Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-11-16 13:35:58    
Pelatih Tiongkok di Afrika

cri

Tahun ini genap 50 tahun penggalangan hubungan diplomatik Tiongkok dengan negara-negara Afrika. Selama setengah abad ini, Tiongkok telah mengadakan kerja sama luas dan erat dengan negara-negara Afrika di bidang ekonomi, pendidikan, kedokteran, olahraga dan lainnya. Di antaranya, pertukaran olahraga antara Tiongkok dan negara-negara Afrika telah memainkan peranan positif dalam mendorong maju usaha olahraga negara-negara Afrika dan mempertebal rasa persahabatan satu sama lain. Dalam proses kerja sama dan pertukaran olahraga Tiongkok-Afrika, Tiongkok mengirim pelatih sejumlah nomor unggulannya ke negara-negara Afrika merupakan salahsatu bentuk penting kerja sama. Selama 50 tahun ini, segelombang demi segelombang pelatih Tiongkok dikirim ke Afrika dan mereka mencurahkan banyak tenaga untuk meningkatkan taraf olahraga kompetisi setempat dan telah menjalin persahabatan yang dalam dengan rakyat di sana. Dalam acara tetap Ruangan Olahraga edisi kali ini, akan kami sampaikan laporan wartawan kami.

Warga Tiongkok Wu Haojin yang berumur 69 boleh dikatakan kariernya seumur hidup sebagai pelatih senam. Dalam dua tahun kariernya di Afrika sulit dilenyapkan dalam memoarnya, yaitu pengalaman bekerja sebagai pelatih Tim Senam Puteri Maroko dari tahun 1982 hingga 1984. Dikatakannya,

"Ketika saya baru sampai di sana, hanya terdapat 8 sampai 10 pesenam, kemudian ditambah beberapa pesenam muda. Saya seluruhnya mengasuh belasan pesenam. Sudah tentu, taraf pesenam Maroko ketika itu sulit bertanding dengan negara kuat senam yang lain, tapi mereka tampil dalam pertandingan dan memperlihatkan ketrampilannya di depan banyak rival kuat, itulah kali pertama, maka Persatuan Senam Maroko juga merasa sangat gembira."

Selama lebih dari 50 tahun ini, Tiongkok dalam bentuk antara lain mengadakan kunjungan timbal balik dan pertukaran tim olahraga, menyelenggarakan kursus dan kamp pelatihan dan mengirim pelatih, meningkatkan pertukaran dengan negara-negara Afrika di lapisan tehnik olahraga untuk membantu negara-negara terkait meningkatkan taraf kompetisi. Pertukaran dan kerja sama itu kini terus diperdalam. Hanya sejak tahun 2000, Tiongkok seluruhnya mengirim 38 pelatih 13 cabang olahraga ke 12 negara Afrika antara lain Mesir, Ethiopia dan Namibia dan kini masih sedang mengurus pengiriman pelatih ke Ghana, Sudan, Tanzania dan Niger.

Selain sejumlah nomor olahraga yang dipertandingkan dalam Olimpiade, Tiongkok juga mengirim pelatih taraf tinggi cabang olahraga tradisional Tiongkok termasuk silat Wushu. Oleh karena itu, pelatih-pelatih itu pada kenyataannya juga mengemban kewajiban memperkenalkan kebudayaan olahraga tradisional Tiongkok kepada sahabat-sahabat Afrika. Pelatih Wushu Universitas Olahraga Beijing Lu Jianming dari tahun 1997 hingga tahun 2001 datang di Mesir untuk melatih tim Wushu nasional Mesir. Ia menyumbangkan masa emas paling berharga kariernya sebagai pelatih kepada negeri indah permai di tepi Sungai Nil. Dikatakannya,

"Ketika itu, tim Wushu Mesir hanya mempunyai seorang pelatih yaitu saya sendiri. Saya mengajarkan Sanda atau "duel" dan juga Taolu atau "jurus". Saya berkerja di sana sekitar 4 tahun. Selama masa itu, tim Mesir yang dipimpin saya ikut serta dalam Kejuaraan Dunia Wushu ke-4 dan ke-5. Dalam Kejuaraan ke-4 yang diadakan di Hong Kong, tim Mesir menunjukkan penampilan baik dengan meraih satu medali emas, dua perak dan dua perunggu nomor Santa ."

Selama 50 tahun ini, tim tenis meja dan tim senam Tiongkok berkali-kali berkunjung ke negara Afrika dan pelatih Tiongkok dalam jumlah besar telah melakukan upaya gigih bagi peningkatan taraf olahraga di Mesir, Nigeria, Ghana dan negara-negara lain dan dengan nyata meningkatkan taraf perkembangan olahraga setempat. Wu Haojin dan Lu Jianming justru dua ringkasan cemerlang.

Di balik reputasi adalah pekerjaan rajin para pelatih Tiongkok. Ketika bekerja di Afrika, para pelatih Tiongkok harus mengatasi berbagai kesulitan dan gangguan. Sejumlah kesulitan komunikasi karena faktor bahasa, tidak cocok dengan iklim setempat dan keterbelakangan kondisi gedung dan lapangan olahraga selalu mengganggu para pelatih Tiongkok.

Walaupun terdapat banyak kesulitan, tapi pelatih Tiongkok tetap dengan penuh kegairahan bekerja ke Afrika. Bersamaan dengan memimpin anak asuhannya menciptakan prestasi baik, pelatih Tiongkok juga telah menjalin persahabatan yang dalam dengan para atlet Afrika. Lu Jianming merenungkan,

"Saya relatif mengenal para anak asuhan saya. Pada waktu senggang, kami juga sering berkomunikasi. Koran Mesir pernah menilai 'Pelatih Lu mengenal anak asuhannya seperti mengenal garis tangannya sendiri'. Hubungan kami sangat mesra."

Meskipun Tiongkok dan Afrika sangat jauh, tapi selama beberapa tahun ini, kalangan olahraga Tiongkok dan Afrika menanggulangi berbagai kesulitan dan melakukan pekerjaan dalam jumlah besar di bidang pertukaran dan kerja sama olahraga. Pada tahun 1986, IOC menghadiahkan Piala Olimpik kepada Komite Olimpiade Tiongkok untuk memuji sumbangan besar Tiongkok dalam membantu negara-negara berkembang lebih-lebih negara-negara Afrika.

Olahraga tidak saja memungkinkan pelatih Tiongkok dan atlet Afrika mengadakan pertukaran dan saling pengertian juga membuat hati rayat kedua benua menjadi lebih dekat. Seiring dengan lewatnya waktu, Tiongkok akan terus mengirim pelatih ke Afrika dan persahabatan Tiongkok-Afrika akan menjadi kekal abadi.