Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-06-18 10:31:38    
Kota Chongqing Yang Berkembang Pesat Dalam 10 Tahun Terakhir Ini

cri

Pada bulan Maret tahun 1997, untuk memenuhi kebutuhan proyek poros pengairan Tiga Ngarai Sungai Yangtze, dan untuk mengatasi serangkaian masalah antara lain satu juta migran di daerah Waduk Tiga Ngarai serta pelestarian lingkungan hidup, Kota Chongqing, Propinsi Sichuan dijadikan sebagai kota setingkat propinsi. Kabupaten dan kota dalam lingkup daerah Waduk Tiga Ngarai dimasukkan ke dalam wilayah Kota Chongqing. Maka Kota Chongqing menjadi metropolitan raksasa yang jumlah penduduknya lebih dari 30 juta jiwa dan luas wilayahnya lebih dari 80 ribu kilometer persegi. Pemerintah Tiongkok menyalurkan dana dalam jumlah sangat besar untuk mendorong perkembangan Kota Chongqing.

Direktur Komisi Pembangunan dan Reformasi Kota Chongqing Yang Qingyu dengan satu kalimat menyimpulkan keadaan perkembangan ekonomi Kota Chongqing selama 10 tahun setelah menjadi kota setingkat propinsi: "10 tahun ini merupakan jangka waktu perkembangan kota Chongqing yang paling pesat dan penduduknya memperoleh keuntungan yang paling banyak dalam sejarah."

Angka ini dapat dengan jelas menerangkan prestasi gemilang yang dicapai oleh Kota Chongqing dalam 10 tahun terakhir ini. Dalam 10 tahun ini, GDP kota Chongqing meningkat 10,2% pertahun. GDP perkapita pada tahun 2006 mencapai 1.500 dolar AS, merupakan 3 kali lipat pada tahun 1996. Pendapatan perkapita yang dapat dikontrol oleh penduduk kota bertambah menjadi lebih dari 11.000 yuan RMB dari 5.000 yuan RMB. Perkapita penduduk murni petani berlipat ganda. Tuan Zhou Yuan yang lahir dan dan menjadi dewasa di Kota Chongqing merupakan satu saksi yang menyaksikan perkembangan pesat ekonomi Kota Chongqing setelah menjadi kota setingkat propinsi. Dikatakannya: "Dulu, pendapatan perbulan sekitar 2 sampai 3 ribu yuan sudah cukup tinggi dan sangat menarik di Chongqing. Tetapi, sekarang, pendapatan sejumlah itu dianggap biasa saja. Setelah menjadi kota setingkat propinsi, di Chongqing mendapat banyak peluang bisnis dan kerja. Misalnya di perusahaan perdagangan luar negeri yang saya tempati, pendapatan sebanyak 7 sampai 8 ribu yuan perbulan sudah dianggap cukup biasa. Sekarang kami tidak bercakap-cakap tentang hal-hal makan dan pakaian, melainkan rumah dan mobil."

Bukti yang paling bisa dilihat dalam pembangunan ekonomi dan sosial Kota Chongqing adalah perbaikan prasarana. Berbicara tentang perubahan dalam 10 tahun ini, Wakil Sekretaris Distrik Dadukou, Kota Chongqing, Wu Daopan mengatakan: "Besar sekali perubahan dalam 10 tahun ini. Dulu, prasarana sangat buruk. Selama beberapa tahun terakhir ini, pemerintah Kota Chongqing menyalurkan dana sejumlah 200 sampai 300 miliar yuan RMB setiap tahun untuk pembangunan prasarana, tapi sebelumnya hanya 20 sampai 30 miliar."

Perkembangan di Distrik Dadukou merupakan sosok perkembangan Kota Chongqing. Chongqing diumpamakan sebagai kota yang berdiri dengan anggun, karena Chongqing merupakan kota di atas pegunungan. Ia tampak sangat megah. Jaringan lalu lintasnya terdiri dari berbagai dimensi, termasuk jalan tol, rel ringan, jembatan, penerbangan dan pengangkutan air.

Boleh dikata pembangunan proyek Tiga Ngarai merupakan peluang perkembangan bagi Kota Chongqing. Proyek ini dijadikan sebagai kota setingkat propinsi yang merupakan platform pembangunan yang luas bagi Chongqing. Pelaksanaan kebijakan pembangunan bagian barat besar-besaran merupakan alat pemicu pertumbuhan pesat ekonomi Chongqing. Sejak tahun 2000, Tiongkok melaksanakan serangkaian kebijakan preferensial untuk mendorong perkembangan bagaian barat yang relatif terbelakang. Maka, Kota Chongqing yang terletak di bagian barat juga menikmati kebijakan preferensial tersebut, sehingga GDP-nya selama 6 tahun terakhir ini mencapai 10,6% pertahun.

Sebagai kota superbesar seluas 80 ribu kilometer persegi, Chongqing memberi ruangan perkembangan yang lebih besar kepada setiap distrik dan kabupatennya, supaya mereka dapat merintis jalan perkembangan berdasarkan ciri-ciri unggul masing-masing, antara posisi, geografi dan sumber daya. 40 distrik dan kabupaten pimpinan Chongqing menetapkan posisinya masing-masing untuk mengejar perkembangan yang berciri khas masing-masing dan mencegah pembangunan yang sama dan pemborosan sumber daya.

Pada bulan Maret tahun ini, Presiden Tiongkok Hu Jintao menunjukkan: "Akan menjadikan Kota Chongqing sebagai pola pertumbuhan penting di bagian barat, pusat ekonomi dan daerah hulu Sungai Yangtze dan kota setingkat propinsi yang berkembang secara menyeluruh. Kota ini merupakan yang pertama mencapai target kesejahteraan yang memadai di bagian barat."

Untuk itu, Kota Chongqing memutuskan mempercepat pembangunan "Lingkar Ekonomi Satu Jam". Lingkar tersebut melingkupi 23 distrik dan kabupaten yang jaraknya satu jam perjalanan mobil dari distrik utama kota, yang luasnya lebih dari 20 ribu kilometer persegi. Lingkar ini menjangkau hampir satu pertiga luas total Kota Chongqing. Direktur Komisi Pembangunan dan Reformasi Kota Chongqing Yang Qingyu mengatakan: "Karena syarat di daerah "Lingkar Ekonomi Satu Jam" relatif baik, maka dapat menyerap modal sosial. Ini terbukti dengan lebih banyaknya jalan pasar, supaya pemerintah dapat menyalurkan lebih banyak sumber daya untuk membangun bagian timur laut dan tenggara Kota Chongqing. Meningkatnya daya "Lingkar Ekonomi Satu Jam" menarik lebih banyak penduduk supaya berkembang bersama."

Volume total GDP "Lingkar Ekonomi Satu Jam" merupakan 78% volume total seluruh kota dewasa ini. Qing Qingyu mengatakan, bahwa penduduk yang semakin terpusat di daerah "Lingkar Ekonomi Satu Jam" telah meningkatkan GDP-nya. Sementara itu, pemerintah Kota Chongqing menyalurkan lebih banyak investasi ke bagian timur laut dan tenggara yang relatif terbelakang agar GDP perkapitanya meningkat dengan cepat, dan pada akhirnya mewujudkan perkembangan bersama seluruh kota.