Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-06-29 14:17:25    
Jadeite Myanmar Dan Budaya Alat Giok Tiongkok

cri
Apakah anda sudah tahu tentang medali Olimpiade Beijing yang dipublikasikan oleh panitia penyelenggara Olimpiade Beijing bulan Maret lalu? Desain medali Olimpiade Beijing sangat istimewa karena di baliknya bertatahkan batu jade bergambar naga, sebuah motif yang lazim digunakan di Tiongkok zaman kuno. Sejak zaman dahulu, orang Tiongkok sangat menyukai batu giok, sedangkan Myanmar adalah tempat penghasil jadeite. Nah dalam ruangan edisi ini, akan kita bicarakan jadeite Myanmar dan budaya alat giok Tiongkok.

Jadeite adalah giok keras, merupakan salah satu bahan giok yang paling baik. Nama jadeite berasal dari bahasa Spanyol, artinya adalah permata yang dipakai di pinggang. Pada abad ke-16, jadeite dipandang sebagai permata yang dapat menyembuhkan sakit pinggang dan ginjal.

Dalam bahasa Tionghoa, jadeite disebut Feicui yang sebenarnya adalah nama burung. Fei adalah semacam burung kecil yang bulunya berwarna merah, dan Cui adalah semacam burung kecil yang bulunya berwarna hijau. Kemudian, kedua huruf itu berangsur-angsur digabung menjadi Feicui, khusus untuk menyebut semacam burung kecil yang bulunya berwarna hijau kebiruan bercampur sedikit coklat. Nama Feicui digunakan untuk menyebut batu giok indah dan khusus merujuk semacam batu giok keras yang mengandung natrium aluminium silikat (NaAlSi2O6), karena warna batu giok keras itu tidak rata, kadang-kadang terdapat warna merah dan hijau pada dasar warna yang muda, tampak seperti burung Feicui yang elok.

Pembagian warna jadeite Myanmar berbeda sesuai dengan adat-istiadat daerah masing-masing. Orang Myanmar membagi jadeite menjadi 3 kategori dan 12 kelas. Sedangkan kalangan permata Tiongkok membagi jadeite Myanmar menjadi lebih dari 30 kelas berdasarkan warnanya. Berdasarkan warna dasarnya, warna jadeite secara garis besar dapat dibagi menjadi pitih, merah, hijau, hitam dan ungu.

Sebagai salah satu jenis batu giok, bukan kebetulan jadeite digemari oleh orang Tiongkok yang mempunyai budaya giok yang khas sepanjang ribuan tahun. Ratusan tahun yang lalu, begitu permata alam yang terpendam di dalam pegunungan tinggi di Myanmar itu dibawa ke Tiongkok, segera disayangi oleh kaisar, permaisuri dan selir-selir serta para pejabat senior. Bahkan batu yang kecil itu bernilai sebuah kota dan menjadi raja batu giok. Jadeite bukan hanya penghargaan tertinggi terhadap mahakarya alam, tapi juga mempunyai asal usul budaya yang lebih dalam.

Jadeite Myanmar pernah sangat populer di Tiongkok pada masa akhir Dinasti Qing dan awal masa Ripublik Tiongkok. Konon sebuah pipa hiasan topi pejabat terbuat dari jadeite milik Menteri Dalam Negeri Dinasti Qing, Rong Lu bernilai 13 ribu tail emas. Pada pertengahan tahun 1930-an, Raja Jadeite di Beijing, Tie Yuting pernah menjual sebuah gelang jadeite kepada Du Yuesheng di Shanghai dengan harga 40 ribu dolar perak. Karena jadeite Myanmar sangat keras, licin dan berkilap, apalagi jadeite yang bagus sangat cerah dan lembut warnanya, memiliki nilai koleksi dan nilai ekonomi yang sangat tinggi, maka disebut sebagai "Raja Giok", dan sangat digemari oleh banyak orang yang menyukai perhiasan giok. Jepang dan Selandia Baru memandang jadeite sebagai "batu negara". Tempat penghasil jadeite terletak di Myanmar yang bertetangga dengan Tiongkok, dan sebagian besar barang jadi diolah di Tiongkok. Berhubung kedekatan letak geografi itu, ditambah orang Tiongkok sangat gemar akan jadeite, maka negara-negara Barat pada umumnya juga memandang jadeite sebagai "batu negara" Tiongkok.

Saudara pendengar, meski baru tiga ratus tahun lebih jadeite memasuki Tiongkok dalam jumlah besar dan digunakan secara luas, namun karena mereka yang gemar jadeite memberikannya konotasi budaya yang ajaib, maka sejarah yang singkat tapi cemerlang itu cukup membuat batu giok lainnya iri hati, dan bersama dengan batu giok lainnya membentuk budaya alat giok bangsa Tionghoa yang bersejarah lama. Pada masa Dinasti Ming, di Tiongkok sudah muncul jadeite Myanmar, dan pada masa Dinasti Qing, batu itu disebut sebagai "giok kerajaan" karena sangat digemari oleh kaum bangsawan, dengan demikian, harga jadeite melambung tinggi dan menjadi giok kelas paling tinggi. Jadeite erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Di mata umum, jadeite bukan hanya batu yang indah dan bermanfaat bagi kesehatan, tapi juga menyandang kepercayaan dan titipan pesan yang misterius. Batu giok digemari orang sejak zaman kuno sampai sekarang. Kini, jadeite telah menjadi giok yang paling populer di kalangan orang Tionghoa di berbagai tempat seluruh dunia, juga di Korea Selatan dan tempat-tempat lain. Memakai perhiasan dan mencintai jadeite dan giok telah menjadi semacam mode pada zaman sekarang.

Demikian tadi saudara pendengar Ruangan Tiongkok-ASEAN untuk edisi minggu ini yang kami isi dengan perkenalan tentang jadeite dan budayanya, penyiar Anda Nining menyatakan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa minggu depan.