Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-07-05 15:33:51    
"Angin Tiongkok" dalam Festival Kesenian "Berjumpa di Beijing"

cri
Festival Kesenian "Berjumpa di Beijing" yang dimulai akhir April lalu kini masih berlangsung di Beijing. Festival tersebut diikuti oleh lebih 40 rombongan kesenian dari hampir 20 negara dan daerah. "Angin Tiongkok" adalah salah satu bagian penting festival kesenian kali ini. Berikut kami sampaikan laporan rinci tentang "AnginTiongkok" dalam festival tersebut.

Yang Anda dengar sekarang adalah rekaman opera musik yang berjudul Legenda di Padang Rumput, yang digelar pada upacara pembukaan kegiatan "Berjumpa di Bejing." Opera musik itu mengisahkan asal usul etnis padang rumput serta kelangsungan hidup dan perkembangannya. Dalam opera itu dipertunjukkan upacara ritual kuno etnis Mongol, medan perang pada zaman dahulu, serta lanskap spektakuler dengan padang rumput yang luas. Opera ini memanifestasikan watak rakyat etnis Mongol yang luar biasa.

Bangsa Tionghoa yang bersejarah 5.000 tahun sejak dahulu kala sudah menciptakan seni tari dan seni suara. Tarian pada Dinasti Han 2.000 tahun yang lalu mencapai puncaknya dan mengembangkan tarian klasik Tiongkok ke satu taraf yang lebih tinggi, juga meletakkan dasar bagi perkembangan tarian Tiongkok. Sendratari "Angin Besar" yang dimainkan selama Festival Kesenian "Berjumpa Di Beijing" justru diadaptasi dari sebuah tarian Dinasti Han. Sendratari "Angin Besar" melalui seni panggung mengulangi sejarah pancaroba pada Dinasti Han.

Lakon Sendratari Angin Besar adalah sebagai berikut: Liu Bang, kaisar pertama Dinasti Han berhasil menyatukan Tiongkok setelah mengalahkan lawan tangguh Xiang Yu. Di tengah suasana meriah suatu resepsi yang diadakan di istana, Liu Bang tertegun. Di otaknya terlintas segala sesuatu yang terjadi semasa perang sebelum mencapai kemenangan terakhir. Sendratari "Angin Besar" dengan bentuk musik dan tarian yang khas Tiongkok mengekspresikan perasaan gembira bercampur sedih Liu Bang waktu itu. Dalam sendratari itu dipentaskan tarian yang menggunakan lengan panjang dengan irama musik yang mengalun yang dimainkan dengan instrumen musik tradisional, antara lain, piba (alat musik petik), xiao (semacam seruling), dan erhu (alat musik gesek berdawai dua). Dengan tari dan musik klasik itu, para penonton disajikan gambar sejarah Tiongkok yang sarat muatan budaya dan peradaban. Dari kesenian panggung tersebut, para penonton menyaksikan pula watak bangsa Tionghoa yang rendah hati dan menahan diri. Penataan panggung untuk sendratari itu juga penuh nuansa etika klasik bangsa Tionghoa. Di panggung itu banyak digunakan alat-alat tradisional, antara lain, penyekat ruangan dan totem khas budaya Tionghoa. Pengarah sendratari, Xu Rui mengatakan: "Kami ingin mempertunjukan kepada para penonton budaya tari yang paling baik di Tiongkok. Ambillah contoh tarian gaya Dinasti Han yang kami pentaskan sekarang. Tarian Han ini setiap gerak-geriknya dipetik satu per satu dari kitab sejarah serta lukisan tarian Dinasti Han pada batu dan benda-benda peninggalan sejarah lainnya dalam upaya selama 50 tahun ini. Tarian ini memperlihatkan kepada kami pesona kebudayaan tradisional. Saya rasa kami semakin kembali ke akar kebudayaan tradisional, dan semakin menyayangi nilai kebudayaan tradisional. Inilah arti tersendiri sendratari 'Angin Besar' dalam menyajikan nilai budaya."

Yang Anda dengar sekarang adalah konser solo Li Ang, pianis wanita Tiongkok. Pada tahun-tahun belakangan ini, para pianis berusia muda Tiongkok semakin mengundang perhatian di dunia. Li Ang adalah salah seorang di antaranya. Dalam serangkaian kompetisi piano internasional, ia mencapai hasil yang mengagumkan. Mengenai konser solo selama berlangsungnya Festival "Berjumpa di Beijing," Li Ang merasa konser ini amat menggairahkan. Walaupun piano adalah instrumen musik Barat, namun ketika memainkan komposisi musik tambahan sebelum mengakhiri acara, ia malah memilih dua karya tradisional Tiongkok, yaitu Lagu Cinta Kangding dan satu lagi Liuyanghe, yang sudah lama terkenal di Tiongkok. Mengenai hal itu, Li Ang mengatakan: "Kedua komposisi musik itu saya pilih sendiri. Kedua lagu itu saya dengar sejak masa kecil. Saya juga akan memainkan kedua komposisi musik itu di luar negeri, dan saya kira lagu-lagu itu akan digemari para pendengar di luar negeri."

Selama berlangsungnya Festival Berjumpa di Beijing, sejumlah acara yang berciri khas daerah sangat digemari para penonton. Penyanyi Mayila dari Kota Yili, Daerah Otonom Xinjiang, Tiongkok Barat Laut dikontrak oleh beberapa teater ternama di Eropa. Ia telah berperan dalam banyak lakon opera, bahkan memegang peran penting dalam Opera The Lady of the Camellias. Dalam konser solonya di Beijing kali ini, Mayila khusus menyanyikan sebuah lagu rakyat etnis Khazak, yang judulnya sama dengan namanya Mayila. Ia mengatakan:"Lagu Mayila ini melukiskan seorang gadis yang juga penyanyi kala menyanjung dirinya sendiri. Syair lagu ini adalah sebagai berikut: Gadis Mayila yang bergigi putih menyanjung dirinya. Setiap hari ia menyanyikan lagu dengan gembira dengan memainkan Dongbula (alat musik etnis Khazak). Siapa pun mencintai Mayila, dan juga lagunya." Mayila memperkenalkan bahwa sejak kecil ia menyanyikan lagu itu. Ibunya juga dilahirkan di Xinjiang, dan adalah seorang pemain kelas satu. Dikatakannya, ia justru tumbuh dengan alunan irama lagu tersebut.