Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-02-02 10:36:28    
Li Zicheng

cri

 

Pada masa pertengahan abad ke-17, yaitu masa pergantian antara Dinasti Ming dan Dinasti Qing, pasukan petani pemberontak pimpinan Li Zicheng mencapai kemenangan demi kemenangan dalam pertempuran melawan tentara Dinasti Ming. Ia akhirnya memimpin pasukan petani menyerbu masuk Ibu Kota Beijing untuk menggulingkan pemerintahan Dinasti Ming. Walaupun ia mengalami kegagalan pada masa kemudian, akan tetapi pemberontakan petani besar-besaran yang dipimpinnya tetap membuka satu lembaran dalam sejarah. Sedang kisah tentang masa selanjutnya juga menjadi teka-teki. Berikut mari kita kenal Li Zicheng secara lebih dekat.

Li Zicheng dilahirkan pada tahun 1606 di sebuah keluarga petani di Provinsi Shaanxi, bagian barat laut Tiongkok. Ia masuk sekolah pada usia 8 tahun. Akan tetapi tak lama kemudian ia dikirim orangtuanya ke kuil menjadi biksu karena rumahnya tidak mampu menanggung biaya sekolahnya. Selain itu, Li Zicheng juga pernah menjadi budak pemelihara kambing. Pada usia 20 tahun, Li Zicheng direkrut menjadi petugas di pos yizhan, yakni pos pemberhentian di tengah perjalanan bagi pengantar surat dinas instansi pemerintah pada zaman kuno. Sebagai prajurit yizhan, gajinya hanya sedikit dan sering kelaparan. Akan tetapi dengan watak gagah berani dan tubuh yang kuat, Li Zicheng yang pandai memanah dan menunggang kuda serta murah hati, sehingga ia sangat populer di antara prajurit.

Waktu itu Dinasti Ming sedang mengalami perubahan situasi yang drastis, dan rakyat pun terjerumus dalam kesengsaraan karena penindasan pemerintah dan bencana alam yang serius. Tahun 1627, pemberontakan petani pertama-tama meletus di Provinsi Shaanxi, Tiongkok Utara. Waktu Li Zicheng yang dipersekusi pejabat atasan membunuh perwira atasan dengan memimpin prajurit di pos yizhan, dan bergabung dalam pasukan pemberontak. Lama-kelamaan Li Zicheng menjadi pemimpin sebuah pasukan pemberontak, dan menyebut dirinya sebagai "Jenderal Chuang", yang berarti "jenderal yang berani berjuang".

Dalam pertempurannya melawan tentara pemerintah, pasukan pemberontak ada yang ditindas, ada juga yang malah menjadi lebih kuat, dan pasukan pimpinan Li Zicheng adalah salah satu di antaranya. Suatu peristiwa, pasukan pimpinan Li Zicheng dikepung tentara pemerintah di lembah gunung selama puluhan hari, sehingga prajuritnya kelaparan bukan main. Pada saat kritis, Li Zicheng yang berkepala dingin pura-pura menyerahkan diri kepada tentara pemerintah. Tentara Dinasti Ming yang percaya kepadanya menghentikan serangan, dan mengizinkan tentara pemberontak melangkah ke luar dari lembah yang dikepung. Begitu ke luar dari lembah, pasukan petani melancarkan pemberontakan mati-matian dan berhasil membasmi tentara pemerintah. Melalui pertempuran demi pertempuran, pasukan pimpinan Li Zicheng berkembang menjadi semakin kuat dan pada masa emasnya beranggota ratusan ribu orang setelah menggabungkan banyak pasukan pemberontak lainnya. Sejak itu Li Zicheng pun diganti panggilannya dari "Jenderal Chuang" menjadi "Raja Chuang". Sementara itu sejumlah tokoh intelektual juga bergabung dalam pasukannya, dan berperan sebagai penasehat. Pasukan Li Zicheng mengajukan banyak slogan yang antara lain berbunyi: "membagi-bagikan tanah garapan dan membebaskan pungutan pajak bahan makanan" serta "pantang merampok dan tidak membunuh secara membabi buta". Dengan disiplin yang ketat, pasukan Li Zicheng mendapat dukungan kuat rakyat. Di kalangan rakyat pun tersebar lagu rakyat yang memuji pasukan Li Zicheng.

Melalui peperangan selama belasan tahun, pasukan Li Zicheng sudah beranggota satu juta orang, dan menyerbu masuk Ibu Kota Beijing yang dikuasai Dinasti Ming pada Maret tahun 1634. Sebelum masuknya tentara pemberontak ke Istana Terlarang, Kaisar Chongzhen Dinasti Ming bunuh diri. Setelah menduduki Kota Beijing, Li Zicheng mendirikan pemerintahan Dashun. Li Zicheng yang mengira dia sudah mencapai sukses penuh, mulai mencabut jabatan atau membunuh jenderal-jenderal yang berjasa besar dalam proses menggulingkan pemerintahan Dinasti Ming, sehingga amat membahayakan kestabilan kekuasaannya. Waktu itu kekuasaan Dinasti Qing yang berkuasa di bagian timur laut Tiongkok mulai memperkuat diri dengan pesat, dan berambisi menguasai kekuasaan di seluruh Tiongkok. Akan tetapi, karena dihalangi oleh tentara Dinasti Ming pimpinan Jenderal Wu Sangui di Benteng Shanhaiguan, tentara Qing tak bisa melangkah maju ke bagian tengah Tiongkok. Setelah Wu Sangui mengetahui bahwa anggota keluarganya dirugikan oleh bawahan Li Zicheng, dia menjadi amat murka. Ia kemudian membuka pintu gerbang Benteng Shanhaiguan untuk menyambut masuknya tentara Dinasti Qing. Pada saat kritis itu, Li Zicheng memimpin pasukan melancarkan perlawanan ke Benteng Shanhaiguan. Namun ia mengalami kegagalan, dan terpaksa menarik mundur pasukannya ke Beijing. Tak lama setelah naik takhta, Li Zicheng pun mundur dari Beijing. Masuknya Li Zicheng ke Beijing sampai kemundurannya dari kota itu, hanya memakan waktu 42 hari.

Setelah itu pasukan Li Zicheng mundur ke Jiugongshan di Provinsi Hubei bagian tengah Tiongkok karena terus dikejar tentara Qing. Di Jiugongshan, Li Zicheng dan 28 pengikutnya dikepung oleh tentara Qing. Tersebar banyak versi tentang kisah hidup atau mati Li Zicheng sejak saat itu. Versi pertama mengatakan bahwa Li Zicheng dibunuh oleh keponakan dan penduduk setempat. Sedang versi lain mengatakan, Li Zicheng setelah menyamar dengan mengganti pakaiannya meloloskan diri, kemudian menjadi biksu di sebuah kuil.

Mengenai hidup atau matinya Li Zicheng, sampai sekarang tidak ada kesimpulan pasti. Akan tetapi, yang dapat dibenarkan ialah pemberontakan petani yang dipimpin oleh Li Zicheng akhirnya menggulingkan pemerintah Dinasti Ming, dan ia patut disebut sebagai pahlawan pemberontakan petani.