Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-04-11 15:28:50    
Tiongkok Perhatikan Masalah Terlalu Beratnya Beban Pelajaran Anak-Anak Muda Kota Dan Desa

cri

Kini Tiongkok sedang berupaya meningkatkan taraf pendidikan bagi masyarakat. Akan tetapi dalam proses pembelajaran yang diterapkan di Tiongkok, terdapat satu masalah yang semakin menimbulkan keprihatinan rakyat. Di daerah kota dan desa Tiongkok, khususnya di kota-kota besar Tiongkok, beban pelajaran anak-anak muda terlalu berat. Banyak orang tua yang ingin anaknya menjadi pembesar sehingga mereka mendorong anak-anak mereka untuk mengikuti banyak kursus penataran di luar pelajaran sekolah. Dalam acara untuk minggu ini kita akan berjumpa seorang anak perempuan kota Beijing yang bernama Junjun. Marilah kita mendengarkan cerita suka dukanya dalam belajar musik.

Akhir pekan telah tiba. Pagi-pagi Junjun sudah bangun dan mulai berlatih Er Hu, yaitu semacam alat musik gesek tradisional Tiongkok, yang terkenal sebagai "violin Tiongkok". Junjun yang berumur 7 tahun baru kelas dua SD. Ayahnya adalah seorang supir taksi, sedang ibunya bekerja di shopping mall. Kakek dan neneknya sudah pensiun. Setiap minggu pada hari libur, Junjun pergi ke rumah kakek dan neneknya untuk menginap di sana selama dua hari. Namun, menurut perkataan Junjun, baginya tidak ada kemungkinan untuk "beristirahat" pada hari libur. Karena pada hari-hari itu, ia harus belajar Er Hu di rumah gurunya. Setelah makan pagi, dan berlatih dua lagu yang sedang dipelajarinya, ia harus keluar rumah bersama kakeknya.

"Mula-mula kami memaksa dia belajar Er Hu, tapi lama kelamaan kami merasa belajar musik bermanfaat bagi pengembangan kecerdasannya. Ia sering menghafalkan lagu-lagu yang panjang. Ini melatih daya ingatnya, sehingga sekarang ia sangat pandai menghafal buku."

Menurut perkataan kakek Junjun, belajar musik bermanfaat untuk mengembangkan kecerdasan anak-anak dan bermanfaat bagi pertumbuhan anak-anak. Akan tetapi pada kenyataannya, ada hal lain yang lebih penting dari itu. Kebanyakan orang tua ingin anaknya mempunyai kepandaian yang lebih banyak daripada anak-anak lain. Kepandaian lebih itu dapat membantu mereka untuk lebih mendapat prioritas bila akan masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) atau bahkan perguruan tinggi yang memiliki tenaga pengajar dan fasilitas pendidikan yang baik. Orang tua amat mementingkan hal ini. Contohnya, Junjun. Persiapannya untuk memasuki universitas sudah jauh dimulai ketika ia baru berusia umur 3 tahun.

"Ketika ia berumur 3 tahun, saya memeluknya untuk menari bersamanya. Perasaannya terhadap irama sangat kuat. Maka kami meminta dia belajar tari-tarian. Satu tahun kemudian, dia ganti belajar Er Hu. Bukankah kata orang, kalau punya kepandaian khusus ketika ikut ujian masuk Universitas, ia akan mendapat angka kepandaian lebih?"

Ketika siswa Tiongkok ikut serta dalam ujian SMA dan universitas, apabila ia memiliki semacam ketrampilan khusus, maka ia akan mendapat angka khusus. Inilah angka kepandaian khusus yang dimaksud oleh kakek Junjun. Pandai main Er Hu juga termasuk suatu ketrampilan. Asal siswa telah melalui ujian ketrampilan tingkat tertentu, maka siswa akan dapat memperoleh angka kepandaian ketika mengikuti ujian Universitas. Sedangkan tari-tarian tidak termasuk kepandaian. Maka tidak diberikan angka khusus kepada siswa yang pandai menari walaupun ketrampilannya sangat tinggi. Karena itulah, setelah belajar menariselama satu tahun, Junjun mulai belajar Er Hu. Tetapi bagi Junjun, Er Hu bukan satu-satunya yang harus dipelajari. Selain ikut kursus Er Hu, Junjun harus ikut pelatihan di luar pelajaran mengenai kaligrafi, matematika, bahasa Inggris, bahasa mandarin serta lain sebagainya.

