Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-01-17 14:44:16    
13 Makam Dinasti Ming

cri

Seorang kaisar Tiongkok yang naik takhta dengan menyerobot mahkota kerajaan pada awal abad ke-15 memilih suatu tempat yang indah pemandangannya di bagian utara ibukota Beijing untuk membangun sebuah makam yang besar dan megah bagi dirinya. Dalam kurun waktu lebih 200 tahun sejak itu, keturunan kaisar itu berturut-turut membangun 12 makam kaisar di sini sehingga terbentuk sebuah taman makam kerajaan sangat besar yang dinamakan 13 Makam Dinasti Ming. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (Unesco) mencantumkannya sebagai warisan dunia. Dalam Ruangan Bertamasya di Tiongkok edisi ini, saudara akan kami ajak berkunjung ke 13 Makam Dinasti Ming itu untuk melihat dua makam yang paling representatif yakni Changling dan Dingling.

13 Makam Dinasti Ming terletak di kaki Gunung Yanshan, pinggiran barat laut Kota Beijing. Di sini dimakamkan 13 kaisar, 23 permaisuri, seorang selir dan puluhan selir lain yang dikubur hidup-hidup bersama kaisar sebagai kurban. 13 makam kaisar yang megah dibangun di bukit. Bangunan makam dan pemandangan alam berbaur menjadi satu, merupakan contoh tipikal bangunan makam kaisar di Tiongkok. Pemandu wisata daerah makam tersebut, Li Mei mengatakan,"13 Makam Dinasti Ming terletak di sebuah tanah cekung anak pegunungan Yanshan, 50 km dari pusat Kota Beijing. Sebelah timur, barat dan utara adalah gunung, dan sebuah jalan di bagian tengah langsung menuju Beijing. Makam Changling adalah bagian utama ke-13 makam, dan 12 makam lainnya terletak di sisi barat dan timurnya, membentuk sebuah daerah makam yang sangat besar."

Changling yang disebut oleh Li Mei itu adalah makam Zhu Di, yakni kaisar yang pertama membangun makam di sini. Zhu Di adalah seorang kaisar yang memiliki bakat dan cita-cita besar. Ia memindahkan ibukota Dinasti Ming dari Nanjing ke Beijing terutama ingin menggunakan keunggulan geografi Beijng untuk menahan dan melawan invasi agresor ke selatan. Bersamaan dengan itu, ia telah membangun kota Beijing dan Kota Terlarang, serta membangun kembali Tembok Besar. Makam Changling yang dibangun oleh Zhu Di adalah makam pertama dari ke-13 Makam Dinasti Ming, juga makam yang paling besar dan yang bangunannya terpelihara paling utuh.

Bangunan Changling meniru struktur Istana Kuno atau Kota Terlarang, tembok warna merah dan genting glasir warna kuning dengan bangunan loteng atau balairung di sana sini, menunjukkan kedudukan agung Zhu Di sebagai kaisar yang memerintah seluruh negeri. Bangunan utama di taman makam itu dinamakan Balairung Ling'en, merupakan tempat sembahyang keluarga kaisar pada waktu itu untuk menghormat nenek moyang. Balairung itu adalah bangunan struktur kayu yang ditunjang oleh 60 tiang kayu Nanmu setinggi 12 meter dan berdiameter 1 m. Kayu Nanmu adalah bahan kayu yang sangat berharga, sangat keras dan tidak mudah lapuk, menghamburkan semacam aroma yang aneh. Menurut pemandu wisata, berhubung lalu lintas di zaman kuno sangat tidak leluasa, maka penebangan dan pengangkutan kayu-kayu Nanmu itu merupakan sautu pekerjaan yang sangat sulit dan berat. Dikatakannya, "Bahan-bahan kayu itu didatangkan dari hutan rimba provinsi-provinsi Yunnan dan Sichuan di Tiongkok barat daya. Pohon-pohon yang tinggi besar itu setelah ditebang biasanya dibiarkan berada dalam hutan sampai terjadi air bah pada tahun berikutnya yang menghanyutkan kayu-kayu tebangan itu dari pegunungan, sesampai di sungai lalu diikat menjadi rakit dan dihilirkan sampai Beijing, kemudian diangkut melalui jalan darat ke dalam kota Beijing. Pengangkutan kayu-kayu bulat itu melalui jalan darat berlangsung pada musim dingin. Pada jarak setiap beberapa meter digali sumur, dari sumur-sumur itu diambil air lalu disiramkan ke jalan, air membeku menjadi es yang licin. Di atas es itu, kayu-kayu bulat diletakkan di kereta khusus dan ditarik bergerak pelan-pelan sampai ke kota Beijing. Dengan cara demikian inilah, pengangkutan sebatang kayu bulat dari tempat asalnya sampai ke kota Beijing dibutuhkan waktu 3 sampai 4 tahun dengan menggunakan tenaga manusia sebanyak 20.000 orang. Dapat kita bayangkan betapa besar biaya tenaga manusia dan material yang digunakan untuk itu.

