun ke atas itu tidak menunjukkan rasa letih sedikitpun, malah tampak sangat tinggi semangatnya.

Di Kota Tangshan, Propinsi Hebei Tiongkok Utara, ada sejumlah orang lanjut usia pensiunan yang gemar kesenian. Setiap pagi mereka menari berlatih badan di lapangan komunitas untuk mengisi waktu luang setelah meninggalkan lapangan kerja. Nenek Gao Lan yang berusia 74 tahun adalah yang paling sepuh di antara anggota-anggota tim tari Mentari Senja Elok. Satu tahun sebelum pensiun, ia sudah mendaftar untuk mengikuti kursus tari Universitas Lanjut Usia. "Harus lebih dini menyesuaikan diri dengan kehidupan pensiun", demikian kata Gao Lan.

Awalnya, Gao Lan dan teman-teman sebaya hanya iseng saja menari disko dan tarian rakyat, sembari berlatih badan. Tahun 1995, Komite Administrasi Pensiunan Biro Pertambangan Kota Tangshan membentuk tim tari lanjut usia yang anggota-anggotanya terdiri dari orang lanjut usia di bawah 55 tahun dan berbadan sehat, maka 12 orang lanjut usia yang sudah sepuh atau potongan badannya tidak memenuhi syarat seperti Gao Lan tidak mungkin diterima. Ibu Wang Jinxia yang kini menjadi pemimpin tim tari "Mentari Senja Elok" merasa tidak rela. Ia mengatakan, "kita tidak kalah dibanding orang lain, mengapa ditolak?" Sejak itu ia dan teman-temannya menyusun sendiri tari-tarian dengan tekad akan membuat suatu kejutan.

Tahun 1996, Tari Payung Kecil yang disusun dan dipertunjukkan oleh 12 orang lanjut usia di luar dugaan banyak orang berhasil tampil sebagai juara ketiga dalam Lomba Tari Nasional Setengah Baya dan Lanjut Usia. Keberhasilan mereka sempat membuat kegemparan. Sejak itu, mereka ingin mencapai jenjang yang lebih tinggi, maka diputuskan untuk mengundang guru profesional sebagai pengarah.

Pencipta tari wayang Tangshan, sutradara dan koreografer Rombongan Kesenian Kailuan, Fan Jincai diundang oleh Wang Jinxia untuk membantu mereka berlatih tari. Mula-mula Fan Jincai tidak ingin mengajarkan tari wayang kulit ciptaannya kepada nenek-nenek penari amatir yang jauh daripada menarik potongan badannya itu. Akan tetapi, diharukan oleh kegigihan dan ketulusan ibu-ibu lanjut usia itu, Fan Jincai mengundang musikus Liu Zhenkui untuk menciptakan sebuah lagu yang berjudul "Mentari Senja Elok" untuk mengiringi tarian mereka. Sejak itulah, tim tari 12 ibu lanjut usia itu mempunyai namanya sendiri yakni Mentari Senja Elok.

Kunci untuk membawakan tari wayang kulit ialah sendi-sendi harus bergerak, sendi-sendi pinggul, tangan, siku dan lutut harus membuat gerak-gerak kuat untuk membuat gerakan wayang kulit. Melalui upaya dan latihan yang tak kenal lelah, akhirnya ibu-ibu sepuh itu berhasil memperagakan pesona tari wayang kulit yang luar biasa. Tahun 1999, Tari Mentari Senja Elok memperoleh medali emas dalam lomba tari nasional lanjut usia. Tahun 2006, tarian itu untuk pertama kali tampil di panggung Malam Kesenian Tahun Baru Imlek CCTV, dan memperoleh hadiah pertama acara jenis lagu dan tarian. Setiap kali menerima hadiah, ke-12 nenek itu dan sutradara Fan selalu berpelukan haru, karena selain kehormatan yang diperoleh, mereka telah bersama-sama mencurahkan jerih payah.

Meskipun telah mencapai banyak prestasi, tapi bagaimanapun mereka sudah berusia di atas 60 tahun. Apakah kondisi mereka mengizinkan untuk mengadakan latihan, dan manggung terus menerus? Tapi, jawab Gao Lan dan teman-temannya: " Sakit tulang leher anggota-anggota kami malah sembuh dengan membawakan tarian ini. Awalnya memang terasa kurang enak badan karena belum menguasai tekniknya. Tapi setelah itu, terasa ringan dan bersemangat. Meski kadang agak letih mengadakan pertunjukan ke sana kemari, tapi kalau lama tidak berlatih menari, malah terasa tidak enak sekujur badan."

Pemimpin tim tari itu, Wang Jinxia mengatakan, menari kini sudah menjadi pekerjaan bagi kami. Meski sudah lanjut usia, tapi kami juga harus mempunyai cita-cita dalam kehidupan. Gao Lan yang berusia 74 tahun bersenyum paling cerah. Ia mengatakan: "Di panggung, kami mewakili tidak hanya kami sendiri, tapi lebih dari itu, mewakili orang-orang lanjut usia Kota Tangshan. Kami memperagakan wajah spiritual orang-orang lanjut usia Kota Tangshan. Ini suatu tanggung jawab bagi kami."

Kini mereka sedang merencanakan untuk menyusun tarian baru dengan mengisinya lebih banyak ciri-ciri khas tradisional untuk disumbangkan kepada para penggemar dan pendukung mereka.