Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-11-08 14:29:19    
Perfilman Tiongkok Berkembang Menuju Pluralisasi

cri

Yang Anda dengar sekarang adalah film Jalur Qinghai-Tibet yang baru saja selesai dibuat insan film Tiongkok baru-baru ini. Film Jalur Qinghai-Tibet berlatar belakang pembangunan jalan kereta api Qinghai-Tibet (dari Gorm Qinghai sampai Lhasa Tibet) di bagian barat Tiongkok, yang diresmikan pada Juli tahun 2006. Film ini menceritakan pengorbanan yang maha besar yang diberikan para pekerja tiga generasi dalam pembangunan jalan kereta api di daerah "atap dunia", yaitu daerah yang rata-rata berada pada 4.000 meter di atas permukaan laut sejak tahun 1950-an. Dalam film itu, para penonton disuguhi adegen-adegen yang mencekam tentang pemandangan dataran tinggi yang spektakuler, serta bencana-bencana alam seperti salju longsor, gempa bumi dan kilat yang menyambar ke bumi. Dengan adegen-adegen yang realistis, para penonton film akan sangat merasakan kemegahan Dataran Tinggi Qinghai-Tibet.

Tiongkok setiap tahun membuat serangkaian film yang befokus pada tajuk yang secara serius mencerminkan peristiwa-peristiwa yang bersejarah, atau untuk menyanjung pahlawan dalam sejarah. Film-film itu biasanya dibiayai pemerintah, dan bermaksud untuk membangkitkan semangat bangsa Tionghoa. Pada tahun-tahun belakangan ini, film-film seperti ini lebih mementingkan nilai artistik sehingga menarik. Kini semakin banyak penonton datang ke sinema untuk menonton film. Jalur Qinghai-Tibet justru adalah salah satu film yang banyak ditonton. Sutradara film itu, Feng Xiaoning mengatakan:

"Di antara para penonton yang pernah menonton film ini, sampai sekarang tidak ada yang tidak menangis karena terharu. Ini menunjukkan bahwa saya telah mencapai tujuan pokok yang hendak saya capai. Kedua, film ini enak ditonton. Film ini tidak sama dengan film-film dengan tajuk serius yang berisi pengajaran dan pendidikan, melainkan seperti epik yang melukiskan proses perjuangan beberapa generasi."

Tiongkok setiap tahun memproduksi 300 lebih film. Selain film-film yang dibiayai pemerintah, dihasilkan pula film-film dengan modal masyarakat dan modal asing. Direktur Perusahaan Umum Promosi Film Tiongkok, Yang Buting mengatakan:

"Sinema baru kini bertambah dari hari ke hari. Pembuatan film digital dan penayangannya dengan alat digital kini telah menjadi daya penggerak baru bagi perkembangan film Tiongkok, khususnya dalam mendorong perkembangan pasar film di pedesaan. Dengan adanya investasi baik dari pemerintah, maupun masyarakat dalam dan luar negeri, Tiongkok telah mengembangkan konfigurasi investasi yang plural. Sementara itu negara pun menaruh perhatian besar pada perkembangan perfilman. Untuk itu pemerintah telah mengalokasikan dana dalam jumlah besar untuk membangun basis pembuatan film yang baru, serta membeli perlengkapan dan teknologi yang baru. Semua itu telah menyuntikkan daya hidup dalam pengembangan perfilman Tiongkok."

Tiongkok mulai melakukan reformasi perfilman pada awal abad ini. Distribusi film di Tiongkok kini menerapkan sistem peredaran melalui jaringan bioskop. Ini mendorong kelahiran bisnis film di Tiongkok. Dengan diberlakukannya jaringan bioskop itu, di tengah persaingan ketat pasar film Tiongkok muncul sejumlah sutradara yang tenar, antara lain Zhang Yimou dan Feng Xiaogang. Film-film bermodal banyak karya sutradara itu telah meraup keuntungan dalam jumlah besar melalui penjualan tiket, baik di dalam maupun di luar negeri. Film Hero, House of Flying Daggers dan The Curse of The Golden Flowers karya Zhang Yimou pada tahun-tahun belakangan ini berhasil membuka pasar film Tiongkok di luar negeri. Film-film ini memenangkan reputasi baik bagi film-film buatan Tiongkok. Sedangkan Feng Xiaogang, sebagai salah seorang sutradara terkenal Tiongkok, juga berhasil menciptakan model bagi kesuksesan film komersial di Tiongkok melalui film-film "perayaan tahun baru" yang disutradarainya pada belasan tahun ini. Film-film seperti Dreams Come True, Big Shot's Funeral, A World without Thieves dan The Banquet sangat populer di antara para penonton domestik, dan mendatangkan keuntungan sangat banyak bagi para investor film.

Kaum insan film Tiongkok berpendapat, agar perfilman Tiongkok semakin berkembang, banyak tenaga ahli perlu dipupuk. Dewasa ini di Tiongkok telah muncul sejumlah sutradara berusia muda yang namanya mulai berkibar, antara lain, Ning Hao yang mulai populer berkat film Crazy Stone, sebuah film komedi dengan modal sedikit. Film itu tidak hanya populer di antara para penonton Tiongkok, tapi juga bisa dimengerti oleh penonton asing. Komentator film kawakan AS, Willmar Anderson mengatakan:

"Saya terkejut dan gembira setelah menonton film Crazy Stone karya Ning Hao. Kami berkenalan beberapa tahun yang lalu. Yang menarik ialah bahwa ia dapat membuat film dengan gaya yang sangat berbeda dengan film-film Tiongkok pada masa lalu. Pembuatan film itu sangat teliti. Yang penting ialah bahwa film itu memiliki skenario yang bagus, dan ceritanya sangat menarik."

Pasar film Tiongkok sedang berkembang pesat menuju pluralisasi, namun masih menghadapi banyak masalah yang baru. Misalnya, sejumlah sutradara terkenal terus mendapat pesanan untuk membuat film baru dan didukung dengan investasi yang cukup, sementara tidak sedikit sutradara muda dalam proses pertumbuhan yang sulit memperoleh investasi, dan lantas kehilangan peluang untuk menunjukkan bakatnya. Yang Buting mengatakan:

"Boleh dikatakan bahwa film Tiongkok penuh dinamika, dan sedang berada pada masa emas perkembangannya. Namun pada saat mencapai prestasi itu, kami harus pula melihat bahwa ekonomi perfilman Tiongkok masih belum mencapai prestasi ideal, dan masih mempunyai kesenjangan amat besar dibanding negara-negara industri, maka kami harus dengan aktif memperluas pasar dalam dan luar negeri."

Untuk memupuk perkembangan para sutradara muda, Kelompok Film Tiongkok baru-baru ini menggulirkan "program pendanaan bagi sutradara muda". Kini program itu diikuti oleh 15 sutradara muda, di antaranya termasuk sutradara yang belum pernah membuat film sendiri. Untuk melaksanakan program itu, Kelompok Film Tiongkok telah melakukan persiapan penuh dalam hal skenario, modal dan peredaran film. Menurut rencananya, dari tahun ini sampai tahun depan, tercatat 10 sampai 15 film akan mulai dibuat. Para insan film yakin bahwa sutradara muda pasti akan mendorong perkembangan perfilman Tiongkok.