Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-10-22 13:47:35    
Kehidupan Orang Tionghoa di Waktu Senggang Kini Lebih Beraneka Ragam

cri

Saudara pendengar, 20 tahun yang lalu, ketika kebanyakan orang Tionghoa masih bingung soal bahan pangan, saat itu kehidupan terasa cukup membosankan. Hiburan hanya terbatas pada membaca buku dan mendengar radio, atau main kartu dan catur. Seiring dengan terus mendalamnya reformasi dan keterbukaan Tiongkok terhadap dunia luar, pesatnya perkembangan ekonomi, dan meningkatnya taraf kehidupan sosial Tiongkok, maka kegiatan di waktu luang pun ikut beraneka ragam. Semakin banyak orang Tionghoa menemukan sasaran baru untuk memanfaatkan kehidupan senggang dalam proses pengenalan nilai masing-masing.

Liu Tongzhou, seorang karyawan sebuah kantor penerbitan yang berumur 33 tahun, sejak kecilnya suka berwisata. Orang tuanya sering membawanya pergi bertamasya. 20 tahun lebih telah berlalu, dan kini ia mempunyai perasaan istimewa terhadap perubahan pariwisata saat ini. Dikatakannya:  "Pada masa lampau, kondisi ekonomi agak terbelakang, tidak mempunyai duit untuk naik pesawat, dan belum ada jalan tol. Namun sekarang, jarak tidak lagi menjadi menjadi masalah. Cara pandang masyarakat terhadap pariwisata pun ikut berubah. Orang sekarang lebih suka bertamasya sendiri."

Perubahan yang dikatakan Liu Tongzhou juga dirasakan oleh banyak orang Tionghoa lainnya. Pariwisata pada masa lampau hanya sekedar menikmati pemandangan. Tapi sekarang, pariwisata mempunyai isi dan arti yang beraneka ragam. Liu Tongzhou mengaku, sejak lima tahun lalu dirinya tertarik dengan olahraga alam. Dikatakannya:

"Saya mulai menekuni olahraga alam sejak tahun 2002. Saya sendirian mendaki lima gunung salju. Di antaranya adalah tiga gunung yang tingginya mencapai 6000 meter. Salah satu gunung lainnya tingginya mencapai 5000 meter. Pada tanggal sembilan Juli, saya mendaki gunung di Xinjiang yang tingginya mencapai 7546 meter."

Justru karena minat dan adanya waktu senggang, ia mengalami perubahan cara pandang terhadap pariwisata. Empat tahun yang lalu, ketika ia bertamasya ke daerah pegunungan yang miskin di Sichuan, ia melihat kondisi terbelakang di daerah itu. Kemudian ia memprakarsai kegiatan pengumpulan dana untuk sekolah dasar di daerah pegunungan itu. Selain itu, ia juga sering mengorganisir sejumlah pecinta pariwisata mengunjungi daerah-daerah miskin.

Lain dengan Liu Tongzhou, Wang Qiqi hampir menghabiskan waktu senggangnya di kelas. Ia adalah alumni sebuah universitas bahasa asing, dan ia tertarik dengan bahasa Perancis. Dikatakannya:

"Kadang-kadang setelah banyak bertukar pikiran dengan teman dan rekan lain, saya baru tahu bahwa mereka pun terus belajar sesuatu. Karena masih muda, jadi lebih baik belajar banyak hal. Siapa tahu, suatu hari ilmunya bisa dipakai."

Seperti dikatakan Wang Qiqi, seiring dengan meningkatnya taraf kehidupan rakyat di Tiongkok, maka masyarakat juga mulai mementingkan perbaikan mutu kehidupan. Pada masa awal reformasi dan keterbukaan, muncul suasana dimana banyak orang ingin belajar sesuatu. Tapi waktu itu, motivasinya hanya karena ingin meningkatkan ketrampilan supaya bisa mendapatkan pekerjaan yang ideal. Sekarang, motivasi tersebut berkembang menjadi sebuah minat.

Ada orang yang suka menikmati waktu luang sendirian. Ada juga orang yang memanfaatkan waktu luangnya dengan memberikan sumbangan yang bernilai bagi orang lain. Salah satu contohnya adalah Li Yongfeng. Di waktu senggangnya, ia berubah menjadi seorang relawan. Pusat Jasa Relawan di Lugu berdiri pada Agustus tahun 2004, dan sejak itu Li Yongfeng ikut berpartisipasi. Karena ia bekerja di bagian logistik, maka ia dilantik sebagai kepala tim jasa. Ia sering membawa anggotanya untuk melakukan pelayanan jasa kepada kelompok tertentu. Li Yongfeng merasa bangga saat mengenang kembali momen dimana ia menjadi relawan selama tiga tahun. Dikatakannya:

"Saya tidak main-main saja di waktu senggang. Tapi menjadi seorang relawan. Saya merasa senang dan bahagia. Bisa membantu orang lain memberi perasaan istimewa untuk diri sendiri."

Saudara pendengar, orang Tionghoa biasanya mempunyai rencana khusus dalam menghabiskan waktu senggang. Gaya hidup dan pemanfaatan waktu senggang dengan cara yang sehat, tidak saja meredakan tekanan akibat pesatnya perkembangan ekonomi, tapi juga juga bisa mengubah kehidupan orang Tionghoa menjadi lebih kaya dan harmonis.