Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-01-18 16:17:12    
PM Israel Hadapi Tekanan Politik Luar Biasa

cri

Tanggal 16 bulan ini boleh dikatakan sebagai " Selasa Gelap " bagi Perdana Menteri Israel Ehud Olmert. Pada malam hari itu, Kepala Staf Umum Tentara Israel Dan Halutz mengumumkan untuk meletakkan jabatannya, sehingga menjadi pejabat senior yang meletakkan jabatan sejak bentrokan Israel-Lebanon pada musim panas lalu. Setelah itu, banyak orang Israel menuntu Olmert dan Menteri Pertahanan Amir Peretz juga bertanggungjawab atas kegagalan perang itu. Selain itu, pihak kepolisian Israel mengumumkan pula akan melakukan penyelidikan pidana terhadap Olmert. Dengan demikian, Perdana Menteri Israel sedang menghadapi tekanan politik yang sangat besar.

Peletakkan jabatan Halutz diumumkan dalam ketidakpuasan rakyat Israel terhadap pemimpin tentara dan politik Israel. Bentrokan Israel-Lebanon telah berakhir pada akhir bulan Agustus lalu, namun orang Israel pada umumnya berpendapat, Israel gagal dalam perang itu, karena pasukan Israel tidak dapat menyelamatkan dua prajurit Israel yang diculik milisi Hezbollah Lebanon dan tidak dapat menghancurkan kekuatan bersenjata Hezbollah, ujung tombak itu diarahkan kepada Halutz, Menteri Pertahanan Peretz dan Perdana Menteri Olmert.

Di bawah tekanan umum, pemerintah Olmert membentuk satu komisi penyelidikan khusus untuk mengadakan penyelidikan terhadap perbuatan pemerintah dan pemimpin militer dalam perang tersebut. Kini penyelidikan itu akan berakhir, komisi untuk awal berpendapat, pimpinan tentara Israel membuat kekeliruan dalam mengomandoi perang itu.

Media Israel segera mengeluarkan tanggapan atas peletakan jabatan Halutz itu dan menyebut hal itu sebagai " gempa bumi " bagi pemerintah Olmert.

Anggota Parlemen dari partai oposisi menghimbau Olmert meletakkan jabatannya. Yisrael Katz, anggota parlemen Partai Likud sayap kanan mengatakan, peletakan jabatan Halutz telah membuktikan kegagalan Israel dalam bentrokan Israel-Lebanon, maka perdana menteri dan menteri pertahanan juga harus meletakkan jabatannya. Zahava Gal-on, anggota Parlemen dari Partai Meretz sayap kiri mengatakan, selain diusut tanggungjawabnya pihak militer, lapisan pimpinan politik juga harus bertanggungjawab atas kesalahannya.

Peristiwa peletakan Halutz ternyata mendatangkan tekanan lagi kepada Olmert. Beberapa jam setelah Halutz mengumumkan untuk meletakkan jabatannya, pihak kepolisian Israel mengumumkan akan mengadakan penyelidikan pidana terhadap kejahatan Olmert yang dicurigai berbuat dalam masa jabatannya selaku menteri keuangan.

Karena terlibat dalam kasus korupsi dan peristiwa peletakkan jabatan pejabat tinggi, tingkat dukungan Olmert menurun tajam. Menurut satu angket terbaru, tingkat dukungan Olmert hanya 14 persen, separuh orang berpendapat dia harus meletakkan jabatan, sedangkan 85 persen berpendapat, pimpinan Israel adalah koruptor. Selain itu, tingkat dukungan terhadap Partai Kadima yang dipimpin Olmert juga menurun drastis, sebaliknya tingkat dukungan terhadap Partai Likud naik. Menurut jajak pendapat, apabila diadakan pemilihan umum sekarang, Partai Likud akan memperoleh kursi parlemen tiga kali lipat dari pada sekarang dan menjadi partai berkuasa.

Walau menghadapi tekanan politik yang semakin kuat, namun analis meramalkan bahwa Olmert tak akan meletakkan jabatannya dalam waktu dekat ini. Koalisi pemerintahan Olmert tetap mendapat dukungan mantap dalam parlemen. Apabila Olmert meletakkan jabatan, rakyat Israel juga tidak akan mempunyai perdana menteri yang lebih cocok. Akan tetapi, Olmert beserta pemerintahnya pasti akan menghadapi kesulitan lebih besar dalam pemerintahannya pada masa depan. Ephraim Imbar, seorang pakar Israel mengatakan, meski belum diketahui apalah Olmert dapat mengatasi krisis kali ini, tapi peletakan jabatan Halutz menandakan dimulainya kegoncangan politik di Israel.