Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-09-11 12:26:35    
Situasi Anti-Terorisme Di Timur Tengah Tetap Serius

cri

Setelah terjadinya peristiwa serangan teroris ll September tahun 2001, Amerika Serikat melancarkan perang anti-terorisme dalam skala yang tiada taranya sebelumnya, kawasan Timur Tengah dikategori oleh AS sebagai daerah titik berat dalam strategi anti-terorisme. Setelah berlalu lima tahun, apakah perubahan yang terjadi dalamsituasi anti-terorisme di Timur Tengah? Berikut wawancara wartawan CRI dengan Redaktor kepala situs web TV Al-Jazeera Qatar , Abdulaziz Ibrahim Al Mehmoud tentang situasi anti-terorisme di Timur Tengah.

Abdulaziz mengatakan, setetalah peristiwa ll September, Pemerintah Bush dengan dalih anti-terorisme berturut-turut melakukan perang Afganistan dan Perang Irak, yang telah membawa banyak dampak kepada negara-negara dan rakyat Arab di Timur Tengah.

Perang anti-terorisme membuat situasi Timur Tengah mengalami perubahan yang sangat besar dan membawa dampak negatif yang besar kepada rakyat di kawasan itu, terjadinya peristiwa ll September itu menyesalkan, tapi aksi pembalasan Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah lebih menyesalkan. Peristiwa ll September mengakibatkan ribuan orang tewas, sedangkan korban tewas akibat kegiatan terorisme seusai peristiwa itu mencapai puluhan ribu orang.

Abdulaziz menunjukkan, perang Irak sudah berakhir 3 tahun yang lalu, pemerintah terpilih rakyat sudah didirikan dengan dukungan Amerika Serikat, tapi, ledakan bom,tembak menembak dan pembajakan di Irak tetap terjadi terus. Walaupun di kawasn itu telah tercapai hasil bertahap dalam perjuangan anti-terorisme, tapi bayangan gelap yang menutupi kawasan itu tetap belum sirna.

Selain aksi militer, Amerika Serikat juga aktif menjajakan rencana demokrasi Timur Tengah Raya kepada negara-negara Arab, dengan harapan melenyapkan tanah yang menimbulkan ekstremisme dan terorisme. Tentang hal itu, Abdulaziz berpendapat, Amerika Serikat bersikeras menjadikan Irak sebgai teladan Timur Tengah baru. Dengan dominasi Amerika Serikat, Pemerintah Irak didirikan di atas dasar pembagian kekuasaan oleh sekte Sayih, Kurdi dan Sunni, negara terjerumus dalam perang saudara, dan penduduk tidak beranikeluar dari rumah. Demokrasi ala Amerika Serikat kini dianggap oleh rakyat jelata setempat sebagai sinonim 'Demokrasi Bush', pembantaian dan perdarahan dan sekteisme. Teladan demokrasi tersebut sulit meyakinkan berbagi negara di Timur Tengah.

Banyak Analis masalah Timur Tengah berpendapat, Perang anti-terorisme dan rencana demokrasi Amerika Serikat tidak saja tidak dapat membantu memperbaiki situasi anti-terorisme di kawasan itu, malah membangkitkan antipasi keras rakyat di kawasan itu, dan menimbulkan syarat bagi penjalaran nasionalisme, ekstremisme bahkan terorisme, dan memperumit situasi kawasn itu. . Tentang hal itu, Abdulaziz menunjukkan, Amerika Serikat dalam masalah Palestina-Israel selalu membela Israel, banyak kali menveto resolusi PBB yang mengutuk keganasan tentara Israel , berturut-turut mencetuskan perang Afganistan dan perang Irak ,khususnya perang Irak. Bush membohongi seluruh dunia dengan mengklaim Irak memiliki senjata pembunuh masal dan Saddam mempunyai hubuangan dengan Osama Bin Laden. Baru-baru ini, Amerika Serikat menyokong lagi Israel lagi melakukana serangan terhadap Lebanon sehingga di kawasn itu terjadi sentimen anti-Amerika yang keras, khususnya di tengah orang muda.

Abdulaziz menyatakan, pada saat genap 5 tahun peristiwa ll September, Pemerintah Amerika serikat lebih harus melakukan introspeksi terhadap politik anti-terorisme dan politik Timur Tengahnya. Kalau tidak, perang anti-terorisme yang dilancarkan Amerika Serikat itu akhirnya akan berubah menjadi perang yang tak kunjung habis. Abdulaziz mengatakan, apabila Amerika Serikat tidak merevisi politik Timur Tengah dalam skala besar, maka tidak hanya kawasan itu akan terjerumus dalam kegoncangan terus, Amerika Serikat dan Eropa juga sulit membebaskan diri dari lubang Lumpur anti terorisme.