Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-08-09 14:06:06    
Tiga Puluh Enam Taktik: Xiaoli Cangdao

cri

Saudara pendengar, apa yang disebut "xiaoli cangdao" atau "pisau dalam senyum", secara literal berarti pura-pura berwajah ramah, tapi mengandung maksud yang jahat. Ungkapan ini ibarat ungkapan Indonesia "manis di mulut, busuk di hati." Pada masa perang, taktik ini digunakan untuk menipu musuh supaya melepaskan keadaan siaga, dan diam-diam merencanakan aksi untuk mengalahkan lawan, yaitu ketika musuh tertipu dan mabuk dalam suasana yang bersahabat dan tidak siap. Pada saat itulah aksi mereka secara mendadak melancarkan aksi serangan untuk membasmi musuh.

Kunci penerapan taktik ini ialah menipu musuh supaya melepaskan kewaspadaan lalu melakukan serangan. Dalam sejarah terdapat banyak contoh sukses dalam penerapan taktik ini. Berikut kami ceritakan salah satu di antaranya.

Pada abad ketiga, di Tiongkok terdapat tiga negara yang berkuasa, yaitu Wei, Shu dan Wu. Di antara ketiga negara itu, Negara Wei adalah yang paling kuat, dan selalu berambisi menyatukan Tiongkok. Sedangkan Negara Shu dan Negara Wu yang relatif lemah, terpaksa menjalin hubungan persekutuan untuk melawan Negara Wei yang kuat. Untuk memperkokoh hubungan itu, Raja Negara Shu, Liu Bei memperisteri adik Raja Negara Wu. Akan tetapi, baik Liu Bei maupun Sun Quan sama-sama berambisi mendirikan kekuasaan pemerintah pusat di seluruh negeri, maka antara kedua negara itu juga sering terjadi peperangan.

Antara ketiga negara Wei, Shu dan Wu terdapat satu kota yang strategis, yaitu Jinzhou. Ketiga negara itu berkali-kali terlibat dalam pertempuran untuk menduduki atau mempertahankan kota itu. Akan tetapi Jinzhou selalu berada dalam kekuasaan Negara Shu, dengan Guan Yu sebagai panglima pasukan garison. Negara Wei dan Negara Wu tidak berani melancarkan serangan semaunya terhadap Jinzhou karena Guan Yu sudah lama terkenal sebagai jenderal yang bijaksana dan berani.

Tak lama setelah Guan Yu memiliki basis tentara di Jinzhou, ia melancarkan serangan terhadap Negara Wei. Karena khawatir Negara Wu menggunakan kesempatan ini untuk menyerang Jinzhou, Guan Yu pada mulanya berencana untuk mencadangkan sebagian besar pasukan untuk membela Jinzhou. Pada saat itu Raja Negara Wu, Sun Quan sudah lama berambisi merebut kembali Jinzhou, maka setelah Guan Yu meninggalkan Jinzhou, Negara Wu sadar bahwa ini adalah peluang baik untuk mewujudkan cita-citanya. Panglima pasukan Negara Wu pada waktu itu pura-pura berhubungan baik dengan Guan Yu. Ia secara khusus mengirim surat kepada Guan Yu untuk meminta instruksi dan pendapat Guan Yu atas nama generasi yang lebih muda. Dalam surat itu Lu Xun memuji-muji Guan Yu sebagai jenderal yang berjasa besar, dan mengatakan bahwa dirinya masih berusia muda, dan sangat memerlukan pendapat dan instruksi Guan Yu. Memang pada saat itu posisi Guan Yu sangat tinggi di Negara Shu. Ia juga sangat terkenal di kalangan militer ketiga negara itu. Maka ia amat sombong. Setelah membaca surat Lu Xun, ia mulai memandang rendah kemampuan Lu Xun. Maka ia menarik sebagian besar pasukan dari pasukan yang dicadangkan di Jinzhou untuk bergabung dalam pasukan yang menyerang Negara Wei. Ketika Guan Xu dengan sepenuh hati melancarkan serangan terhadap Negara Wei, Lu Xun secara diam-diam telah berkontak dengan Negara Wei untuk menyerang pasukan Guan Yu dari dua arah.

Ketika pasukan induk pimpinan Guan Yu terlibat dalam pertempuran sengit dengan tentara Wei, tiba-tiba dari belakang Negara Wu sudah mengirim pasukan elite untuk menyerang Jinzhou. Pasukan Wu bersembunyi dalam kapal perang yang disamarkan menjadi kapal niaga lalu dari jalur sungai secara diam-diam mendekati Jinzhou, dan melancarkan serangan mendadak. Kemudian pasukan Wu berhasil menduduki Jinzhou. Setelah berhasil menduduki Jinzhou, Negara Wei sengaja menyebarluaskan kabar tentang jatuhnya Jinzhou ke tangan Negara Wu ke tangsi pasukan Guan Yu, sehingga moral tentara Guan Yu sangat terpukul. Mereka akhirnya juga dikalahkan oleh tentara Wei. Kekalahan Guan Yu ini justru disebabkan karena tertipu oleh taktik "pisau dalam senyum" yang diterapkan Lu Xun.

Dalam kehidupan sehari-hari, taktik "pisau dalam senyum" kerap kali digunakan, khususnya di bidang perdagangan. Dalam perundingan bisnis, satu pihak sering pura-pura bersikap moderat dan rendah hati, bahkan kadang-kadang memberikan kompromi besar. Pada hal ini adalah taktik mereka untuk menipu lawannya untuk mengais keuntungan. Di jaringan internet, penyebar virus dan malware juga dapat disebut sebagai ahli pemakai taktik "pisau dalam senyum". Mereka sering menipu pengakses mengetik malwarenya dengan menyamarkan virusnya dengan judul atau animasi yang menarik. Tetapi begitu si pengguna internet mengklik ikon tersebut, ia akan amat menyesal.

Untuk menghindari tipuan taktik "pisau dalam senyum," pertama-tama kita harus memelihara kewaspadaan tinggi terhadap keakraban pihak lainnya tanpa alasan. Dan kedua, kita harus berusaha mengatasi kekurangan diri sendiri agar tidak digunakan pihak lawan.

Saudara pendengar, demikian tadi kami perkenalkan taktik "pisau dalam senyum" sebagai pengisi Ruangan Kebudayaan kali ini. Penyiar Anda ...