Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-03-14 14:32:06    
Analis tentang Surplus Perdagangan Tiongkok

Kantor Berita Xinhua

Statistik terbaru Biro Umum Pabean Tiongkok menunjukkan, nilai total impor dan ekspor perdagangan luar negeri Tiongkok Februari lalu mencapai 140,44 miliar dolar Amerika, meningkat 32,9% dibanding masa sama tahun lalu. Di antaranya ekspor tercatat 82,1 miliar dolar Amerika, meningkat 51,7%; sedang impor tercatat 58,34 miliar dolar Amerika, meningkat 13,1%. Tingkat pertumbuhan ekspor lebih tinggi 38,6% daripada tingkat pertumbuhan impor. Surplus perdagangan Februari mencapai 23,76 miliar dolar Amerika, suatu rekor baru dalam sejarah. Dengan demikian Tiongkok telah secara berturut-turut selama 34 bulan mewujudkan surplus perdagangan bulanan sejak Mei tahun 2004.

Terpengaruh oleh liburan panjang Tahun Baru Imlek bulan lalu, melambannya laju pertumbuhan impor Februari lalu tidak sulit dimengerti. Akan tetapi surplus perdagangan untuk dua bulan pertama tahun ini telah mencapai 39,61 miliar dolar Amerika, yaitu sama dengan 22% surplus perdagangan tahun 2006. Ini berarti Tiongkok masih menghadapi tugas berat untuk mewujudkan target mengurangi surplus perdagangan pada tahun 2007.

Pada dua bulan lalu, ekspor tercatat 168,71 miliar dolar Amerika, meningkat 41,5%; sedang impor tercatat 129,1 miliar dolar Amerika, meningkat 20,6%. Laju pertumbuhan ekspor lebih tinggi 20,9% daripada laju pertumbuhan impor. Pertumbuhan pesat ekspor secara besar-besaran menambah surplus perdagangan.

Mulai dari September tahun 2006, Tiongkok mengambil serangkaian langkah untuk mengontrol ekspor, antara lain, mengurangai tingkat pengembalian pajak untuk ekspor, namun hasilnya sangat tipis. Wakil Presiden Kelompok Tekstil Tiongkok, Li Lingmin berpendapat, kebutuhan kuat pasar internasional terhadap produk Tiongkok adalah sebab utama pertumbuhan pesat ekspor.

Ahli Biro Umum Pabean Tiongkok berpendapat, munculnya surplus perdagangan dalam jumlah besar di samping berkaitan erat dengan kebijakan-kebijakan negara yang mendukung perdagangan pengolahan dan penyerapan modal asing, juga berhubungan dengan tingkat pengembalian pajak untuk ekspor serta naiknya nilai mata uang yuan renminbi.

Ahli berpendapat, Tiongkok selama bertahun-tahun ini melaksanakan kebijakan yang mendukung perdagangan pengolahan, sehingga perdagangan pengolahan menjadi sumber utama surplus perdagangan. Perusahaan-perusahaan transnasional dari negara-negara industri memindahkan manufaktur kelas menengah dan rendah ke Tiongkok, dan kemudian membeli barang-barang jadi dari Tiongkok untuk dijual ke negerinya masing-masing, perpindahan manufaktur itulah yang memperluas surplus perdagangan Tiongkok. Kedua, penyerapan modal asing secara efektif juga ikut mendorong berkurangnya impor serta bertambahnya ekspor. Dewasa ini negara dan daerah yang menanam modal di Tiongkok sudah melampaui 190, dan 70% di antaranya berpusat di industri manufaktur. Perusahaan-perusahaan modal asing itu tidak hanya mengekspor barangnya dalam jumlah besar. Mereka juga secara berangsur-angsur menggantikan sebagian barang impor dengan barang-barang buatannya di Tiongkok. Surplus perdagangan yang diwujudkan oleh perusahaan modal asing di Tiongkok pada tahun lalu mencapai 91,22 miliar dolar Amerika, yaitu meliputi 41,45% surplus perdagangan seluruh negeri.

Ahli berpendapat, surplus perdagangan Tiongkok dalam jumlah besar diakibatkan oleh struktur ekonomi dan arah perkembangan, namun mengenai surplus perdagangan dalam jumlah besar pada tahun 2006, terdapat tiga unsur jangka pendek. Pertama, banyak perusahaan menambah ekspor sebelum menyesuaikan kembali tingkat pengembalian pajak untuk ekspor. Kedua tekanan naiknya mata uang renminbi memaksa perusahaan Tiongkok mempercepat langkah ekspor. Dn ketiga,naiknya harga ekspor menyebabkan volume perdagangan bertambah dengan pesat.

Para ahli berpendapat, kebijakan ekonomi, yang mengutamakan penyerapan modal asing serta struktur perdagangan Tiongkok dengan perdagangan pengolahan sebagai soko gurunya yang menjadi penentu gejala surplus perdagangan Tiongkok, tidak akan ditiadakan dalam jangka pendek. Terus memperluasnya surplus perdagangan Tiongkok adalah normal mengingat ekonomi nasional Tiongkok berjalan dengan sehat; perdagangan luar negerinya berkembang dengan makmur; dan volume total perdagangannya dengan luar negeri terus meningkat. Kriteria untuk menghitung ketidakseimbangan perdagangan adalah 10% (volume surplus dan defisit/volume total impor dan ekspor). Tiongkok kini baru saja menyentuh "garis siap siaga", dan pada pokoknya surplus perdagangan Tiongkok masih berada dalam batas yang normal.