Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-08-10 18:30:02    
Risiko Inflasi Tarik Perhatian Pemerintah Tiongkok

cri

Bank sentral Tiongkok baru-baru ini mengumumkan laporan pelaksanaan kebijakan mata uang Tiongkok triwulan kedua tahun ini. Laporan tersebut menyatakan, risiko inflasi akibat membubungnya harga bahan makanan cenderung meluas, bank sentral pada paro kedua tahun ini akan menitik-beratkan pengontrolan inflasi. Pakar moneter Tiongkok menyatakan, laporan bank sentral menunjukkan bahwa inflasi sudah menarik perhatian pemerintah, diperkirakan selanjutnya akan dilontarkan sejumlah langkah untuk mengekang membubungnya harga.

Pada paro pertama tahun ini, indeks harga konsumen Tiongkok naik 3.2 persen dari pada masa sama tahun lalu, melampaui target pemerintah tahun ini yang pengontrolannya pada 3 persen ke bawah. Dengan terpengaruh oleh membubungnya harga daging babi dan bahan makanan lainnya, indeks harga konsumen pada bulan Juni lalu naik 4,4 persen dibandingkan dengan masa sama tahun lalu, tingkat tertinggi sejak hampir tiga tahun ini.

Di bawah latar belakang tersebut, bank sentral dalam laporannya secara titik berat menganalisa situasi inflasi yang dihadapi Tiongkok dewasa ini. Laporan berpendapat, tekanan dari kenaikan harga barang semakin kuat, risiko inflasi perlu diperhatikan dengan cermat, sedangkan membubungnya harga barang bukan suatu hal yang kebetulan atau diakibatkan oleh unsur sementara, risiko inflasi tampak kecenderungan meningkat.

Profesor Zhao Xijun dari Universitas Rakyat Tiongkok berpendapat, harga bahan makanan sulit diturunkan dalam waktu dekat.

" Karena kenaikan harga diakibatkan oleh naiknya modal, dan produksi daging babi dan produksi bahan pangan berjalan secara sirkulasi, dari produksi sampai dipasarkan diperlukan waktu, maka dalam sela-sela itu, harga produk tersebut mungkin dipelihara pada tingkat tinggi."

Bank sentral dalam laporannya menunjukkan pula, walau pemerintah Tiongkok sudah mengambil serangkaian langkah komprehensif untuk menekan naiknya harga bahan makanan, namun karena berbagai unsur, antara lain harga bahan makanan dan daging-dagingan sulit diturunkan dalam waktu singkat dan kenaikan biaya tenaga kerja, maka risiko inflasi pada paro kedua tahun ini tetap meningkat.

Analis berpendapat, harga barang akan terus membubung kecuali bank sentral mengambil langkah pengetatan yang menentukan, misalnya menaikkan suku bunga. Sejak memasuki tahun ini, Tiongkok sudah mempercepat langkah pengetatan mata uang, sejauh ini, bank sentral sudah tiga kali menaikkan suku bunga dan enam kali menaikkan ratio cadangan deposito.

Bank sentral dalam laporannya tidak menyatakan sikap tegas mengenai apakah akan menaikkan lagi suku bunga dalam tahun ini. Namun, bank sentral menyatakan akan terus menyelaraskan dan memanfaatkan operasi pasar terbuka dan alat rasio cadangan deposito, secara mantap mendorong reformasi marketisasi suku bunga, guna memelihara stabilitas iklim mata uang dan moneter, mengontrol inflasi, menstabilkan harga dan mencegah memanasnya ekonomi.

Profesor Zhao Xijun menyatakan, pernyataan sikap bank sentral menunjukkan bahwa risiko inflasi sudah menarik perhatian pemerintah, selanjutnya akan dikeluarkan sejumlah langkah untuk mengekang kenaikan harga, termasuk kebijakan mata uang.