Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-09-06 15:22:46    
Lou Shibai, Maestro Lukisan Tradisional Tiongkok

cri

Belum lama berselang Gedung Seni Rupa Tiongkok menggelar Pameran Karya Maestro Lou Shibai pada hari ulang tahun ke-90 pelukis tradisional Tiongkok, Lou Shibai. Perayaan ini juga menandai genap 75 tahun bagi Lou Shibai berkecimpug di dunia seni lukis. Berikut mari kita kenal Lou Shibai dengan lebih dekat.

Lukisan tradisional Tiongkok yang sudah bersejarah seribu tahun lebih berhubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah Tiongkok. Setiap karya lukisan tradisional mengandung konotasinya yang istimewa melalui tema lukisan seperti bunga Mei, bunga anggrek, bambu dan bunga krisan.

Tahun 1918, Lou Shibai dilahirkan di Kota Liuyang, Provinsi Hunan, Tiongkok Tengah. Menurut tradisi rakyat Tiongkok, tahun ini Lou Shibai berusia 90 tahun. Mulai dari usia 14 tahun, Lou Shibai berguru kepada maestro Qi Baishi untuk belajar melukis. Sampai wafatnya Qi Baishi, Lou Shibai telah melewatkan 25 tahun bersama dengan Qi Baishi. Sebenarnya Lou Shibai semula bernama Lou Shaohuai. Menurut kebiasaan sarjana Tiongkok, Qi Baishi khusus memberinya nama seni kepada Lou Shaohuai, yaitu "Shibai" setelah menerimanya sebagai magang. Shibai secara literatur berarti "berguru kepada Qi Baishi". Dari nama itu dapat kita ketahui bahwa Lou Shibai sangat disukai Qi Baishi. Sedang pengaruh Qi Baishi terhadap Lou Shibai juga tak terlupakan bagi Lou Shibai seumur hidup.

"Setelah saya berguru kepada Pak Qi, kami hidup seperti ayah dan anak. Tetapi ketika saya berbuat kesalahan dalam melukis, ia selalu mengkritik saya sekeras-kerasnya. Rasanya sikapnya kepada saya berbeda dengan kepada murid lainnya. Pada suatu kali saya melukis ikan. Bagi saya, tidak banyak perbedaan pada ikan. Akan tetapi, Qi Baishi mengasuh saya supaya memantau ikan dengan teliti, bahkan sampai tahu betul berapa jumlah sisik ikan. Ia berkata, pemantauan secara teliti terhadap sesuatu adalah dasar melukis."

Setelah bertahun-tahun berguru kepada Qi Baishi, Lou Shibai kemudian secara menyeluruh mewarisi teknik melukis gaya Qi Baishi, baik di bidang lukisan pemandangan gunung dan sungai, maupun lukisan bunga dan burung serta kaligrafi dan syair. Katanya, pengamat biasanya akan salah memandang lukisan karya Lou Shibai sebagai karya Qi Baishi. Qi Baishi pernah memberikan penilaian tentang Lou Shibai: "Bukan hanya gaya lukisannya yang mirip karya saya, wataknya pun begitu. Kalau pada kemudian hari ia dapat menciptakan gayanya sendiri, maka ia pasti akan mencapai hasil besar pada masa depan."

Lou Shibai selalu mengikuti ajaran gurunya untuk "berani melukis secara inovatif". Pada tahun 1940-an, Lou Shibai pernah belajar lukisan Barat di Jurusan Seni Rupa Universitas Furen Beijing. Dengan memadukan cara lukis Barat, Lou Shibai menembus batas-batas wilayah tradisional. Ia secara berani menggunakan cat air, cat minyak dan bahan pewarna tradisional secara bersama-sama, sehingga memperkaya warna-warni lukisan tradisional. Lukisan hasil paduan bahan pewarna majemuk itu tampaknya lebih menyala. Lou Shibai tak henti-hentinya mencari tema dari kehidupan nyata sehari-hari, dan terus memperpadat isi lukisan gaya Qi Baishi. Misalnya, bebek adalah tema yang belum pernah disentuh oleh kesenian Qi Baishi. Namun Lou Shibai sangat pandai melukisnya. Bebek yang dilukisnya hidup sekali, bahkan disebut sama dengan lukisan udang gurunya Qi Baishi, lukisan kuda pelukis Xu Beihong dan kerbau Li Keran. Demikian penilaian Profesor Yu Wenzhou dari Akademi Pelukis Beijing mememberikan terhadap Lou Shibai:

"Pak Lou sudah berprestasi amat tinggi di bidang kesenian. Beliau selain mewarisi ciri khas kesenian gaya Qi Baishi, juga mempunyai keunikannya sendiri. Pada masa awal diadakannya reformasi dan keterbukaan terhadap dunia luar pada akhir tahun 1970-an, lukisan bebek karya Lou Shibai yang dipamerkan di Gedung Seni Rupa Tiongkok sempat mengejutkan kalangan pelukis tradisional waktu itu. Mengenai karya Lou Shibai, surat kabar dan majalah utama waktu itu semuanya memberikan penilaian yang tinggi. Gurunya Qi Baishi tak pernah melukis dengan tema tentang bebek. Lou Shibai dapat dikatakan telah mencapai banyak terobosan dalam melukis bebek."

Walaupun sudah berusia lanjut, Lou Shibai pada tahun-tahun belakangan ini tetap menuntut inovasi dalam melukis, dan telah mencapai terobosan baik dari alat melukis dan bahan pewarna, maupun penerapan warna dan pengambilan tema. Putra Lou Shibai, Lou Shuze sekarang mengajarkan lukisan tradisional Tiongkok di Kanada. Mengenai ayahnya, ia mengatakan:

"Ayah saya terkadang menetap untuk sementara waktu di rumah saya di Kanada. Di sana ia punya sejumlah sahabat dan siswa. Saya paling terkesan pada tuntutan ayah saya pada kesenian. Saya sering mendampinginya berkunjung ke pameran lukisan dan bertemu dengan sahabat-sahabat dari kalangan kesenian di Kanada. Ia selalu memandang kesenian modern sekarang dengan sikap yang terbuka. Ia juga berupaya menyerap sejumlah hal-hal yang bermanfaat bagi karyanya. Begitu melihat hal-hal yang baru muncul, ia selalu berpikir bagaimana menerapkannya dalam lukisannya sendiri. Setiap kali ia pulang ke tanah air setelah menetap untuk sementara waktu di Kanada, hasil-hasil baru pasti akan muncul dalam karyanya."

Dalam pameran karya Lou Shibai di Gedung Seni Rupa Tiongkok kali ini, dipamerkan 150 karya Lou Shibai pada periode yang berbeda. Di antara karya-karya pameran, ada yang berukuran besar. Misalnya lukisan yang berjudul Dunia Harmonis dan Makmur adalah karya yang khusus diciptakan Lou Shibai untuk Olimpiade Beijing tahun depan. Lukisan itu akan disumbangkannya kepada Panitia Penyelenggara Olimpiade Beijing. Dalam lukisan itu terlukis seekor burung dara yang melambangkan perdamaian dan buah kaki berwarna merah yang mengandung arti "dunia harmonis dan makmur". Lou Shibai memakan waktu tiga bulan untuk menciptakan karya itu. Ia mengatakan:

"Dalam penciptaan, yang penting ialah dasarnya dari kehidupan, dan kedua adalah inspirasi. Ambillah contoh karya Dunia Harmonis dan Makmur. Lukisan itu mulai saya pikirkan setelah Beijing dengan sukses menjadi tuan rumah Olimpiade tahun 2008. Saya melukisnya dalam waktu tiga bulan. Saya seluruhnya telah melukis beberapa lembar, dan hanya memilih lembar ini pada akhirnya."

Lou Shibai dalam jangka panjang melakukan penelitian tentang kesenian Qi Baishi. Tahun 1989 ia mendirikan Asosiasi Penelitian Kesenian Shibai, dengan tujuan mewariskan kesenian Qi Baishi. Sekarang ia setiap hari masih terus melukis. Akan tetapi menurut pendapatnya, melukis itu bukan penciptaan, melainkan persiapan sebelum menciptakan karya.