Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-10-25 11:00:39    
Xi Zhinong, Fotografer Satwa Liar Tiongkok

cri

Xi Zhinong adalah salah seorang dari sejumlah kecil fotografer satwa liar Tiongkok. Pada bulan Agustus tahun 2003, film Melacak Monyet Berbulu Emas Yunnan dengan Xi Zhinong sebagai juru kameranya memperoleh hadiah Film Terbaik Asia di Festival Film Satwa Liar Internasional Jepang yang diadakan di Jepang. Ia juga pemenang Hadiah Bumi, hadiah tertinggi pelestarian lingkungan Tiongkok. Berikut mari kita kenal Xi Zhinong secara lebih dekat.

Xi Zhinong berusia 43 tahun. Tubuhnya tinggi. Di wajahnya yang merah hitam karena terbakar matahari, senyumnya selalu mengembang, memberi kesan ramah pada rautnya. Xi Zhinong pernah bekerja di Stasion Televisi Pusat Tiongkok (CCTV). Pada tahun 1998, ia meletakkan jabatan dan mulai bekerja sebagai seorang juru kamera bebas dan relawan pelestarian lingkungan. Dengan kamera, ia merekam kehidupan satwa. Kegiatan ini amat digemarinya. Xi Zhinong menjelaskan bahwa kegiatannya memotret binatang liar berkaitan dengan pengalaman hidup pada masa kecilnya.

"Masa kanak-kanak saya lewatkan di sebuah tempat yang indah permai. Waktu masih kecil, saya memelihara bebek dan burung. Saya juga kerap kali memburu papatong dan mencari semacam ikan-ikan kecil dalam air untuk memberi makan bebek. Pada malam hari saya sering mendengar tokek yang meringkuk di atas pohon di sekolah. Kadang-kadang terdengar juga serigala meraung di luar pagar rumah. Rasanya dekat sekali dengan alam."

Kampung halaman Xi Zhinong terletak di Kabupaten Weishan Kecamatan Otonom Etnis Bai Dali Propinsi Yunnan, Tiongkok Barat Daya. Hutan rimba di daerah itu memiliki banyak satwa liar. Pada usia belasan tahun, Xi Zhinong dan orangtuanya berpindah ke Kota Kunming untuk melanjutkan studi. Xi Zhinong merasa tidak cocok dengan kehidupan kota setelah ia meninggalkan kampung halamannya. Di luar dugaannya, 20 tahun kemudian, ia kembali ke alam yang dikenalnya sejak masa kanak-kanak untuk memotret satwa liar. Sejak itulah kehidupannya pun menjadi penuh warna.

Xi Zhinong mengatakan, Tiongkok adalah salah satu negara tempat pengambilan foto satwa liar tersulit, karena binatang mamalia ukuran besar yang hidup di alam berjumlah sedikit, dan berkewaspadaan tinggi terhadap manusia. Walaupun demikian, ia tetap berhasil merekam sejumlah adegen yang berharga.

Di antara karya-karya Xi Zhinong, foto-toto bertema monyet berbulu emas Yunnan paling representatif. Kera berbulu emas Yunnan hidup di daerah pegunungan dingin yang berketinggian 3.200 sampai 4.700 meter di atas permukaan laut. Sama seperti kera berbulu emas Sichuan dan kera berbulu emas Guizhou, kera di sekitar Propinsi Yunnan adalah binatang langka yang khas Tiongkok. Jumlah total kera berbulu emas Yunnan yang liar diprakirakan hanya tinggal 1.500 ekor. Pada tahun 1992, Yayasan Alam Dunia (World Wide Fund for Nature/WWF) dan Yayasan Iptek Alam Negara Tiongkok bersama-sama mengucurkan dana untuk melaksanakan sebuah proyek penelitian kera berbulu emas Yunnan. Dengan mengikuti kegiatan tim proyek itu, Xi Zhinong melahirkan banyak karya fotografi tentang kera berbulu emas Yunnan, yang sering dijuluki "siluman gunung salju." Selama kurun waktu tiga tahun kemudian, Xi Zhinong setiap hari melacak jejak kera berbulu emas di hutan. Karyanya kemudian meraih hadiah internasional.

