Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-03-12 11:32:15    
Tiongkok Berupaya Perkecil Kesenjangan Antara Yang Miskin dan Yang Kaya

cri

Seiring dengan perkembangan pesat dan kontinu ekonomi Tiongkok, pendapatan penduduk Tiongkok juga mengalami peningkatan relatif pesat. Selama beberapa tahun ini, masalah kesenjangan antara yang miskin dan yang kaya selalu menarik keprihatinan besar berbagai kalangan sosial Tiongkok. Sementara itu, kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin juga merupakan titik berat masalah sosial yang ditangani oleh pemerintah Tiongkok.

Sejak akhir tahun 1970-an, koefisien Gini yang menunjukkan kesenjangan antara yang miskin dan kaya Tiongkok selalu meningkat. Statistik Bank Dunia menunjukkan, sekitar 30 tahun yang lalu, koefisien Gini Tiongkok adalah 0,16. Tapi pada tahun 2005 koefisien Gini Tiongkok mendekati 0,47, melampaui garis peringatan kesenjangan antara yang miskin dan yang kaya yang diakui secara umum di arena internasional. Akan tetapi 30 tahun tersebut bertepatan dengan masa perkembangan pesat ekonomi Tiongkok. Ini menandakan bahwa semakin lebarnya kesenjangan antara yang miskin dan yang kaya Tiongkok timbul dengan latar belakang perkembangan ekonomi Tiongkok yang pesat dan diperbaikinya secara nyata penghidupan rakyat.

Menurut perhitungan Akademi Sosial dan Ilmu Pengetahuan Tiongkok, pendapatan sekitar 20% penduduk Tiongkok mencapai 18 kali lipat pendapatan paling rendah di Tiongkok. Pemerintah Tiongkok telah menyadari penuh masalah tersebut, dan berupaya mengatasinya. Karena kesenjangan antara miskin-kaya adalah bukan saja masalah ekonomi, tapi juga masalah keadilan sosia, maka ini dapat mempengaruhi distribusi kekayaan sosial yang rasional dan perkembangan ekonomi berkelanjutan.

Di Tiongkok, pendapatan petani lebih rendah daripada penduduk kota. Ini merupakan masalah yang paling populer di Tiongkok. Untuk memperkecil kesenjangan pendapatan antara desa dan kota, sejak tahun 2004, pemerintah Tiongkok akan mengalokasikan lebih banyak dana anggaran publik ke pedesaan, supaya kaum tani dapat membeli bibit yang unggul dan mesin pertanian yang lebih maju agar meningkatkan pendapatan mereka. Langkah tersebut telah mencapai hasil yang relatif baik. Petani Zhou Ming, dari Desa Zhaiping, Provinsi Sichuan, Tiongkok barat daya, mengatakan, selama beberapa tahun ini, dengan bantuan pemerintah, pendapatan kaum tani di desanya meningkat dari tahun ke tahun. Tingkat penghidupan mereka ditingkatkan ke taraf baru.

Dikatakannya: "Sekarang ini saya memiliki kolam ikan seluas 0,13 hektar dengan pendapatan pertahun sekitar 5 ribu yuan. Tanah padi seluas 0,4 hektar yang menghasilkan 3.500 kilo padi dengan pendapatan pertahun sekitar 4 sampai 5 ribu yuan; 4 ekor babi dengan pendapatan sekitar 3 ribu yuan. Sekarang saya sudah menjadi lebih kaya daripada di masa lalu."

Banyak petani Tiongkok yang seperti Zhou Ming. Kondisi mereka sekarang berangsur-angsur mendekati penduduk kota. Di sejumlah daerah, kenaikan pendapatan petani sudah melampui penduduk kota. Data yang diumumkan oleh Biro Statistik Negara Tiongkok menunjukkan, pendapatan perkapita pertahun petani Tiongkok tahun 2006 mencapai 3.587 yuan, meningkat lebih dari 10% daripada di tahun 2005.

