Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-07-09 13:56:42    
Dilema Kedua Kalangan Berkonfrontasi Palestina

cri

Kemarin, kabinet Israel memberi hadiah besar kepada Abbas, Ketua Badan Otoritas Nasional Palestina. Kabinet membebaskan 250 orang anggota Gerakan Pembebasan Palestina (Fatah) pimpinan Abbas. Pekan lalu, Israel menyerahkan pajak sejumlah ratusan juta dolar AS yang dipungutnya kepada pemerintah darurat yang diangkat oleh Abbas. Tindakan serupa Israel tersebut tentu saja akan membantu meningkatkan tingkat dukungan Abbas dan mendatangkan tekanan kepada Hamas. Akan tetapi, Hamas berhasil menyelamatkan Alan Johnston, wartawan Inggris yang diculik 4 bulan yang lalu. Hamas juga membentangkan hasil kerjanya dalam memulihkan keamanan dan tata tertib di Gaza. Meninjau serangkaian peristiwa yang terjadi di Gaza setelah Hamas mengontrol Gaza, tidak sulit untuk melihat bahwa kedua kalangan yang berkonfrontasi di Palestina masing-masing pihak berada dalam sebuah dilema.

Dalam masalah keamanan, sukses Hamas membuat Abbas terjepit. Setelah mengontol Gaza dengan sepenuhnya pada pertengahan bulan lalu, Hamas mengambil serangkaian langkah untuk memelihara keamanan dan tata tertib Gaza. Dalam waktu yang sangat singkat, Hamas secara mendasar telah meredakan kekerasan di daerah Gaza. Kehidupan, pekerjaan dan sarana-sarana rekreasi masyarakat dipulihkan, bahkan lalu lintas yang sangat macet pada masa lalu menjadi lancar karena pengaturan yang dipimpin sukarelawan Hamas. Pada pekan lalu, Hamas berhasil menyelamatkan Johnston dan mengembalikannya dengan aman kepada Inggris. Tindakan Hamas tersebut mengundang penilaian tinggi media global kepada Hamas dalam masalah keamanan. Untuk membebaskan diri dari dilema, Pejabat Fatah terpaksa mengatakan bahwa Hamas bersekongkol dengan organisasi bersenjata yang menculik Johnston. Pembebasan Johnston hanya merupakan drama yang disutradarai oleh Hamas.

Tapi, Hamas juga mengalami sejumlah dilema dalam masalah keamanan. Setelah mengontrol Gaza, Israel tanpa mempedulikan apapun melancarkan serangan militer di Gaza. Israel menembak mati 11 orang di jalur Gaza dalam satu hari, yaitu pada hari Kamis lalu. Selain itu, walaupun sudah membuat Gaza relatif aman, tetapi Hamas tidak dapat menjamin keamanan anggotanya di Tepi Barat Sungai Yordan, sehingga anggota Hamas di Tepi Barat terjepit oleh serangan dari Israel dan Fatah. Sejumlah besar anggotanya ditangkap oleh Israel dan Fatah. Para anggota yang lain terpaksa menyembunyikan diri.

Di bidang diplomatik dan keuangan, Hamas mengalami kesulitan yang sangat besar. Setelah berhasil menyelamatkan Johnston, pemerintah Inggris mengucapkan terima kasih kepada Hamas. Tetapi hal itu tidak mengubah kebijakan Inggris dan negara-negara Barat lainnya yang mengucilkan Hamas. Bahkan Mesir yang berhubungan erat dengan Hamas juga memindahkan diplomatnya dari Gaza ke daerah Tepi Barat yang dikuasai oleh Abbas. Hampir semua negara mendukung Abbas. Israel mengembalikan pajak dan membebaskan anggota Fatah sehingga Abbas memperoleh keuntungan yang sangat besar.

Juru bicara Hamas Fawzi Barhum mengatakan kepada wartawan CRI bahwa penduduk Gaza dapat menghidupi diri sendiri. Mereka memiliki tanah yang boleh dijadikan tanah garapan. Mereka dapat mengembangkan ekonomi tanpa bantuan negara-negara Barat. Seperti yang diketahui umum, tanah yang luasnya sekitar 300 kilometer persegi hampir tidak mungkin cukup untuk menghidupi 1,5 juta warga. Israel bahkan memblokade semua jalan keluar Gaza. Israel juga memutuskan hubungan ekonomi dengan dunia luar. Pembangunan ekonomi boleh dikatakan sebagai omong kosong. Dalam keadaan tersebut, hanya organisasi Al-Qaeda yang secara inisiatif menyatakan dukungan terhadap Hamas. Tetapi Hamas yang tidak berniat mendapat dukungan Al-Qaeda malah dipandang sebagai "organisasi teroris." Abbas dan Fatah yang dipimpinnya yang "sedang berada di atas angin" juga sedang menghadapi sejumlah dilema. Sejumlah warga Palestina dan media mulai memaki ketergantungan Abbas pada Israel dan negara-negara Barat. Mereka juga menuduhnya menjadi antek Israel dan Barat. Walaupun Israelmenyatakan dukungan terhadap pemerintah baru Palestina, tetapi mereka terus-menerus melancarkan serangan militer terhadap Tepi Barat. Sebagai pemimpin terpilih Palestina, Abbas tidak mungkin tidak mempedulikan penduduk Gaza. Ia juga tidak mungkin tidak mengesampingkan Gaza untuk mendirikan negara hanya di Tepi Barat. Akan tetapi, bila tidak demikian, Abbas harus berkontak dengan Hamas. Abbas sudah berkali-kali dengan tegas menolak berkontak dengan Hamas.

Para peninjau setempat mengatakan, Hamas dan Abbas semula saling bergantung, dan memiliki keunggulan masing-masing. Siapapun tidak mampu secara tunggal memerintah Palestina. Akan tetapi, dewasa ini, kedua pihak terlibat dalam konfrontasi sehingga mereka masing-masing berada dalam dilema yang sangat besar. Dilema tersebut bahkan memperdalam jurang di antara mereka dan mungkin akan mengundang lebih banyak krisis.