Orang tua Junjun bisa dibilang menaruh perhatian sangat besar kepada pertumbuhan Junjun. Tapi proses pembinaan itu juga bisa membuat Junjun merasa sangat lelah.

"Cape! Belajar Er Hu cape sekali! Saya tidak dapat istirahat satu hari pun. Hari Sabtu dan Hari Minggu harus ikut kursus."

Padahal, anak-anak seperti Junjun amat banyak jumlahnya di kota-kota Tiongkok. Menurut statistik, separuh anak-anak kota sedang belajar atau pernah belajar alat musik. Sekurang-kurangnya separuh lebih anak-anak ikut kursus di hari libur. Ada yang bahkan mendaftarkan anaknya ke lebih dari 3 macam kursus tambahan untuk mata pelajaran di sekolah. 90% siswa-siswa SD dan SMP di Beijing mendapat pendidikan keluarga, atau sekurang-kurangnya menerima mengikuti sebuah kursus di luar pelajaran normal. Ketika kami memberitahukan kelelahan anak-anak kepada orang tuanya, di luar dugaan, para orang tua juga merasakan kesulitan tersebut.

Kakek Junjun mengatakan kepada kami, meskipun Beijing tidak kekurangan sumber pendidikan, tapi setiap keluarga berharap anak-anak mereka dapat memasuki sekolah yang bertaraf pendidikan tinggi. Maka mereka terpaksa meminta anak-anak mengikuti satu kursus demi satu kursus lainnya.

Padahal mengikuti kursus tidak menjamin bahwa Junjun pasti bisa masuk sekolah yang bagus. Kalau ingin memilih sekolah terbaik di Beijing, keluarga Junjun harus membayar biaya yang amat besar. Kebijakan pemerintah Beijing menetapkan siswa sekolah dasar hendaknya masuk ke sekolah berdasarkan tempat tinggalnya, sehingga mereka masuk sekolah yang lebih dekat dengan rumah. Akan tetapi banyak orang tua yang berharap anaknya masuk ke sekolah dengan pendidikan yang lebih tinggi. Dan untuk itu, mereka membayar biaya besar. Biaya itu disebut sebagai "biaya pilih sekolah." Dapat dikatakan, "memilih sekolah" sudah menjadi gejala yang sangat populer di Beijing.

Untuk itu, Kongres Rakyat Nasional Tiongkok, badan penegak hukum tertinggi Tiongkok, memperbaiki Undang-Undang Pendidikan Wajib. KRN mengatur agar sumber-sumber pendidikan mewujudkan pendidikan yang sama derajat. Menteri Pendidikan Tiongkok Zhou Ji mengatakan kepada wartawan, bahwa langkah ini merupakan pelarangan bagi tindakan "memilih sekolah." Namun sebuah perintah saja tidak dapat mematahkan semangat orang tua yang ingin anaknya menjadi pembesar. Berkenaan itu, Zhou Ji menyatakan telah mengerti tindakan-tindakan mereka. Dikatakannya bahwa di samping melarang "memilih sekolah," pemerintah Tiongkok akan aktif memperbaiki syarat pendidikan sekolah, dan meningkatkan mutu pendidikan, agar orang tua dan anak-anak tidak perluh memilih sekolah lain.

Pelajaran musik Junjun tetap berlangsung. Berbagai kursus juga tidak berhenti, karena persaingan masih terus berlangsung. Kapan tindakan pemerintah akan efektif, masih memerlukan waktu.

Saudara pendengar, dengan ini selesailah Ruang Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan, Lily mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda. Kita berjumpa kembali dalam acara yang sama minggu depan.