Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-09-13 14:42:04    
Li Ang, Pianis Putri Muda Tiongkok

cri

Li Ang, 22 tahun, adalah pianis putri Tiongkok yang mulai belajar main piano di luar negeri sejak berusia belasan tahun. Selain mempelajari musik Barat, sebaliknya ia pun memperkenalkan musik tradisional Tiongkok kepada para pendengar Barat. Baru-baru ini Li Ang kembali ke negeri Tiongkok untuk mengadakan konser solo piano perdananya di Beijing.

Yang Anda dengarkan tadi adalah rekaman pertunjukan Li Ang di konser solo piano yang diadakannya di Beijing. Musik yang dimainkannya adalah Episode 12 Rhapsody Hungarian karya Franz Liszt. Permainannya yang dinamis disambut para pendengar dengan tepuk tangan riuh.

"Saya merasa Li Ang cukup santai saat memainkan musik. Tehniknya bagus dan musiknya pun bagus. Koordinasi kedua tangannya baik, dan ia bersikap kalem. Sayangnya, ia kurang dinamis. Akan tetapi secara keseluruhan, pertunjukannya cukup bagus."

Ayah Li Ang adalah insinyur, dan ibunya adalah dokter. Mereka berdua meggemari musik. Li Ang mengenang masa kanak-kanaknya di tengah suara tawa orangtua dan musik. Ketika ayah dan ibu menyanyi, Li Ang kecil suka memainkan piano semaunya, sehingga keluarganya tenggelam dalam suara alunan musik. Dan inilah kenangan masa kanak-kanak yang paling manis bagi Li Ang.

"Saya mulai memainkan piano sejak berumur satu tahun. Waktu itu ayah dan ibu memberikan saya sebuah piano yang kecil sekali. Saya sering mainkan piano itu ketika ayah dan ibu menyanyi bersama. Saya benar-benar mulai masuk kursus piano pada usia 4. Ayah dan ibu saya sangat menggemari musik, dan mendukung saya belajar musik."

Awalnya, Li Ang hanya bisa memainkan lagu-lagu latihan yang dipilih oleh ibunya. Lama-kelamaan, Li Ang pun mahir memainkan sejumlah melodi dengan jari-jemarinya yang kecil. Pada usia 6 tahun, Li Ang untuk pertama kalinya naik panggung dan memainkan lagu upacara penutupan suatu upacara penghargaan yang diadakan di Aula Konser Beijing. Melalui pertunjukan perdana itu, ayah dan ibunya menyadari bakatnya sebagai pianis kelak. Sejak itu kedua orangtuanya menaruh lebih banyak perhatian pada dirinya. Setelah duduk di bangku SD, Li Ang menghabiskan hampir semua waktunya saat lepas kuliah untuk berlatih piano. Tiap hari, rata-rata ia bermain piano selama tiga jam. Kerajinannya itu meletakkan dasar kokoh bagi perkembangannya di masa depan.

Bagi orangtua di Tiongkok, mengambil keputusan untuk menyuruh anaknya belajar piano bukanlah hal yang mudah. Untuk menjamin anaknya bisa berlatih piano tanpa terputus, si orangtua selain harus mampu mengeluarkan uang yang cukup banyak, juga harus mencurahkan banyak tenaga dan waktu untuk mendampingi anaknya. Ambillah Lang Lang sebagai contoh. Lang Lang, yang kini adalah pianis muda terkenal di arena musik dunia, mulai melanjutkan studinya di bidang piano pada usia sembilan ketika orangtuanya mengirimnya ke sebuah sekolah yang berafiliasi dengan Konservatori Musik Pusat Beijing. Ayahnya pun meninggalkan kampung halaman untuk mendampinginya belajar di Beijing. Ibu Li Ang juga memberikan pengorbanan yang sama seperti ayah Lang Lang. Pada waktu Li Ang berusia 10 tahun, orangtuanya mengirimnya ke kursus pendahuluan sebuah konservatori vokasional di AS. Untuk mendampingi sang anak, ibu Li Ang ikut pindah ke AS, dan untuk itu ia terpaksa berhenti bekerja. Bahkan ia juga mengorbankan kehidupan pribadinya selama belasan tahun.

Pada masa awal belajar di AS, Li Ang yang masih kecil pada waktu itu, menghadapi banyak kesulitan. Baik kendala bahasa maupun kebiasaan hidup. Cara pengajaran di Barat tentu saja berbeda dengan Tiongkok. Namun hambatan-hambatan itu tidak bisa menghentikan langkah Li Ang. Ia mengatakan, mengambil keputusan bermain piano berarti harus berani menghadapi proses yang pahit.

