Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-09-17 14:04:57    
Tiongkok Belum Terjadi Inflasi Menyeluruh

cri

Data terbaru yang diumumkan Biro Statistik Negara Tiongkok menunjukkan, indeks harga konsumsi penduduk yaitu CPI Tiongkok pada bulan Agustus, telah meningkat 6.5% dibandingkan periode tahun lalu. Skala peningkatan tersebut mencatat rekor tertinggi selama 10 tahun terakhir ini. Ahli ekonomi umum Biro Statistik Negara, Yao Jingyuan menunjukkan, kenaikan harga sekarang ini hanya merupakan kenaikan yang bersifat struktural. Di Tiongkok masih belum terjadi inflasi menyeluruh. Seiring dengan semakin nyatanya efek langkah-langkah pengontrolan makro pemerintah Tiongkok, membuat momentum kenaikan tajam CPI dapat dikontrol.

Pada bulan Agustus, tingkat umum harga konsumsi penduduk Tiongkok meningkat 6.5% dibandingkan periode tahun lalu, dan meningkat 1.2% dibandingkan bulan Juli. Dari bulan Januari hingga Agustus, tingkat umum harga konsumsi penduduk meningkat 3.9% dibandingkan periode tahun lalu.

CPI merupakan indeks penting yang dapat digunakan untuk menilai suhu tubuh ekonomi makro. Walaupun selama beberapa bulan ini, CPI Tiongkok terturut-turut menciptakan rekor baru, tapi Yao Jingyuan menunjukkan, inflasi menyeluruh masih belum terjadi di Tiongkok.

Dikatakan oleh Yao Jingyuan: "Inflasi pada umumnya adalah kenaikan harga secara menyeluruh dan berkelanjutan. Tapi, dilihat dari situasi kini, kenaikan CPI Tiongkok belum bisa dinilai sebagai kenaikan menyeluruh, melainkan kenaikan bersifat strutktural. Yang lebih penting ialah, apakah terjadi ketidakseimbangan serius antara persediaan dan permintaan dalam ekonomi makro. Praktek operasional ekonomi Tiongkok tahun ini menunjukkan, kondisi keseimbangan pokok persediaan dan permintaan ekonomi Tiongkok belum mengalami perubahan, karena itu tidak bisa dikatakan, sudah terjadinya inflasi di Tiongkok."

Yao Jingyuan mengatakan, unsur utama pendorong kenaikan harga dewasa ini tidak berbeda dibandingkan bulan Juni dan Juli lalu. Pendorong tetap adalah faktor persediaan daging babi yang tidak dapat memenuhi permintaan, dan kenaikan harga bahan pangan internasional.

Lebih lanjut, Yao Jingyuan mengatakan, menurut standar internasional, untuk membedakan apakah terjadi inflasi, harus memperhatikan CPI inti, maksudnya ialah harus melihat keadaan kenaikan harga produk konsumsi dan pelayanan setelah dikurangi dengan konsumsi bahan pangan dan konsumsi energi. Sedang CPI inti Tiongkok dewasa ini adalah 0.8%, lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara di zona Euro.

Berkenaan dengan kenaikan harga dalam waktu dekat ini, pemerintah Tiongkok telah mengeluarkan serangkaian langkah untuk mendorong perkembangan produksi, menjamin persediaan pasar, dan menenteramkan kehidupan rakyat. Antara lain dengan menurunkan harga daging babi, mendorong peternakan babi betina, mendirikan sistem karantina babi, dan mendorong peternakan berskala besar agar pemulihan produksi babi dapat ditingkatkan. Baru-baru ini, produksi babi mulai dibangkitkan kembali dan harga daging juga relatif stabil.

Yao Jingyuan meramalkan, sering adanya efek langkah-langkah pengontrolan pemerintah, momentum kenaikan tajam CPI akan ikut tertekan.

Dikatakannya: "Pemerintah pusat dan pemerintah berbagai tingkat telah mengambil langkah pengontrolan efektif. Seiring dengan terlaksananya langkah-langkah tersebut, efek kebijakan akan semakin termanifestasi. Saya mengira kecilnya kemungkinan kenaikan tajam CPI berturut-turut dalam beberapa bulan mendatang."

Tapi, ditunjukkan oleh Yao Jingyuan, bahwa karena produksi babi memerlukan jangka waktu tertentu, maka diramalkan setelah triwulan kedua tahun depan, keadaan persediaan ketat daging babi Tiongkok baru dapat mengalami perubahan fundamental. Oleh karena itu, CPI tidak mungkin menurun tajam dalam waktu dekat.

Berkenaan dengan indeks CPI Tiongkok yang mencapai 6.5%, sebuah analisa Bank Dunia yang dimuat Surat Kabar Triwulan Ekonomi Tiongkok edisi terbaru mengatakan, penyebab kenaikan CPI hanya karena kenaikan harga bahan pangan. Setelah makanan sejenis daging dan unggas, seperti daging babi bertambah jumlahnya dan menurun harganya, maka indeks tersebut juga akan menurun secara berangsur-angsur. Ahli ekonomi senior Bank Dunia, Louis Kuijs mengatakan: " Kami mencatat bahwa CPI Tiongkok naik sampai ketinggian baru dalam 10 tahun terakhir ini. Tapi sejauh ini, gejala inflasi hanya terbatas pada bidang makanan. Sedangkan CPI di bidang lain masih berada pada tingkat yang layak. Kami ramalkan, CPI akan menurun secara berangsur-angsur pada akhir tahun ini atau awal tahun depan. "