Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-12-04 16:15:20    
Mengubah Tiongkok Menjadi Venus

cri

Buku "Marketing in Venus" tulisan Hermawan Kertajaya pada hari Minggu, 2 Desember 2007 diluncurkan dalam Bahasa Mandarin dengan judul Jin Xing Shang De Ying Xiao. Apa yang ditawarkan buku ini untuk pengusaha Tiongkok?

Menurut Hermawan Kertajaya, semakin banyaknya informasi yang masuk karena teknologi komunikasi yang semakin marak dalam kehidupan manusia, masyarakat tidak menjadi semakin logis, malah semakin emosional. Ketika harus memproses informasi yang sedemikian banyak, akhirnya manusia menggunakan insting dan hatinya ketika memilih, bukan lagi pikiran atau logika. Ini hampir sama seperti dalam dunia wanita yang penuh emosi.

Inilah yang mengawalinya menulis buku "Marketing in Venus" yang menjadi buku laris di Indonesia. Ia mengambil judul ini karena ada yang mengatakan bahwa pria itu berasal dari Mars, dunia penuh logika dan wanita berasal dari Venus, dunia penuh perasaan. Menurut Hermawan Kertajaya, dunia sekarang berubah menjadi semakin Venus. Konsumen, baik laki-laki maupun wanita membeli produk karena perasaan mereka akan produk tersebut, bukannya melulu membandingkan harga atau kualitas produknya.

Karena itu, dalam dunia pemasaran, marketer yang berhasil akan mengubah strategi marketingnya supaya sesuai dengan dunia Venus. Para marketer harus bisa mengambil hati konsumen, seperti mengambil hati wanita. Mereka juga tidak boleh membohongi konsumennya, karena konsumen bisa marah seperti wanita yang marah kalau dibohongi.

Dalam wawancaranya dengan CRI pada peluncuran buku ini di Toko Buku Disanji Beijing, Hermawan mengatakan bahwa marketing ala Venus cocok dengan keadaan Tiongkok sekarang. Baik perusahaan dalam negeri maupun luar negeri kini harus mulai menggali pasar domestik Tiongkok. Penekanan akan ekspor yang selama ini dilakukan Tiongkok menimbulkan friksi perdagangan dengan banyak negara-negara tujuan ekspor dan membuat semakin menguatnya renminbi. Karena itu, Tiongkok harus mengubah ekonominya yang berorientasi ekspor ke orientasi konsumen domestik.

Untuk menang dalam pasar domestik Tiongkok, para pengusaha harus pintar-pintar menarik hati konsumen. Konsumen Tiongkok kini punya pengeluaran yang bisa dibelanjakan sehingga mereka meminta lebih daripada produk dengan harga murah saja. Di sinilah diperlukan taktik marketing yang jitu yang mampu menyentuh hati mereka.

Cao Hu, Presiden Kotler Marketing Group China mengatakan bahwa buku "Marketing in Venus" ini punya arti penting untuk Tiongkok. Ia mengatakan bahwa perusahaan Tiongkok biasanya punya banyak pengalaman dalam bidang produksi dan manufaktur. Tetapi mereka tidak punya banyak pengalaman kewirausahaan dalam membangun sebuah merek. Menurut Cao Hu, pembangunan sebuah merek yang diakui pasar adalah kunci pembangunan sebuah negara ekonomi pasar, dan juga kunci untuk membentuk kandungan nilai tambah yang dibayangkan konsumen yang lebih mahal dari harga produksi produk.

Selain itu, ia setuju dengan Hermawan bahwa pasar Tiongkok semakin lama semakin seperti Venus, sehingga pengusaha Tiongkok harus berusaha memakai cara-cara dan filsafat "Marketing in Venus" bila ingin berhasil.

Dalam buku edisi bahasa Mandarin ini, Hermawan Kertajaya menambahkan contoh-contoh perusahaan Tiongkok yang sukses menggunakan cara marketing di Venus. Cao Hu adalah partnernya yang membantu memberinya contoh-contoh ini. Salah satu yang diungkapkan dalam buku ialah Shaolin, yang tidak saja menawarkan suguhan seni bela diri kepada para pengunjungnya, tetapi juga sebuah pengalaman unik yang dikemas dalam marketing yang menyentuh. Toko Buku Disanji tempat peluncuran bukunya juga ia anggap sebagai perusahaan yang menerapkan prinsip marketing in Venus. "Anda bisa datang, membaca buku, santai-santai, makan, feel good. Nah, nanti baru beli buku."

Buku ini amat mudah dibaca, juga bagi mereka yang bukan marketer, menurut Herrmawan buku ini juga banyak gunanya. "Katanya cuma dibaca di pesawat Beijing ? Shenzhen tiga jam sudah selesai. Tapi setelah itu bisa dapat ide banyak," kata Hermawan yang mengutip salah seorang komentatornya. Marketing bukan hanya untuk memasarkan produk atau jasa, tetapi juga diri sendiri. "Kalau Anda bisa menyentuh hati teman kerja, bos, keluarga, atau pasangan Anda, Anda akan bisa meraih sukses dalam hidup," demikian paparnya bagi yang bukan pengamat marketing.

Buku "Marketing in Venus" ini telah terbit dalam berbagai bahasa termasuk Vietnam, Malaysia, Singhala, dan Mandarin. Tentang buku selanjutnya, Hermawan mengatakan bahwa di taraf pasar yang lebih tinggi lagi, para marketer harus menggunakan prinsip-prinsip universal dalam marketingnya. "Misalnya, love your customer, respect your competitor," begitulah. Menurutnya, spiritualitas yang tidak mengacu pada agama harus juga diterapkan dalam marketing tingkat lanjut.