"Meniti karir sebagai pianis berarti menempuh satu jalan yang berliku-liku, namun sangat berharga. Bagi saya, minat saya sepenuhnya berada pada musik. Saya mencintai piano, dan saya sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana hidup saya tanpa piano. Berlatih piano memang tidak mudah, tapi harus berani menjalaninya. Saya setiap hari harus berlatih piano, dan bila tidak, rasanya ada sesuatu yang hilang dari kehidupan."

Pada waktu berusia 13 tahun, Li Ang mengadakan pertunjukan bersama dengan rombongan simfoni di Pusat Kesenian Lincoln New York. Media setempat menemukan, pada sosok dirinya terdapat bakat dan potensi yang istimewa. Dan sejak pertunjukan itulah, Li Ang mendapat lebih banyak perhatian dari media setempat. Mulai tahun 2003, Kelompok Radio CBC Kanada mulai menyiarkan langsung konser tunggal Li Ang, dan memperkenalkan kepada pendengar, profil gadis Timur ini.

Melalui hubungan yang terjalin dengan sejumlah maestro pianis, jalan Li Ang menuju kesuksesan pun menjadi lebih mulus. Sejak ia masuk Institut Musik Curtis Philadelphia pada usia 14 tahun, Li Ang diperkenalkan dengan lebih banyak pianis terkemuka di dunia. Li Ang pernah diundang untuk bekerja sebagai asisten maestro pianis dan dirijen, Leon Fleisher. Saat-saat ia membantu Fleisher memberi pengajaran kepada siswa, Li Ang juga beroleh manfaat dari pekerjaannya ini. Ketika belajar di Sekolah Musik Juilliard, New York, Li Ang berguru kepada Kaplinsky, Direktur Jurusan Piano sekolah tersebut. Setelah tamat dari sekolah itu, Li Ang memperoleh gelar magister piano. Sekarang Li Ang masih terus melanjutkan studi untuk memperoleh gelar yang lebih tinggi.

Di Tiongkok, guru biasanya memberikan bimbingan terinci kepada murid yang berusia kecil, dan orangtua diijinkan untuk mendampinginya. Di AS, guru menyuruh siswa belajar sendiri secara independen, dan memupuk minatnya terhadap apa yang dipelajarinya. Siswa dianjurkan agar terus mengikuti pertunjukan. Dengan sistem pengajaran seperti itu, Li Ang berangsur-angsur menyadari keunggulan dan kekurangannya. Tapi yang penting adalah ia memperoleh banyak peluang untuk mengikuti berbagai pertunjukan. Ia mengatakan:"Kira-kira pada usia 15 tahun, saya lama-lama mempunyai semakin banyak pengalaman mengadakan pertunjukan. Baik pertunjukan di kampus maupun pertunjukan komersial di luar sekolah."

Sekarang semakin banyak orang Tiongkok yang melanjutkan studi ke AS dan negara-negara Eropa. Banyak pula di antaranya menuju ketenaran di panggung piano dunia. Selama mempelajari musik Barat, mereka juga mencoba memperkenalkan musik klasik Tiongkok kepada Barat. Li Ang pun demikian. Pada suatu konser tunggal yang diadakan di AS tahun ini, ia memainkan dua lagu yang sangat populer di antara rakyat Tiongkok. Kedua lagu itu masing-masing adalah Lagu Asmara Kangding dan lagu Sungai Liuyanghe yang biasanya hanya dimainkan dengan instrumen musik tradisional Tiongkok. Namun dalam pertunjukkan solonya itu, Li Ang berani memainkan kedua lagu itu dengan piano.

"Saya mencintai kedua lagu itu, karena sejak kecil saya sudah mendengarnya. Lagu rakyat Tiongkok bila dimainkan dengan alat musik Barat, menyajikan rasa yang berbeda, dengan bila dimainkan dengan alat musik tradisional. Kedua lagu itu baik sekali, dan cocok dimainkan dengan piano. Saya akan memainkan lebih banyak lagu tradisional Tiongkok di luar negeri pada masa mendatang, dan pasti akan disukai para pendengar asing."

Selain berlatih piano, pada waktu luang, Li Ang biasanya menonton film dan berenang. Li Ang, yang tampaknya tidak banyak bicara dan bersikap lemah lembut, ternyata sangat dinamis dan penuh kekuatan saat memainkan piano di panggung. Dewasa ini ia fokus melakukan pertunjukan di Amerika Utara. Walaupun jumlah pertunjukannya tidak melampaui 30 pementasan, namun reputasinya di kalangan pianis sudah berdiri tegak. Li Ang benar-benar menanti bisa meniti karir sebagai pianis profesional setelah tamat.