Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-10-24 15:10:07    
Kesehatan Lebih Penting Daripada Medali Emas

cri

Tim bola voli putri Tiongkok belum lama berselang berangkat dari Beijing menuju Jepang untuk mengikuti Kejuaraan Dunia Bola Voli Putri. Sebelumnya tim bola voli putri Tiongkok telah berturut-turut mengantongi medali emas pertandingan bola voli putri Olimpiade Athena dan Turnamen Bola Voli Putri Piala Dunia. Dalam Kejuaraan Dunia Bola Voli Putri yang akan diadakan di Jepang nanti, tim Tiongkok tentu saja ditargetkan untuk merebut gelar juara dalam rangka mewujudkan ambisi menyabet semua tiga gelar juara Olimpiade, Piala Dunia dan Kejuaraan Dunia sekaligus setelah menunggu puluhan tahun lamanya. Akan tetapi, tim Tiongkok kali ini harus berjuang mewjudkan target tersebut tanpa diperkuat spiker terkenal Zhao Ruirui yang sudah lama absen karena cedera tungkai bawah. Absennya Zhao Ruirui kali ini sangat disesalkan, namun boleh dikatakan sangat untung bagi dirinya yang rawan cedera.

Zhao Ruirui yang sudah lama diganggu oleh cedera tungkai dibawa pelatih kepala Chen Zhonghe ke Athena tahun 2004, tapi hanya beberapa menit diturunkan dalam pertandingan, lukanya di lutut kambuh dan harus diganti oleh pemain lainnya. Untuk Kejuaraan Dunia Bola Voli Putri Jepang, tim Tiongkok mengambil keputusan untuk istirahatkan Zhao Ruirui yang dijuluki sebagai "gadis gelas yang mudah pecah". Keputusan untuk istirahatkan Zhao Ruirui itu dianggap sebagai kemajuan amat besar yang dicapai Tiongkok di bidang olahraga, dan patut disebut sebagai perbaikan konsepsi Tiongkok mengenai olahraga tandingan, yakni kesehatan atlet lebih penting daripada pertandingan, bahkan lebih penting daripada gelar juara dan medali emas.

Zhao Ruirui terluka sebelum dimulainya Olimpiade Athena. Mengenang kembali kambuhnya luka Zhao Ruirui ketika diturunkan ke lapangan di Athena, Kepala Rumah Sakit Olahraga Biro Umum Olahraga Nasional Tiongkok Li Guoping mengatakan: "Tragedi itu patut direnung kembali."

Li Guoping mengatakan, enam bulan sebelum pembukaan Olimpiade Athena, Zhao Ruirui menderita cedera patah tulang tungkai bawah. Zhao Ruirui waktu itu merupakan spiker andalan tim bola voli putri Tiongkok. Absennya Zhao karena cedera sangat mempengaruhi semangat tim Tiongkok. Rekan-rekannya mengharapkan Zhao Ruirui dapat sembuh tepat pada waktunya untuk mengikuti pertandingan Olimpiade. Li Guoping, yang juga pejabat medis Komite Olimpiade Tiongkok mengatakan: "Oleh karenanya, satu bulan menjelang pembukaan Olimpiade Athena, Zhao Ruirui terburu-buru dipanggil kembali ke tim pelatnas untuk mengikuti latihan."

Dengan terburu nafsu, tim Tiongkok untuk tiga kalinya menurunkan Zhao Ruirui dalam pertandingan melawan tim Polandia sebagai persiapan menghadapi Olimpiade. Zhao Ruirui bermain lima set masing-masing untuk tiga pertandingan tersebut, sehingga tulangnya keretakan lagi. Untuk menjamin kemenangan dalam pertandingan pertama di Olimpiade, pelatih kepala dengan berani menurunkannya ke lapangan, dan sebagai akibatnya Zhao Ruirui kambuh hanya dua menit setelah diturunkan, dan dilarikan ke rumah sakit.

Sejak itu Zhao Ruirui terpaksa menerima pengobatan selama dua tahun di rumah sakit. Kejuaraan Dunia Bola Voli Putri Jepang merupakan peluang emas bagi tim Tiongkok untuk merebut tiga gelar juara sekaligus. Menjelang keberangkatan tim Tiongkok, Zhao Ruirui dinyatakan sudah sembuh dan kondisi badannya cukup memuaskan. Akan tetapi ia tetap diistirahatkan.

Mengikuti kejuaraan dunia memang merupakan wajib sekaligus kehormatan bagi seseorang atlet, akan tetapi bagi Zhao Ruirui, lebih-lebih merupakan resiko. Apabila ia cedera lagi, maka itu akan berarti berakhirnya karir spiker itu sebagai pemain bola voli, bahkan kemungkinan mengakibatkan pengaruh bagi kesehatan badannya.

Li Guoping berpendapat, keputusan untuk tidak mengerahkan Zhao Ruirui ke Jepang boleh dikatakan sebagai kemajuan Tiongkok di bidang olahraga, dan memanifestasikan perhatian humaniora terhadap para atlet, yakni hasil pertandingan tidak lagi dinomorsatukan, melainkan lebih mementingkan kesehatan fisik para atlet, dan berupaya semaksimal mungkin melindungi kesehatan para atlet.

Pada hal, menaruh lebih banyak perhatian kepada atlet adalah jaminan penting untuk memperpanjang usia olahraga para atlet. Liu Xiang, atlet lari gawang putra Tiongkok yang menjuarai lari gawang 110 meter di Olimpiade Athena, justru absen dari sekian pertandingan karena cedera ringan. Setelah sembuh kembali, Liu Xiang memecahkan rekor dunia untuk nomor tersebut. Contoh itu sama sekali patut dicatat dalam buku pelajaran olahraga Tiongkok.

Liu Xiang cedera pada awal tahun ini. Li Guoping mengatakan, Liu cuma peot kaki yang hampir dialami semua atlet, dan untuk luka ringan itu biasanya atlet hanya istirahat untuk dua pekan sebelum memulihkan latihan, namun Liu Xiang malah istirahat tiga bulan. Bagi atlet yang luka dan jatuh sakit, pertandingan maupun gelar juara tidak penting lagi, yang penting ialah membebaskan diri dari kerusakan yang mungkin mengakibatkan cedera dan penyakit, memelihara kondisi badan yang sehat setelah sembuh.