Di belakang Makam Ling'en berdiri sebuah bangunan persegi yang tinggi besar, dinamakan Loteng Minglou, merupakan bangunan simbolik makam kaisar Dinasti Ming, di dalamnya terdapat batu nisan pemilik makam untuk disembahyangi. Tembok yang memanjang dari kiri dan kanan Loteng Minglou membentuk lingkaran, mengelilingi onggokan tanah berbentuk bundar yang dinamakan Baoding, dan di bawah Baoding itu adalah istana bawah tanah tempat peti jenasah permaisuri disemayamkan. Dari Loteng Minglou tampak halaman balairung yang berbentuk persegi, dan di belakangnya adalah onggokan tanah bundar, sesuai dengan falsafah orang zaman kuno di Tiongkok yang menganggap langit bundar dan bumi persegi. Struktur seperti itu mengandung makna bahwa kaisar setelah mangkat akan naik ke sorga di langit.

Pada tahun 1950-an, para arkeolog merencanakan untuk menggali istana bawah tanah makam Changling, tapi mereka gagal menemukan tempat masuk ke istana bawah tanah. Setelah dipertimbangkan mereka memutuskan untuk melakukan penggalian percobaan di makam lain agar tidak merusak makam Changling, makam kaisar yang terbesar di antara 13 makam Dinasti Ming itu. Dingling adalah makam terbesar yang ketiga dari 13 Makam Dinasti Ming, di mana dimakamkan Kaisar Wanli dan dua permaisurinya, bentuk bangunannya hampir sama dengan makam Changling. Maka para arkeolog memilih Dingling untuk dilakukan penggalian percobaan.

Konon para arkeolog ketika itu juga sulit menemukan tempat masuk ke istana bawah tanah sampai ditemukannya sebuah papan batu kecil yang misterius dengan tidak disengaja. Di luar dugaan, para arkeolog menemukan bahwa papan batu itu adalah kunci untuk membuka istana bawah tanah. Pada papan batu itu terukir lokasi tempat masuk ke istana bawah tanah. Berdasarkan petunjuk papan batu kecil itu, para arkeolog dengan lancar memasuki istana bawah tanah. Mengapa para tukang pembangun makam meninggalkan sebuah papan batu kecil untuk menunjukkan tempat masuk ke istana bawah tanah? Menurut pemandu wisata, papan batu kecil itu mempunyai peran khusus pada waktu itu. Dikatakannya, "Makam Dingling dimulai pembangunannya oleh Kaisar Wanli pada usia 22 tahun, dan baru selesai ketika ia berusia 28 tahun. Ia meninggal pada usia 58 tahun, berarti makam itu harus ditutup selama 30 tahun setelah selesai dibangun. Papan batu kecil itu justru digunakan untuk menunjukkan jalan masuk ke istana bawah tanah agar tidak sampai tidak bisa menemukannya."

Istana bawah tanah Dingling terletak 27 meter di bawah permukaan tanah, atau kira-kira sama dengan ketinggian bangunan 9 lantai. Istana bawah tanah terdiri dari ruang-ruang depan, tengah, belakang, kiri dan kanan yang luas dan tinggi serta bersambungan, seluruhnya berstruktur batu. Di ruang tengah terdapat tiga kursi takhta terbuat dari batu jade putih, di depannya ada sebuah gentong keramik yang besar, di dalamnya berisi minyak bijan, digunakan sebagai lampu yang dipercaya menyala sepanjang masa. Ruang belakang adalah bagian utama istana bawah tanah, di mana bersemayam peti jenasah Kaisar Wanli dan dua permaisurinya.

Dari istana bawah tanah makam Dingling tergali lebih 3.000 benda budaya yang berharga, antara lain tenunan berwarna yang indah, pakaian dan perhiasan, juga sejumlah besar alat-alat dari emas, batu jade dan keramik yang sangat langka. Kesemua itu adalah benda-benda budaya paling berharga untuk mempelajari sejarah Dinasti Ming. Di antara benda-benda budaya itu terdapat sebuah mahkota rajutan dengan benang emas, beratnya 800 gram dan setiap helai benang emas bergaris tengah hanya 0,2 mm, memperlihatkan betapa tingginya teknik para tukang pada waktu itu. Mahkota itu merupakan pusaka negara. Selain itu, terdapat pula topi yang dipakai permaisuri untuk menghadiri upacara perayaan dan ketika dinobatkan sebagai permaisuri, terbuat dari sutera yang dihias dengan sulaman naga dan burung funiks emas. Topi itu bertatahkan seratus lebih batu delima, dan 5.000 lebih mutiara, dihias dengan bulu burung yang indah.

Istana bawah tanah makam Dingling setiap tahun dikunjungi banyak wisatawan. Guo Meifen dari Singapura mengatakan,"Dulu saya mengenal 13 Makam Dinasti Ming hanya dari buku. Kini saya datang menyaksikannya dari dekat, sulit dibayangkan bagaimana pada waktu itu membangun proyek yang begitu besar di bawah tanah yang dalam."