Saudara pendengar, selamat berjumpa kembali dalam Ruangan Kehidupan Sosial. Pekan ini kami akan perkenalkan dua ilmuwan Chen Jianping dan Chen Baoshan yang berhasil mencapai prestasi di bidang pertanian.
Saudara pendengar, ilmuwan Chen Jianping selama puluhan tahun telah berkecimpung di bidang penelitian ilmu virus tanaman. Sejak tahun 1989, Chen Jianping meneliti virus tanaman di laboratorium Tothamsted, Inggris. Dalam waktu tiga bulan ia mampu menyelesaikan sebuah tugas penelitian yang sebenarnya direncanakan selesai dalam waktu satu tahun. Kemudian, Chen Jianping memutuskan untuk meneliti permasalahan umum yang mengganggu ilmuwan berbagai negara, yaitu hubungan antara virus dan jamur. Lebih dari sepuluh ribu kali uji coba dalam waktu delapan bulan, akhirnya Chen Jianping menemukan virus tanaman dalam jamur. Ia mencari bukti langsung, yaitu jamur yang bisa menyebarkan virus tanaman. Hasil ini merupakan tonggak sejarah bagi ilmu perkembangan virus tanaman. Ketika itu, Chen Jianping baru berumur 27 tahun. Setelah itu, Chen Jianping menemukan pula proses mutasi sejenis virus daun. Bakat dan ketekunannya menghantar Chen Jianping menjadi ilmuwan terkemuka di bidang virus tanaman dunia.
Pada tahun 1995, laboratorium virus tanaman tingkat propinsi yang didukung oleh pemerintah Zhejiang didirikan. Chen Jianping menghentikan penelitiannya di luar negeri dan memutuskan untuk kembali ke laboratorium tersebut. Saat itu pembimbing asing Chen Jianping tidak bisa memahami keputusannya, tapi Chen Jianping mengatakan:
"Saya telah belajar banyak dan telah mempunyai dasar penelitian iptek, maka sudah sewajarnya bila saya memutuskan untuk pulang ke tanah air."
Setibanya di tanah air, Chen Jianping menghubungkan pekerjaan penelitian dengan kebutuhan riil produksi pertanian. Selama 30 tahun, menjalarnya penyakit daun di Tiongkok memotivasi Chen Jianping bersama rekannya untuk terus mengadakan uji coba, dan mengamatinya selama 10 tahun. Kemudian mereka berusaha menemukan virusnya dan mencari akal untuk mengatasinya. Dengan penemuan tersebut, pakar pencipta bibit unggul memproduksi tiga jenis bibit yang bebas virus tersebut. Sejauh ini, bibit jenis baru itu telah ditanamkan di 600 ribu hektar lahan dan penyebaran virus itu sudah bisa diatasi di daerah produksi jelai Tiongkok.
Selain sebagai seorang ilmuwan, Chen Jianping juga ingin menjadi seorang pakar yang berpandangan strategi makro. Ia ingin membawa tim yang unggul. Tao Yuezhi ialah salah satu anggota timnya yang berasal dari Australia. Dikatakannya:
"Ketulusannya membuatku terharu dan berpikir bahwa saya seharusnya juga pulang ke tanah air."
Chen Shanbao adalah seorang ilmuwan asal Guangxi, juga mengabdikan diri pada penelitian ilmu virus tanaman. Pada tahun 1982, Chen Shanbao lulus dari Akademi Pertanian Guangxi, dan dikirim ke Australia untuk belajar lagi. Pada tahun 1991, Chen Shanbao berangkat ke AS untuk belajar dan bekerja. Selama di AS, Chen Shanbao mencapai prestasi di bidang penelitian pencegahan dan pengobatan biologi virus tanaman. Ketika itu, Chen Shanbao mulai mempertimbangkan untuk pulang ke tanah air. Dikatakannya:
"Kalau tidak ada reformasi dan keterbukaan, saya tidak mungkin mencapai prestasi seperti hari ini. Karena itu saya bersedia mengabdikan diri kepada kampung halamanku."
Setelah mempunyai pikiran tersebut, Chen Shanbao melepaskan kesempatan kerja dan kehidupan yang bagus. Ia kembali ke Akademi Pertanian Guangxi sebagai dosen. Bo Xueliang yang pernah menjadi dosen Chen Shanbao mengenang kembali bahwa:
"Pada waktu doktor Chen pulang, kondisi laboratorium kami cukup terbatas. Ia ingin sekali mendirikan sebuah laboratorium, dan kemudian sebuah ruang rapat pun dijadikan laboratorium."
Chen Shanbao mengadakan penelitian dasar, dan semaksimal mungkin mencapai hasil penelitian sebagai daya produksi. Ia selalu mengatakan, tujuan akhir ipteknya ialah untuk mensejahterakan masyarakat luas. Kini, Chen Shaobao sedang mempopulerkan bibit jenis anti-virusnya di Guangxi sebagai hasil penelitiannya.
Saudara pendengar, meskipun Chen Jianping dan Chen Shanbao melakukan penelitian di bidang yang berbeda, namun keduanya telah berhasil mencapai prestasi. Mereka adalah wakil dari ilmuwan Tiongkok. Dengan memanfaatkan tanah yang hanya sebesar 7%, mampu menghidupi 22% populasi di dunia. Prestasi Tiongkok ini tentunya tidak terpisah dari ketekunan ilmuwan tersebut.
|