Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-03-28 16:39:41    
Terakota Wanita Memberi Inspirasi bagi Dunia

cri

Perang sering kali terlukiskan sebagai cerita heroik yang penuh kejayaan. Dalam cerita-cerita atau catatan sejarah tentang perang, yang jadi perhatian biasanya bagaimana kemenangan diraih, dan bagaimana kekuatan suatu negara atau kelompok mampu mengalahkan negara atau kelompok lain. Dalam cerita perang, yang juga biasanya menonjol adalah cerita tentang laki-laki dan dunia mereka yang penuh kemuliaan dan nama besar. Tetapi bagaimanakah perang bagi para wanita?

Mungkin Anda semua telah mendengar kehebatan pasukan Kaisar Qin Shi Huang, kaisar pertama yang berhasil menyatukan Tiongkok. Kejayaannya tidak saja tercatat oleh sejarah, tetapi juga masih bisa disaksikan sampai sekarang dalam bentuk ribuan patung terakota prajurit-prajurit Kaisar Qin Shi Huang dalam posisi perang. Patung-patung terakota ini dapat disaksikan di Xi'An, ibukota propinsi Shaanxi.

Salah satu pengagum keindahan patung-patung terakota kuno ini adalah Marian Hayerdahl, seorang seniman dari Norwegia.

Marian mengatakan, "Ketika saya pertama kali menyaksikan pasukan terakota ini di Xi'an, saya merasa amat kagum dengan keindahan pasukan terakota ini. Jadi saya membeli sebuah replica patung jendral sebesar ukuran aslinya. Saya membawanya pulang ke studio saya di Norwegia. Pada suatu malam, saya memandanginya, dan merasa bahwa seragam mereka seperti rok. Jadi saya pikir akan baik kalau saya menjadikan mereka wanita dan menekankan isu penderitaan wanita dalam masa perang."

Memasuki ruang pamer Pabrik 798 di Beijing, Anda akan merasakan kesan misterius yang penuh wibawa. Di ruangan tersebut berdiri tegak 56 patung terakota dengan pakaian serdadu lengkap dengan seragamnya. Pengunjung masuk dari pintu belakang, dan segera akan tercekat oleh kekuatan patung-patung berseragam militer ini. Tetapi ketika pengunjung membalikkan badan dan berhadapan dengan wajah para serdadu ini, barulah para pengunjung menyaksikan bahwa tubuh maskulin serdadu-serdadu ini menampakkan tubuh wanita yang ringkih yang bercerita tentang penderitaan wanita akibat perang.

"Saya mempelajari ekspresi-ekspresi wanita-wanita Tiongkok. Saya duduk-duduk di restoran sambil mengamati mereka yang duduk di sekitar saya. Saya juga jalan-jalan untuk mengerti keindahan wajah mereka," kata Marian.

Selain wajah serdadu yang dibuat serupa dengan wanita-wanita Tionghoa, tubuh patung-patung ini dari depan juga ditambah dengan payudara. Tiap patung berbeda wajah, ekspresi, dan keadaan tubuh. Ada patung yang hamil, ada yang menggandeng seorang anak kecil. Ada yang perutnya tertusuk tombak. Ada yang ekspresi wajahnya penuh amarah, ada pula yang justru menjulurkan lidahnya seperti mengejek.

"Di buku besar sejarah kita hanya bisa membaca tentang perang, berapa yang tewas, siapa yang jendralnya, siapa pemimpinnya. Tetapi Anda tidak mengetahui cerita-cerita tentang wanita, yang misalnya menunggu suami atau anak mereka pulang tetapi mereka tidak kunjung datang. Atau ada juga wanita-wanita yang diperkosa oleh musuh sehingga mengandung anak dari musuh, anak yang tidak akan dicintai siapapun." Demikian papar Marian tentang cerita yang hendak ia sampaikan melalui patung-patung terakota wanitanya.

Sebuah patung melukiskan wanita yang mendorong kereta dengan patung anak-anak di dalamnya. Patung ini melukiskan generasi-generasi selanjutnya yang turut menanggung akibat perang dan akan meneruskan hidup dengan beban dendam dan penderitaan perang. Selain itu, ada pula patung yang memegang kitab suci. Ia menggambarkan penderitaan perang karena agama. Sementara itu, ada patung yang satu tangannya buntung sedangkan tangan yang lain memegang seekor tikus. Patung ini menggambarkan korban ledakan nuklir. Setelah ledakan nuklir, hanya tikus yang dapat hidup.

Patung-patung ini berdiri tegak dengan tinggi yang hanya sedikit lebih tinggi dari manusia biasa. Semuanya berseragam militer dengan pangkat berbeda dan berbentuk seperti patung terakota pasukan Qin Shi Huang yang gagah dan perkasa. Tetapi para pengunjung yang bisa lalu lalang di antara patung-patung ini akan segera merasakan sergapan cerita-cerita para wanita dalam masa perang. Dalam wujud wanita-wanita berseragam pasukan terakota ini, tiba-tiba cerita-cerita ini jadi begitu dekat dan mencekam, karena para pengunjung berada di tengah-tengah patung-patung ini.

Marian Heyerdahl dilahirkan di Norwegia dan mendapatkan pendidikan seni rupa dari Sekolah Tinggi Seni di Oslo. Ia telah mempertunjukkan karya-karyanya di berbagai negara, termasuk Norwegia, Spanyol, Tiongkok, dan Amerika.

Mengenai karyanya kali ini, Marian mengatakan bahwa meskipun patung-patung ini menggunakan ikon seni kuno Tiongkok dan mengubah bentuknya sebagai kritik, isu ini universal. Meskipun karya seni dan inspirasinya dari Tiongkok. Peperangan terjadi di mana-mana dengan seribu satu alasan dan masih terus terjadi di dunia. Patung-patung ini mengajar para pengunjungnya memahami cerita-cerita perang sebagai penderitaan umat manusia di manapun dan kapanpun, daripada sekedar kemenangan dan kejayaan negara. Karena itulah Marian berharap agar pameran ini bisa berpindah-pindah ke berbagai negara agar bisa menjadi inspirasi bagi lebih banyak orang.

Nah Saudara Pendengar, demikian tadi laporan tentang terakota wanita yang menjadi inspirasi tentang duka manusia akibat perang. Amelia Hapsari melaporkan untuk China Radio International.