Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-08-24 16:04:19    
Rumah " Tulou " di Kabupaten Yongding Provinsi Fujian

cri

Rumah Bertingkat Zhencheng yang merupakan salah satu rumah " Tulou " di Kabupaten Yongding, bagian barat Provinsi Fujian Tiongkok timur kini telah dicantumkan sebagai warisan budaya penting yang dilindungi kategori nasional. Kami sempat bertemu dengan pemandu setempat Ah Geng yang berusia 56 tahun. Dia menjelaskan rumah " Tulou "nya sendiri kepada para wisatawan. Ah Geng yang kulitnya semu hitam dan berbicara dalam bahasa Mandarin terdapat aksen dialek Hakka dengan ceria memperkenalkan rumah " Tulou "nya yang telah dihuni beberapa generasi. Kini, seiring dengan dicanangkannya prosedur permohonan rumah " Tulou " sebagai warisan budaya dunia, Ah Geng lebih sibuk pekerjaannya, dia setiap hari harus melayani rombongan wisatawan paling sedikit empat kali.

Ah Geng sebenarnya bernama Lin Yaozhang. Ayahnya pernah menjabat sebagai bupati Minhou dan Yongding pada zaman pemerintahan Kuomindang sebelum berdirinya Tiongkok Baru pada tahun 1949. Kakek Ah Geng beserta saudara kakeknya bersama mengeluarkan sejumlah besar dana untuk membangun rumah " Tulou " seluas 5,000 meter persegi selama lima tahun di tengah-tengah hutan belukar Desa Hongkeng Kecamatan Hukeng, Kabupaten Yongding, bagian barat Fujian. Rumah " Tulou " yang temboknya dibina dengan tanah liat dan selebar satu meter itu mempunyai 200 bilik dengan diberi nama " Rumah Bertingkat Zhencheng.

Agak berbeda dengan rumah " Tulou " lainnya di daerah tersebut, rumah " Tulou " Zhencheng memadukan gaya bangunan unik Tiongkok dan Barat, dan rincian budaya yang mendalam, setiap bilik mempunyai sejarahnya sendiri.

Pada tahun 1980-an, Ah Geng merasa heran kedatangan tamu dari tempat nun jauh. Ketika itu, hanya empat keluarga saja yang menghuni rumah " Tulou " itu, Ah Geng selalu mengingat jelas ajaran ayahnya yaitu harus melayani dengan baik para tamu, secara inisiatif membawa tamu mengunjungi setiap bilik, dan menjamu mereka. Di antara para tamu terdapat sejumlah ilmuwan dan sarjana, pembicaraan mereka mengenai rumah " Tulou " menggugah hati nurani Ah Geng, dia juga tidak melepaskan kesempatan untuk mencatatnya, lama kelamaan berkat jerih payah selama beberapa tahun, Ah Geng berhasil menjadi pemandu rumah " Tulou " yang cukup baik.

Seiring dengan maraknya wisata " Tulou ", Ah Geng dan sekeluarga mendirikan losmen, restoran dan menjual suvenir dan hasil khas setempat di dalam rumah " Tulou ", sehingga kehidupan keluarga Ah Geng cukup sejahtera. Ah Geng mengatakan, " Orang modern biarpun mampu tapi kurang bahagia, rumah " Tulou "nya merupakan komunitas kecil yang paling tenang dan harmonis. Di antara suvenir yang dijual Ah Geng terdapat brosur mengenai rumah " Tulou " yang paling digemari para wisatawan. Tak lama kemudian. pakar Dewan Internasional mengenai Monumen dan Peninggalan Budaya akan mengadakan survei terhadap rumah " Tulou " di Kabupaten Yongding, dan menyerahkan hasil survei kepada Konferensi Warisan Budaya Sedunia untuk diadakan pemungutan suara sekitar bulan Juli tahun depan.