Wang Yi yang kini tinggal dan bekerja di Hubei bagian tengah Tiongkok baru-baru ini khusus melakukan perjalanan jarak jauh ke Changchun, ibu kota Provinsi Jilin bagian timur laut Tiongkok hanya untuk tampak hadir dalam pertemuan alumni untuk memperingati genap 15 tahun wisuda. Kemudian ia segera kembali dari Changchun ke Wuhan. Dalam waktu tiga hari itu, 50 jam dilewatinya di perjalanan melalui kereta api, dan waktu berkumpul dengan bekas teman sekolah hanya 20 lebih jam. Meskipun demikian, Wang Yi sama sekali tidak tidak merasa penyesalan.
Sekarang orang yang memenuhi undangan untuk berkumpul dengan alumni tak peduli betapa jauhnya tempat berkumpul bertambah dari hari ke hari di Tiongkok. Baik orang lanjut usia yang umurnya sudah sampai 60, bahkan 70 tahun, maupun orang yang berusia setengah baya, pertemuan alumni kerap kali diahdirinya pada saat liburan panjang atau HUT perguruan tinggi. Mereka menghadiri pertemuan alumni, katanya justru untuk mengenang kembali kehidupan kolektif masa lampau.
Pertemuan alumni, baik itu pertemuan bekas teman satu kelas maupun pertemuan alumni satu sekolah, biasanya diadakan di tempat terletaknya alma mater, dan acara reuni tentu saja diselenggarakan oleh teman-teman sekolah yang berada di kota tersebut.
Tahun 2006 adalah genap 60 tahun berdirinya Universitas Jilin. Dalam beberapa hari sebelum dan sesudah perayaan HUT, pertemuan alumni kerap kali diadakan. Hampir semua hotel di Jilin pernah menyelenggarakan acara reuni alma mater, dan hotel milik Universitas Jilin lebih-lebih bernuansa ramai dengan acara serupa.
Dalam suasana riang gembira dan harus yang diwarnai dengan teriakan dan tegur sapa, serta pelukan yang hangat, bekas teman sekolah yang sudah berusia setengah baya bahkan mereka yang berusia lanjut, semuanya serupa telah lupa akan usianya dan terselimut dalam suasana riang gembira. Mereka yang berkumpul kembali setelah sekian lama berpisah, seolah-olah telah kembali ke hari-hari sewaktu bersekolah bersama.
Dalam acara reuni, alumni tentu akan berkunjung kembali ke alma mater, makan di kantin seperti siswa-siswi yang belajar di sekolah, berkuliah yang diberikan mantan guru, berjalan mundar-mandir ke tempat berkencan saat beridentitas mahasiswa, atau sama di waktu yang sudah-sudah ngobrol semalam, rasanya seolah-olah masih tinggal dalam satu asrama.
Acara reunit adalah indah, tapi singkat. Gong Wei dari Guangzhou berpelukan dengan teman-teman sekolah dan air matanya pun bercucuran saat harus pamit dan meninggalkan Changchun.
Pemimpin Umum Kantor Penerbitan Rakyat Jilin, Hu Weige mengatakan, pertemuan alumni dilakukan karena tradisi kebudayaan Tiongkok, lebih-lebih merupakan suatu sinyal bahwa orang Tionghoa haus akan kolektivisme. Pada masa lalu, orang Tionghoa selalu hidup di organisasi atau uni tertentu, seiring dengan diperdalamnya proses reformasi, semakin banyak orang terlepas dari organisasi. Dengan temu alumni, mereka yang berkumpul kembali seakan-akan kembali ke pangkuan kolektif, dan justru rasa itulah yang berperan sebagai pelipur bagi mereka.
Kepala Riset Psikologi dan Kesehatan Changchun, Zheng Xiaohua berpendapat, bagi orang Tiongkok, kolektivisme adalah tradisi, dan hanya saat berkumpul dengan bekas teman sekolah yang tidak bersangkut paut dengan keadaannya sekarang, mereka baru dapat merasa santai, dan baru bisa menyatakan perasaan sesungguhnya secara terbuka.
|