Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-10-09 14:38:33    
Tukang Becak Chen Ping

cri

Tanggal 5 Juli tahun 2006, bagi tukang becak Chen Ping yang telah berumur 40 tahun adalah hari yang istimewa. Pada hari itu ia akhirnya menerima selembar surat panggilan untuk belajar di perguruan tinggi. Ini adalah buah dari upaya terus-menerusnya dan masa penantian panjang selama 20 tahun. Dalam edisi kali ini, kami akan menceritakan kisah Chen Ping dari tukang becak sampai lulus tes masuk program pasca-sarjana.

Pada suatu hari di bulan April tahun ini, dalam ujian untuk masuk ke program pasca-sarjana yang diadakan di Universitas Yunnan, seorang peserta ujian yang tidak lagi muda itu menarik perhatian para penguji. Salah seorang penguji utama, professor Universitas Yunan Lin Chaomin mengenang kembali saat itu:

Pada waktu itu, saya menanyainya sejumlah pertanyaan. Ia cukup menguasai bidangnya dan mempunyai ambisi yang membuat saya kagum. Upayanya, dan kerajinannya sangat saya kagumi.

Peserta ujian yang sangat dikagumi professor Lin adalah Chen Ping yang berumur 40 tahun. Prestasinya yang luar biasa memberi kesan yang mendalam kepada para penguji utama. Seusai ujian, Chen Ping dengan lancar menerima surat panggilan dari Jurusan Sejarah Etnis Institusi Ilmu Sosial Universitas Yunnan. Sebelumnya, dia hidup sebagai tukang becak di Jiutai propinsi Jilin Tiongkok Timur Laut selama 6 tahun lebih.

Pada tahun 1986, Chen Ping mengikuti ujian untuk masuk ke universitas dan mendapat nilai 510, yang melebihi syarat penerimaan mahasiswa baru di Universitas Peking. Akan tetapi, formulir pendaftaran ia serahkan ke Universitas Rakyat Tiongkok yang syarat penerimaan mahasiswanya yang lebih tinggi. Karena itulah Chen Ping tidak bisa diterima oleh kedua universitas tersebut. Sedangkan seorang sahabatnya yang mempunyai nilai lebih rendah daripadanya dengan lancar diterima di Univerisitas Peking. Sebelum berangkat, Chen Ping mengantarnya ke stasiun kereta api untuk mengucapkan selamat jalan. Keadaan ini meninggalkan kesan yang mendalam. Dikatakannya:

Saya bersama kakaknya menenteng kopor dan mengantarnya ke stasiun kereta api. Kesan pada waktu itu tidak akan terlupakan. Sahabatku belajar ke perguruan tinggi yang paling terkenal di Tiongkok, sedangkan aku tidak diterima. Perbedaan itu aku tidak akan lupakan.

Kegagalan ini sangat memukul Chen Ping. Hal ini juga menjadi bayang-bayang yang tidak mampu ia lupakan. Sejak saat itulah, Chen Ping menetapkan suatu keinginan yang lebih tinggi, yaitu menempuh ujian untuk menjadi pasca sarjana.

Jalan untuk dapat menempuh ujian pasca sarjana bagi Chen Ping panjang dan sulit. Keluarganya bukan keluarga yang berada sehingga ia harus bekerja sambil belajar. Meskipun sangat rajin, namun ujian yang diikutinya sangat sulit. Chen Ping berkali-kali gagal. Akan tetapi, penderitaan kehidupannya tidak hanya itu. Pada tahun 2000, pabrik pegas tempat Chen Ping Bekerja bangkrut. Ia terpaksa menjadi seorang tukang becak. Pada awalnya, ia merasa malu dan hanya menjemput tamu secara sembunyi-sembunyi. Selama masa tersebut, Chen Ping pernah mencoba mencari pekerjaan yang tidak membuatnya kehilangan muka. Namun kebanyakan lowongan kerja mewajibkan Chen Ping untuk menaati jam kerja yang ketat. Agar ia bisa mendapat lebih banyak waktu untuk belajar, ia terpaksa melepaskan lowongan-lowongan tersebut. Lama kelamaan, Chen Ping merasa baiknya menjadi seorang tukang becak. Tidak saja ia bisa mencari uang, ia juga bisa mempunyai banyak waktu untuk belajar sehingga ia bisa selekasnya mewujudkan impian mereka yang ikut ujian pasca sarjana.

Chen Ping suka membaca. Ia bahkan bisa membaca sampai hampir mabuk. Hal ini juga diketahui teman-temannya. Tukang becak lain, Zhang Baoguo mengatakan:

Saya mengenalnya selama 5 atau 6 tahun. Ia selalu belajar waktu mengayuh becaknya. Saat pelanggan becaknya berkata, ayo jalan, dia baru mengayuh becaknya. Bila tidak ada pelanggan, ia memarkir becaknya di bawah lampu dan membaca buku.

Akan tekad Chen Ping, masyarakat mempunyai opini berbeda. Ada yang merasa waktu 20 tahun sangat berharga bagi umat manusia, sehingga harus sepenuhnya dimanfaatkan dengan lebih baik. Akan tetapi, ada banyak orang memahami tindakannya. Seorang warga Kunming Wei Qun mengatakan:

Bila dinilai dari segi ekonomi, saya merasa tindakan ini tidak masuk akal, akan tetapi kalau dari semangatnya, kehidupan umat manusia bukan sepenuhnya untuk uang. Menantang diri sendiri, mewujudkan pencarian semangat mungkin adalah kepuasan yang terbesar dalam kehidupan umat manusia.

Tidak peduli opini orang lain,Chen Ping telah membereskan kopornya dan bersiap belajar ke Universitas Yunnan. Chen Ping mengatakan kepada wartawan bahwa ia tidak mengharapkan gelar pasca sarjana bisa mengubah kehidupannya di kemudian hari. Ia hanya memenuhi impiannya. Kalau tidak bisa mendapat pekerjaan yang ideal setelah lulus, ia akan pulang dan menjadi seorang tukang becak lagi.