Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-12-01 11:05:55    
65 Tahun CRI

cri

Tanggal 3 Desember yang akan datang genap 65 tahun berdirinya China Radio International ( CRI ). 65 tahun yang lalu, sebuah gelombang radio yang lemah dipancarkan dari sebuah kota kecil yang bernama Yan'an, di Tiongkok barat laut. Seiring dengan perjalanan waktu, suara itu mengudara dalam semakin banyak bahasa, melingkupi wilayah yang lebih luas dan pendengarnya terus bertambah. Sekarang, marilah kita bersama-sama mengenang kembali perjalanan CRI di masa lalu dan melepas pandang ke masa depan. 

Tiongkok pada awal tahun 1940-an sedang menghadapi agresi musuh kuat dari luar. Pada masa perang berkecamuk, kekuatan bersenjata yang dipimpin oleh Partai Komunis Tiongkok ( PKT ) telah mejadi kekuatan penting perang anti fasis di dunia. Agar supaya dunia luar mengetahui dengan lebih baik pendirian PKT tentang perang melawan agresi Jepang, PKT mendirikan sebuah radio siaran bahasa asing untuk memperkenalkan situasi dalam dan luar negeri, dan mengajak berbagai kalangan di dalam dan luar negeri untuk bersama-sama menyelamatkan bangsa dari kehancuran dan memulihkan ketenteraman dunia.

Di tengah irama lagu mars, pada tanggal 3 Desember tahun 1941, CRI mulai mengudara dalam bahasa Jepang yang ditujukan kepada tentara Jepang di Tiongkok, untuk memberitahu mereka sifat perang agresi dan apa yang terjadi sesungguhnya. Penyiar pertama CRI dalam bahasa Jepang adalah seorang wanita Jepang yang anti-perang, bernama Kiyoshi Hara.

Programa yang disiarkan setiap hari pada waktu itu hanya berita selama 15 menit. Lu Rufu, seorang staf yang telah bertahun-tahun bekerja di CRI seksi bahasa Jepang mengatakan, suara Kiyoshi Hara almarhum yang mengudara dari rumah goa di Yen'an merupakan senjata untuk menceraikan tentara Jepang.

"Kiyoshi Hara dengan suaranya memberitahukan orang Jepang apa yang sesungguhnya terjadi dalam perang dan keberanaran berada di pihak mana. Siaran yang dibawakan oleh Kiyoshi Hara sangat menyakinkan dan mempengaruhi banyak orang. Kemudian, banyak tenaga ahli yang bekerja di CRI adalah bekas serdadu Jepang. Di antaranya, ada yang menyeberang ke pihak Tiongkok, ada pula yang melarikan diri secara sembunyi dari pihak Jepang. Guru saya bernama Michiyuki Ogi, bekas serdadu Jepang yang kemudian bekerja di CRI siaran bahasa Jepang. "

Namun kemenangan perang anti Jepang tidak membawa perdamaian yang seharusnya bagi rakyat Tiongkok. Tiongkok di bawah kekuasaan Partai Kuomintang, korupsi merajalela, harga barang membubung tinggi dan rakyat hidup sengsara. Pendirian PKT mendapat dukungan berbagai kalangan. Amerika Serikat yang pernah dengan sekuat tenaga mendukung perang rakyat Tiongkok melawan agresi Jepang, mula-mula hanya melihat saja, tapi kemudian mendukung Kuomintang melancarkan perang saudara.

Untuk memberitahukan keadaan sebenarnya kepada rakyat seluruh negeri, maka CRI menambah siarannya dalam bahasa Inggris. Wei Lin yang kini sudah berusia 82 tahun adalah penyiar pertama CRI dalam bahasa Inggris. Dikatakannya,

" Pada waktu itu, peralatan radio sangat sederhana, begitu pula ruang kerja, hanya ala kadarnya, kamar siaran juga tidak kedap suara, tidak ada mesin perekam. Kami harus mengundang rombongan penyanyi ke depan corong radio untuk menyiarkan lagu-lagu ".

