Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-05-16 15:34:15    
Kuil Fayuan

cri

Di distrik kota Beijing yang ramai ada sebuah kuil kuno yang telah berumur seribu tahun lebih yakni Kuil Fayuan, sebuah kuil bersejarah paling lama di kota Beijing sekarang ini. Kuil tersebut kini merupakan tempat kedudukan Institut Buddhisme Tiongkok. Festival Sajak Kembang Cengkeh yang diselenggarakan di kuil itu setiap tahun menarik sejumlah besar para budayawan Tiongkok serta wisatawan mancanegara.

Kuil Fayuan yang terletak di Distrik Xuanwu, bagian selatan Kota Beijing mengambil tempat 6.700 m persegi, dibangun pada zaman Dinasti Tang lebih 1.300 tahun silam. Berhubung kuil itu dibangun atas perintah kaisar, maka tata ruang seluruh bangunannya seperti istana di Tiongkok zaman kuno. Meski melalui beberapa kali pemugaran, namun kuil itu tetap merupakan bangunan masa dinasti-dinasti Ming dan Qing ratusan tahun lalu. Yau Yuan yang bekerja sebagai petugas administrasi di kuil itu pernah menekuni sejarah Kuil Fayuan dan menerbitkan sejumlah karya yang berkaitan. Dikatakannya,"Kuil Fayuan dibangun pada zaman Dinasti Tang lebih 1.300 tahun lalu. Kuil kuno ini mempunyai banyak cerita sejarah dan budaya, tata ruangnya cukup lengkap dan arealnya luas. Ciri khas kuil ini ialah sejarah dan budayanya yang lama."

Kuil Dabei adalah paviliun pameran benda budaya di Kuil Fayuan, di mana diperagakan patung Buddha, ukiran batu dan benda-benda seni lain dari berbagai zaman, di antaranya terdapat patung Buddha Tiongkok yang paling tua yakni patung Buddha tembikar zaman Dinasti Han Timur lebih 1.900 tahun lalu. Selain itu, di Paviliun Kuan Im terdapat patung tembaga Kuan Im seribu tangan dan seribu mata. Patung itu tingginya lebih setengah meter, ukirannya sangat halus dan teknik pembuatannya sangat tinggi. Yang lebih menarik ialah, ada tetesan air terus keluar dari tangan patung Kuan Im itu. Biarawan kuil itu Zhi Yong mengatakan, Patung Kuan Im yang indah itu menarik banyak umat Buddhis dan wisatawan dari berbagai negara. Dikatakan oleh Zhi Yong,"Patung Kuan Im seribu tangan dan seribu mata yang terbuat dari tembaga ini tidak kosong tengahnya maka sangat berat. Seribu tangan dan seribu mata diukir sangat halus dan anggun, air terus menetes dan tangan patung itu selama ratusan tahun. Patung ini dikunjungi banyak umat dari luar negeri setiap tahun. Teknologi pembuatan patung ini telah mewakili taraf teknik yang sangat bagus pada waktu itu, merupakan suatu kristal teknologi terbaik pada zaman Dinasti Ming dan negara Nepal pada waktu itu. Para pengunjung sangat kagum akan keindahan patung ini dan tingginya teknologi pembuatannya."

Kuil Fayuan bukan saja tempat suci agama Buddha, merupakan pula tempat kunjungan wisata yang erat kaitannya dengan budaya. Festival Sajak Kembang Cengkeh yang diselenggarakan setiap April mendapat sambutan baik para wisatawan. Festival sajak itu sudah 80 tahun lebih diselenggarakan.

Kuil Fayuan menyelenggarakan Festival Sajak Kembang Cengkeh pertama yang diikuti seratus orang pada bulan April tahun 1914. Penyair India yang terkenal Tagore dalam kunjungannya di Tiongkok pada tahun 1924 telah berkunjung ke Kuil Fayuan, melihat-lihat bunga cengkeh yang ada di kuil ini dan membuat sajak di bawah pohon bunga cengkeh. Sejak itu, membuat sajak membudaya di kuil ini, dan Festival Sajak Kembang Cengkeh dipertahankan sampai sekarang sebagai suatu acara yang khas. Festival itu diselenggarakan setiap April.

Kembang cengkeh di Kuil Fayuan sangat banyak jumlahnya, jenis dan warna bunga juga berbeda-beda. Dan ada satu jenis konon berasal dari Maluku Indonesia lebih 600 tahun lalu. Biarawan kuil itu bernama Fan Hua mengatakan,"Umumnya kembang cengkeh mempunyai 4 daun mahkota bunga, tapi yang kita lihat di sini mempunyai 6 daun mahkota bunga. Ini langka sekali. Pada tahun-tahun yang lalu, paling-paling kita bisa menemukan yang mempunyai 5 daun mahkota bunga. Ini merupakan alamat bahwa tahun ini akan lebih sejahtera dan sempurna."

Selain pohon kembang cengkeh, di kuil ini terdapat pula pohon ginko, pohon bodhi dan pohon spinulose yang sudah berumur seratusan tahun. Pohon spinulose khusus didatangkan dari India. Konon, sang Buddha Gautama mangkat dalam pertapaan di bawah pohon spinulose.

Setiap sore pukul 03:30, akan terdengar suara membaca kitab suci dari Kuil Fayuan. Di kuil itu selain biarawan, terdapat lebih seratus biksu yang belajar di Institut Buddhisme Tiongkok yang merupakan perguruan agama Buddha tertinggi di Tiongkok. Setiap tahun institut itu hanya menerima sejumlah kecil siswa untuk belajar. Tempat pengajaran institut tersebut terletak di sebelah kuil, namun kehdupan dan kegiatan belajar seperti membaca kitab suci berlangsung di dalam kuil. Fan Hua pernah menjadi siswa Institut Buddhisme Tiongkok. Dikatakannya,"Kuil Fayuan sangat unik, merupakan kuil yang memiliki dasar sejarah dan budaya sangat dalam dan tebal. Saya merasa beruntung bisa tinggal di kuil ini. Para biarawan setiap hari menjalankan aturan yang ditetapkan lebih 1.000 tahun lalu. Banyak biksu sangat mendambakan kesempatan belajar dan mejalani kehidupan di sini seperti cara orang kuno menerapkan ajaran Buddhisme. Saya merasa senang dan damai tinggal di sini." Demikian kata Fan Hua, seorang biarawan Kuil Fayuan.

Carla Prevato dari Italia bersama anggota keluarganya pertama kali berkunjung ke Kuil Fayuan dan ikut Festival Sajak Kembang Cengkeh. Ia mengatakan,"Sebelumnya saya tidak tahu ada kuil ini. Saya datang ke sini hanya kebetulan saja. Kuil yang sangat bagus ini memberi rasa damai dan tenang kepada orang." Demikian kara Carla Prevato dari Italia.