Selama proses peperangan, Nurhachi sudah mulai melakukan persiapan untuk mendirikan pemerintahan independen. Ia mengubah tradisi rakyat Nuzhen yang berkelana. Dengan mencontoh masyarakat bagian tengah Tiongkok, ia mendukung pengembangan metalurgi dan penambangan di kawasan Nuzhen. Di bawah pimpinannya, rakyat etnis Nuzhen juga mulai bercocok tanam dan memelihara ulat sutra, sehingga ekonomi rakyat etnis Nuzhen mengalami perkembangan besar. Dulu etnis Nuzhen tidak mempunyai aksara. Atas pimpinan Nurhachi, huruf bahasa Mongol digabungkan dengan bahasa Nuzhen sehingga terciptalah huruf bahasa etnis Nuzhen. Selain itu, Nurhachi mendirikan pula serentetan lembaga administrasi dan kehakiman yang relatif lengkap. Setelah syarat-syarat tersedia, Nurhachi mengadakan upacara pembentukan negara yang khidmat pada tahun 1616, dan menetapkan nama negara sebagai "Negara Jin Raya", yang disebut sejarawan kemudian sebagai "Hou Jin".
Setelah berdirinya Jin Raya, Nurhachi secara tuntas melepaskan diri dari ikatan dengan pemerintahan Dinasti Ming di bagian tengah Tiongkok, dan melancarkan serangan besar-besaran terhadap wilayah kekuasaan Dinasti Ming. Pada tahun 1622, Nurhachi berturut-turut merebut 40 kota Dinasti Ming, sehingga kekuasaannya bertambah luas dari bagian timur laut ke bagian tengah Tiongkok. Sementara melancarkan peperangan, Nurhachi terus memperkokoh dan melakukan pembangunan pemerintahan negara. Ia melaksanakan kebijakan baru tentang tanah garapan serta perpajakan, sehingga sangat disambut kaum petani.
Tahun 1626, Nurhachi sendiri memimpin pasukan melancarkan serbuan terhadap pasukan Dinasti Ming. Pertempuran sengit pun terjadi di daerah perbatasan antara Negara Jin Raya dan Dinasti Ming. Dalam pertempuran itu pasukan Jin Raya mengalami pukulan berat. Kegagalan semacam itu jarang terjadi sejak Nurhachi melancarkan perang terhadap Dinasti Ming. Kegagalan itu kemudian adalah kekalahan paling besar yang dialami Nurhachi semasa hidupnya. Setelah pertempuran itu berakhir, Nurhachi meninggal dunia karena sakit dalam usia 68 tahun.
Selama 40 tahun sejak Nurhachi mendirikan pasukan Jin Raya, ia mencetak banyak kemenangan dengan mengalahkan pasukan kuat dengan pasukan yang relatif kecil. Berkat upayanya, masyarakat bersistem budak etnis Nuzhen dengan cepat berkembang. Setelah wafatnya, putranya Huang Taiji naik takhta, dan mengubah nama negara menjadi "Qing". Tahun 1644, pemerintah Dinasti Qing menggantikan pemerintah Dinasti Ming dengan Beijing sebagai ibukotanya. Dengan demikian terbukalah satu lembaran baru dalam sejarah feodal Tiongkok. 1 2
|