Wei Lin sangat beruntung dibanding Kiyoshi Hara. Karena daya pemancar radio sudah jauh lebih kuat, maka suaranya dapat jelas didengar sampai kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara, bahkan mencapai Eropa dan Amerika Utara apabila cuaca baik.

CRI mulai mengayunkan langkah kedua atas dorongan kemajuan teknologi dan perubahan kebutuhan.

Pada tanggal 1 Oktober tahun 1949, melalui siaran langsung CRI mencanangkan kepada seluruh dunia berdirinya Republik Rakyat Tiongkok.

Keberhasilan diplomasi Tiongkok telah mendorong perkembangan CRI. Jenis bahasa yang disiarkan terus bertambah dan menjangkau wilayah yang lebih jauh, memberikan informasi kepada dunia tentang perubahan yang terjadi di Tiongkok di bidang-bidang politik, ekonomi dan sosial.

Pada waktu itu, sejumlah perantau Tionghoa tertarik untuk kembali ke tanah air dan bekerja di CRI. Wang Shanzhong, seorang perantau Tionghoa dari Myanmar adalah salah satu di antaranya. Dia mengatakan,

" Waktu itu kami menyiar secara langsung, semua harus dikerjakan sendiri. Waktu membawakan naskah siaran, tidak boleh salah membaca. Maka sebelum memasuki kamar siaran, naskah siaran harus dipersiapkan matang-matang."

Walau pada waktu itu CRI kekurangan tenaga profesional dan teknologi terbelakang, namun para staf bekerja dengan semangat yang tinggi.

Kondisi yang sulit, vitalitas yang ulet, inilah gambaran usaha radio siaran luar negeri Tiongkok pada tahun-tahun 1950-an dan 1960-an.

Pada tahun 1965, CRI sudah menempati urutan depan di dunia baik mengenai jenis bahasa maupun waktu siaran, sejumlah menara pemancar yang kuat juga didirikan berturut-turut. Sampai pertengahan tahun 1970-an, CRI yang mengudara dalam 43 bahasa telah menjadi jembatan penting komunikasi Tiongkok dengan dunia luar.

Seiring dengan terbukanya Tiongkok terhadap dunia luar, CRI mulai menempuh perjalanan terbuka dan perkembangan, pengaruhnyapun semakin besar. Majalah " Radio-Kurier " Jerman menyebut siaran CRI bahasa Jerman sebagai " angin segar dari Tiongkok yang jauh " dan " radio yang digemari ". Asosiasi Klub Radio Amerika Utara menilai CRI sebagai " radio terbesar di dunia ".

Sejak dari tahun 1980-an, CRI berturut-turut membuka pos koresponden di luar negeri. Wang Zuozhou, seorang redaktur senior yang kini berumur 70 tahun adalah wartawan pertama CRI yang dikirim ke luar negeri. Ia mengatakan,

" Sejak hari pertama, kami mencurahkan seluruh tenaga dalam pekerjaan. Dengan mengatasi berbagai kesulitan, kami dapat mengirim berita tepat pada waktunya. Saya pernah meliput penandatanganan persetujuan perdamaian Afghanistan di Jenewa, berita itu disiarkan hanya 20 menit setelah penandatanganan persetujuan."

Wartawan CRI dikirim satu per satu ke luarnegeri. Wartawan CRI Liu Shuyun yang ditempatkan di Jerusalem banyak mengirim berita dan laporan tentang konflik Palestina-Israel. Ia mengatakan,

" Pada saat meletusnya bentrokan Palestina-Israel bulan Oktober tahun 2000, konflik terutama terjadi di Gaza dan daerah tepi barat Sungai Yordan. Ketika itu kami pergi ke Gaza dengan membawa sebuah bendera nasional. Kami pernah menyaksikan seorang Palestina mati tertembak, darah mengucur dari kakinya. Karena orang yang tertembak itu hanya beberapa meter dari kami, maka kami terasa bahwa hidup dan mati begitu dekat dengan kami. Kejadian itu bisa saja terjadi pada diri kami. Dalam waktu beberapa tahun bertugas di sana, kami telah banyak menyaksikan kejadian seperti itu. " Demikian kata Liu Suyun.

