Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-10-02 14:25:28    
Tes Fusi Reaktor Termonuklir Tiongkok Sukses

Kantor Berita Xinhua

 HEFEI, 28 Sept (Xinhua). Ilmuwan-ilmuwan Tiongkok pada hari Kamis telah berhasil mengadakan tes pertama percobaan fusi reaktor termonuklir, yang meniru proses matahari menghasilkan energi.

Fusi reaktor Percobaan Lanjutan Superkonduksi Tokamak (EAST), yang diberi julukan "matahari palsu," telah dites di Institut Fisika Plasma di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok (CAS) di Hefei, ibukota Propinsi Anhui, di Tiongkok Timur.

Selama percobaan ini, atom-atom deuterium dan tritium difusi secara paksa dalam suhu 100 juta derajat Celcius.

"Dalam temperatur itu, plasma yang terlalu dipanaskan, yang tidak berbentuk gas, cairan, atau benda padat, akan mulai melepaskan energinya sendiri," jelas para ilmuwan.

Tes-tes pertama berakhir dalam waktu sekitar 3 detik, dan membangkitkan arus listrik sekitar 200 kiloamper, kata Wan Yuanxi, manajer jendral EAST, kepada Xinhua.

Eksperimen-ekperimen ini akan terus berlanjut, katanya.

Alat ini direncanakan untuk pada akhirnya membuat sebuah plasma yang mampu berumur seribu detik, fusi reaktor yang berlangsung paling lama.

Wan mengatakan bahwa berkat teknologi fusi ini, deuterium yang diambil dari satu liter air laut dapat memproduksi energi yang sama besar dengan yang dibangkitkan dengan membakar 300 liter gas.

Bila teknologi fusi termonuklir dikomersialkan, ia akan mampu membangkitkan energi bagi umat manusia selama 100 juta tahun, kata Wan.

Li Jiangang, Direktur Institut Fisika Plasma, mengatakan bahwa hasil dari tesnya memenuhi harapan dari para ilmuwan dan menjadi terobosan baru dalam riset fusi termonuklir.

"Ini berarti bahwa kami berada paling tidak 10 tahun di depan para pesaing kami,"kata Li. "Terobosan ini akan membuat umat manusia mampu mendapatkan sumber energi yang aman, bersih, dan tak terbatas," kata ilmuwan-ilmuwan Tiongkok.

Institut Fisika Plasma telah menghabiskan waktu selama 8 tahun dan dana sebesar 200 juta yuan (25 juta dolar) untuk membangun reaktor uji coba ini.

Alat columniform, yang dibuat dengan baja anti karat yang istimewa, bertinggi 12 meter, dan berat 400 ton.

Dibandingkan dengan alat-alat serupa di negara-negara lain, EAST lebih murah dan lebih cepat dibangun. EAST juga merupakan alat yang pertama kali dijalankan, kata Li.

EAST akan menjadi reaktor fusi termonuklir yang paling canggih di dunia selama 10 tahun mendatang, kata Dr. Gary Jackson dari Atomics General di AS, yang juga ikut serta dalam riset.

Tidak seperti raktor fusi nuklir tradisional lainnya, yang membelah atom untuk membangkitkan energi dan memproduksi limbah yang berbahaya, EAST menggunakan fusi nuklir untuk mengecilkan atom pada suhu yang amat tinggi untuk membangkitkan energi dengan polusi amat sangat sedikit.

Para ilmuwan mempunyai teori bahwa reaktor fusi yang berfungsi penuh akan menyediakan energi yang lebih murah, lebih aman, lebih bersih, dan tak terbatas, serta mengurangi ketergantungan dunia pada bahan bakar fosil.

EAST adalah bagian dari Reaktor Uji-coba Termonuklir Internasional (ITER) yang merupakan program internasional terbesar yang didedikasikan untuk eksperimen-eksperimen fusi termonuklir.

Di tahun 2003, Tiongkok bergabung dengan 4.6 milyar Euro ITER yang asalnya merupakan inisiatif AS dan Rusia. Operasi pertama ITER mungkin baru akan dilaksanakan pada tahun 2016.

Di antara 6 partner yang terlibat dalam rencana ambisius ini, Uni Eropa akan menanggung 50 persen total anggaran. Sisanya ditanggung bersama oleh AS, Jepang, Rusia, Republik Korea, dan Tiongkok, yang masing-masing akan menanggung 10 persen biaya.

"EAST merupakan satu-satunya prototipe yang paling dekat dengan ITER. Karena itu, EAST dapat memberi riset lanjutan bagi ITER dalam kerangka teknologi perakitan dan fisika," kata Wan.

Tetapi estimasi yang lebih optimis dalam komersialisasi ITER yang pertama menyebutkan bahwa ITER butuh paling tidak 50 tahun.

Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tiongkok, Xu Guanhua mengatakan bahwa Tiongkok kekurangan energi. Usaha riset global untuk solusi penyediaan energi sesuai dengan kepentingan strategis Tiongkok.

http://news.xinhuanet.com/english/2006-09/29/content_5151013.htm