Selama belasan tahun ini, Xi Zhinong terkadang-kadang mengalami "kecelakaan" dalam perjalanan mengambil foto binatang liar. Ia pernah jatuh ke ngarai karena terlepas dari tali penyeberangan sungai; jatuh dari panggung kuda yang berlari di daerah sekitar mata air Sungai Yangtse; berjumpa dengan kawanan yak yang melaju cepat di sebelahnya; bahkan mengejar pemburu liar di danau yang membeku di daerah Kekexili di bagian barat Tiongkok. Totalnya empat tulang rusuknya patah dalam perjalanannya di alam. Akan tetapi, kesulitan dan bahaya sama sekali tidak melemahkan gairahnya untuk mendekati alam. Ia mengatakan, hanya dengan memotret dan memotret, manusia baru bisa meningkatkan rasa cinta dan pemahaman akan alam. Sebagai fotografer satwa liar, ia berharap seluruh masyarakat menaruh perhatian pada pelestarian lingkungan. Ia mengatakan: "Pada awalnya, saya belajar fotografi cuma untuk memotret burung karena saya sangat menggemari burung. Sekarang saya sudah menemukan cara untuk melanjutkan kecintaan atas burung melalui lensa kamera. Sekarang kualitas lingkungan sudah sangat memburuk. Masyarakat pun menyadari betapa besarnya perubahan lingkungan. Sekarang semakin banyak orang, termasuk banyak generasi muda yang berpartisipasi dalam kegiatan pelestarian lingkungan."

Xi Zhinong sudah melewati 10 tahun masa hidup di gunung dan hutan demi pelestarian lingkungan. Untuk mendorong agar lebih banyak orang ikut serta dalam barisan perlindungan satwa liar, pada tahun 2001 Xi Zhinong mendirikan Studio Kerja Tiongkok untuk Satwa Liar. Ini adalah suatu organisasi pelestarian lingkungan yang dilakukan melalui gambar. Studio itu bermarkas di Kebun Binatang. Dibandingkan beberapa tahun yang lalu, ia merasa kesadaran akan pelestarian lingkungan seluruh masyarakat sudah meningkat dengan nyata. Ia mengatakan:"Saya merasa, yang menggembirakan ialah banyaknya generasi muda yang memperhatikan pelestarian lingkungan. Apabila setiap orang dikerahkan, saya kira lingkungan Tiongkok pasti akan mengalami perbaikan. Beberapa tahun yang lalu, sejumlah organisasi pelestarian lingkungan menyerukan agar masyarakat membatasi suhu AC agar tidak lebih dingin daripada 26 derajat. Himbauan itu ditanggapi positif oleh banyak gedung perkantoran dan unit. Sekarang pemakaian AC pada musim panas dengan suhu dibatasi agar tidak dingin daripada 26 derajat Celsius sudah dijadikan semboyan pemerintah. UU tentang hal ini mungkin akan disusun. Kalau sungguh demikian, saya merasa ini adalah kemajuan yang luar biasa. Bagi kita yang berada di rumah atau sedang menyetir mobil, hendaknya tidak usah memakai AC jika tidak terlalu panas. Angin alam selalu adalah yang terbaik bagi kita. Apalagi ini juga adalah sumbangan demi pelestarian lingkungan, dan mudah sekali."

Xi Zhinong tidak menggunakan AC. Bila menempuh jarak yang tidak jauh, ia selalu menggunakan sepeda. Ke mana saja ia pergi, ia membawa sumpit, sehingga tidak perlu menggunakan sumpit kayu yang disediakan warung. Dalam foto-foto binatang karya Xi Zhinong, dunia binatang tampak beraneka-ragam. Berkat upayanya, sekarang semakin banyak orang menaruh perhatian pada binatang liar, dan semakin banyak pula generasi muda yang bergabung dalam kegiatan pelestarian lingkungan yang semakin jauh jangkauannya."