Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-08-09 09:12:47    
Kontingen Tiongkok Berjuang Memelopori Kelompok Kedua dalam Olimpiade Beijing

cri

Penampilan kontingen tuan rumah dalam Olimpiade selalu menjadi fokus umum. Karena keberhasilan atlet-alet Tiongkok dalam Olimpiade Athena, banyak tokoh arena olahraga internasional berpendapat, para atlet Tiongkok dapat mencapai prestasi sangat baik dalam Olimpiade Beijing bahkan kemungkinan menempati urutan pertama peringkat perolehan medali emas. Akan tetapi, pejabat-pejabat olahraga Tiongkok sama sekali tidak begitu optimistis. Wakil Direktur Jawatan Umum Olahraga Negara Tiongkok, Cui Dalin belum lama berselang menyatakan, target kontingen Tiongkok dalam Olimpiade Beijing ialah memperjuangkan kedudukan memelopori kelompok kedua. Berikut laporan wartawan kami.

Sejak kembali tampil dalam arena pertandingan Olimpiade musim panas pada tahun 1984, prestasi kontingen Tiongkok selalu mengundang perhatian umum. Lebih-lebih sejak Olimpiade Barcelona pada tahun 1992, penampilan atlet-atlet Tiongkok dalam Olimpiade Musim Panas makin baik. Dalam Olimpiade Athena tahun 2004, Kontingen Tiongkok seluruhnya memperoleh 32 medali emas dan berhasil menempati urutan kedua peringkat perolehan medali emas, yang berarti menyusul kontingen AS dengan perolehan 36 medali emas dan melampaui Rusia, negara kuat olahraga tradisional. Sejak saat itu, banyak orang berpendapat, dalam Olimpiade Beijing yang diselenggarakan warga Tiongkok sendiri, keunggulan tuan rumah pasti akan membantu kontingen Tiongkok mencapai prestasi yang lebih baik, bahkan ada orang yang menunjukkan, Tiongkok pasti akan menempati urutan pertama peringkat perolehan medali emas dan peringkat perolehan medali dengan melampaui AS. Akan tetapi, pandangan tersebut tidak disetujui tokoh-tokoh kalangan olahraga Tiongkok. Wakil Direktur Jawatan Umum Olahraga Negara Tiongkok, Cui Dalin akhir-akhir ini menyatakan, situasi kontingen Tiongkok dalam Olimpiade Beijing tidak begitu optimistis seperti apa yang dibayangkan dunia luar. Ia mengatakan,

"Kekuatan keseluruhan kami di bidang olahraga kompetisi masih terpaut jauh dengan AS dan Rusia, sementara itu tidak dikesampingkan kemungkinan negara-negara lain menjadi rival kami, seperti Jerman, Australia dan Prancis, dan negara-negara tetangga seperti Jepang dan Korea Selatan juga mempunyai kekuatan yang tertentu. Kontingen Jepang dalam Olimpiade yang lalu berhasil meraih 16 medali emas yang merupakan prestasi terbaik sejak Kontingen Jepang ikut serta dalam Olimpiade. Jerman sebagai negara kuat olahraga tradisional juga mempunyai kemampuan meraih medali emas. Kalau AS dan Rusia dikategori dalam kelompok pertama, kontingen Tiongkok tetap tergolong dalam kelompok kedua dan target kami ialah memperjuangkan kedudukan memelopori dalam kelompok kedua."

Mungkin ada orang yang menganggap pejabat olahraga Tiongkok dengan sengaja bernada rendah, tapi kenyataannya juga begitu. Menilai daya saing keseluruhan suatu kontingen dalam Olimpiade bukan jumlah medali emas, melainkan jumlah medali. Misalnya, dalam Olimpiade Athena tahun 2004, jumlah medali yang diperoleh Kontingen Tiongkok kurang 40 buah dibandingkan kontingen AS dan kurang 29 buah daripada kontingen Rusia. Dalam berbagai kompetisi kaliber dunia tahun ini, atlet Tiongkok hanya memperoleh 79 medali untuk cabang olahraga Olimpiade, sedangkan AS meraih 106 buah dan Rusia 83 buah. Dari ini dapat dilihat jelas kesenjangannya.

Cui Dalin juga mengemukakan bebarapa faktor lain situasi serius Kontingen Tiongkok. Ia mengatakan,

"Nomor unggulan kami juga menghadapi tantangan, cabang olahraga dasar kami seperti atletik, renang dan olahraga di atas air sangat lemah dan cabang olahraga unggul yang potensial walaupun ada titik terang tapi tidak stabil penampilannya. Nomor bola kolektif kami masih terpaut jauh dengan taraf maju dunia. Sedangkan bermain di kandang sendiri, juga ada segi negatif dan positifnya, dampaknya mungkin lebih besar lagi. Apakah dapat memelihara kondisi psikologis yang mantap merupakan sebuah masalah yang sangat penting."

Penambahan dan pengurangan nomor pertandingan Olimpiade Beijing juga akan mendatangkan pengaruh yang tertentu. Dalam 5 nomor menembak dan anggar yang dibatalkan dalam Olimpiade Beijing, atlet Tiongkok pernah memperoleh prestasi baik dalam Olimpiade, sedangkan untuk nomor-nomor yang ditambah seperti renang 10 kilometer, sepeda roda kecil dan lari halang rintang putri, Tiongkok masih belum mengembangkannya atau tarafnya masih sangat rendah.

Cui Dalin menyatakan, sementara berjuang mengatasi kesulitan dan mengupayakan prestasi baik, kalangan olahraga tidak hanya mengincar medali emas dan prestasinya. Di kandang sendiri, atlet Tiongkok harus memanifestasikan lebih banyak kepada dunia. Ia mengatakan,

"Target korps Tiongkok dalam Olimpiade Beijing tahun 2008 tidak hanya medali emas. Target kami ialah mengembangkan semangat Olimpiade, menyemarakan semangat olahraga bangsa Tionghoa, memperagakan wajah spiritual baik dan sportivitas atlet Tiongkok. Kami juga dengan teguh menentang penggunaan obat perangsang supaya korps Tiongkok dengan bersih tampil dalam Olimpiade Beijing tahun 2008. Kedua, kontingen Tiongkok berjuang mencapai prestasi terbaik. Ketiga, melalui persiapan dan partisipasi dalam Olimpiade, meningkatkan persahabatan dan pertukaran dengan negara dan daerah lain, karena Olimpiade merupakan pertemuan meriah keluarga besar dunia. Ke-empat, melalui penyelenggaraan Olimpiade, mendorong kelangsungan olahraga massal di Tiongkok."

Cui Dalin menyatakan yakin, rakyat jelata Tiongkok juga tidak akan mengevaluasi penampilan atletnya hanya dengan jumlah medali emas. Ia mengatakan,

"Rakyat jelata Tiongkok puas atau tidak terhadap penampilan kontingen Tiongkok dalam Olimpiade, medali emas bukan standar satu-satunya. Kalau atlet kami memperlihatkan semangat berjuang yang ulet di lapangan olahraga dan walaupun kalah, rakyat Tiongkok juga akan merasa puas, karena atlet sudah berupaya sekuat tenaga."