CRI kini sudah mempunyai 29 pos koresponden di berbagai tempat seluruh dunia.

Setiap hari, CRI mengudara dalam 43 bahasa sebanyak 1.100 jam. CRI kini adalah salah satu dari tiga radio siaran internasional terbesar di dunia.

Tahun ini, CRI menyelenggarakan kegiatan " Perjalanan Persahabatan Tiongkok-Rusia " dengan mendapat sambutan hangat di Tiongkok maupun di Rusia. Tim liputan yang terdiri dari staf CRI dan Kantor Berita Tass Rusia serta media lain dengan mengendarai 13 mobil bertolak dari Lapangan Tiananmen Beijing dan tiba di Moskow satu bulan lebih kemudian. Sepanjang perjalanan, mereka telah mengirim sejumlah besar berita dan laporan. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan,

" ' Perjalanan Persahabatan Tiongkok-Rusia ' merupakan kegiatan yang tak ada presedennya dalam sejarah. 40 lebih wartawan Tiongkok telah mengunjungi 18 kota Rusia dalam waktu 40 hari. Bahkan banyak orang Rusia sangat ingin mempunyai pengalaman seperti itu. Kami menyatakan terima kasih kepada semua anggota tim liputan, khususnya kepada CRI sebagai sponsor dan penyelenggara. "

CRI sedang berubah. Dulu, pendengar menangkap siaran CRI melalui gelombang pendek. Namun, sejak dari tanggal 27 Februari yang lalu, CRI membuka siaran FM pertama di Nairobi, Kenya.

Ini adalah hari yang patut diperingati dalam sejarah siaran luar negeri Tiongkok, karena dengan adanya siaran FM, CRI lebih dekat dengan pendengarnya. Tak lama kemudian, siaran FM CRI mengudara di Vientiane, Laos pada tanggal 19 November tahun ini.

Presiden Tiongkok Hu Jintao yang tengah berkunjung di Laos bersama Presiden Laos Choummaly Syasone menghadiri peresmian siaran FM CRI di Vientiane. Presiden Hu Jintao dalam peresmian itu menyampaikan salam hangat kepada rakyat Laos. Dikatakannya,

" Tiongkok dan Laos adalah tetangga dekat, rakyat kedua negara mempunyai persahabatan tradisional yang mendalam. Peresmian siaran FM CRI di Vientiane akan merentangkan sebuah jambatan yang baru utnuk menambah saling pengertian antara rakyat kedua negara. "

Untuk mengikuti arus perkembangan media global, CRI aktif menjajaki perkembangannya melalui internet. Kini, dengan mengklik situs web CRI, para pengakses akan dapat dengan mudah mendengarkan acara terbaru CRI. Sementara itu, pengakses akan mendapat berbagai informasi tentang Tiongkok melalui rubrik-rubrik berita, olahraga, kehidupan dan lain-lain dari CRI Online .

CRI yang berumur 65 tahun mempunyai wawasan lebih luas dan fungsi yang lebih lengkap. Mengenai masa depan CRI, Direktur CRI Wang Gengnian mengatakan,

" Target perkembangan CRI di masa datang adalah mengembangkan siaran radio menjadi media modern terpadu yang meliputi siaran radio, radio online dan multimedia, guna memenuhi permintaaan pendengar di luar negeri akan informasi tentang Tiongkok di berbagai bidang. Sebagai sebuah jendela komunikasi antara Tiongkok dengan luar negeri, CRI akan membantu pendengar di luar negeri untuk mengenal Tiongkok dengan lebih baik dan sebaliknya agar rakyat Tiongkok juga mengenal dunia dengan lebih baik. "