Selain itu, sejak tahun ini, Tiongkok membatalkan semua biaya kecuali ongkos buku pelajaran yang ditanggung oleh siswa pada tahap pendidikan wajib di pedesaan. Tiongkok akan mempopulerkan sistem pengobatan gotong royong pedesaan tipe baru di seluruh negeri dalam 3 tahun mendatang. Langkah-langkah tersebut akan mengurangi belanja sehari-hari petani dalam jumlah besar, sehingga mereka memperoleh lebih banyak keuntungan.

Selain kesenjangan pendapatan antar desa dan kota, kesenjangan pendapatan antar penduduk kota juga tak boleh diremehkan. Di kota, kelompok yang sangat miskin yang kekurangan sumber pendapatan juga menarik keprihatinan khusus pemerintah Tiongkok.

Sementara memberikan subsidi kepada kaum pendapatan rendah dan membantu mereka meningkatkan pendapatan, pemerintah Tiongkok juga menaruh perhatian besar pada penyesuaian distribusi pendapatan penduduk melalui cara pajak. Tahun lalu, Tiongkok meningkatkan standar pemungutan pajak perseorangan menjadi 1.600 yuan ke atas dari 800 yuan pada masa lalu, dan mengintensifkan pengawasan dan pengelolaan terhadap kelompok pendapatan tinggi, supaya dengan efektif mengatur distribusi pendapatan. Wakil Direktur Biro Umum Perpajakan Negara Tiongkok Wang Li mengatakan: "Setelah ditingkatkannya standar pemungutan pajak perseorangan pada tahun lalu, menurut statistik yang tak sempurna, yang dibebaskan dari pajak perseorangan berkurang lebih dari 20 juta orang di seluruh negeri. Langkah tersebut menguntungkan pemeliharaan keadilan sosial dan mendorong pembangunan sosial harmonis."

Selain itu, bagi kelompok pendapatan tinggi, pemerintah Tiongkok dan lembaga non-resmi mengambil sejumlah langkah yang diperlukan untuk mengekang pertumbuhan pendapatan mereka yang terlalu pesat. Berkenaan dengan itu, Direktur Kantor Konsumsi Institut Ekonomi Komisi Pembangunan dan Reformasi Negara Tiongkok, Chen Xinian menyatakan, ini merupakan permulaan baik upaya Tiongkok memperkecil kesenjangan antara kaum miskin-kaya.

Dikatakannya: "Ini menandakan bahwa kami tidak saja mengambil sejumlah langkah untuk meningkatkan pendapatan kaum pendapatan rendah, tapi juga menstandarkan tata tertib distribusi di bidang distribusi tahap pertama. Ini menandakan pula diaturnya dengan lancar tata tertib distribusi pendapatan, tergantung tidak saja pada pengawasan tapi juga displinan diri."

Walaupun Tiongkok telah melakukan upaya yang sangat besar dalam memperkecil kesenjangan antara kaum miskin-kaya, dan telah mencapai hasil tertentu, tetapi ketidakseimbangan perkembangan ekonomi dan sosial Tiongkok dewasa ini mengakibatkan tetap terdapatnya kesenjangan tertentu antar desa dan kota, antar wilayah dan antar berbagai sektor. Untuk itu, Direktur Komisi Pembangunan dan Reformasi Negara Tiongkok Ma Kai menyatakan, ke depan Tiongkok akan terus mengambil langkah untuk memperkecil kesenjangan miskin-kaya dan mendorong pembangunan sosial harmonis.

Dikatakan oleh Ma Kai: "Ke depan perlu dengan sungguh-sungguh mengatur distribusi pendapatan, termasuk sejumlah langkah ekonomi dan hukum. Menyempurnakan lebih lanjut sistem jaminan sosial, aktif membantu kelompok yang sangat miskin di kota dan desa, serta mengatasi masalah produksi dan penghidupan."