Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-12-10 14:05:15    
Sepasang Suami-isteri Braun Yang Berbisnis di Qinghai

cri

Beberapa tahun yang lalu, Braun pria asal Jerman yang menggemari kebudayaan Tiongkok, datang ke Kota Xi`an untuk belajar Bahasa Mandarin. Selama 3 tahun di Xi`an, Braun diberitahu bahwa di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet ada sebuah tempat ajaib yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki lingkungan yang indah. Di tempat itu pula banyak etnis yang menganut agama yang berbeda-beda hidup berdampingan. Usai menempuh pendidikan bahasa di Xi'an, Braun memutuskan untuk pergi ke Qinghai. Setibanya ia di Qinghai, Braun segera terpikat oleh daya pesona Qinghai.

"Saya rasa Qinghai merupakan tempat berbaurnya kebudayaan berbagai etnis yang berbeda-beda, di mana Etnis Han, Tibet, Hui dan Mongolia hidup berdampingan. Walaupun memiliki bahasa, kesenian, dan hari raya yang berbeda satu sama lain, mereka tetap bisa saling bergaul, . Kebudayaan berbagai suku yang saling berbaur itulah yang menarik saya."

Setelah beberapa waktu menetap di Qinghai, Braun sekarang sudah sangat mengenal Qinghai. Ia mengatakan, Qinghai merupakan salah satu dari 5 daerah penggembalaan terbesar di Tiongkok. Di sini terdapat berbagai macam hewan dan tumbuh-tumbuhan, bahkan juga ada tumbuh-tumbuhan langka di dataran tinggi bersalju itu, misalnya tumbuhan jamur ulat. Hewan yang paling banyak di Qinghai adalah lembu Yak. Hewan ini memiliki julukan "perahu daerah bersalju", karena sepanjang tahun hewan ini tinggal di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet dengan ketinggian mencapai 4.000 meter dari permukaan laut. Lembu Yak biasanya makan rumput alami yang bebas pencemaran, karena itu susu lembu Yak yang merupakan minuman khas Qianghai memiliki kandungan gizi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan susu lembu biasa. Dengan berbekal pengetahuan itu, Braun pun berkeinginan untuk mendirikan pabrik susu beku dengan memanfaatkan sumber daya susu lembu yak yang melimpah di Qinghai.

Braun mengatakan, dirinya mengalami banyak kesulitan selama masa mendirikan pabrik. Untungnya, ia memperoleh bantuan besar dari penduduk setempat yang baik hati.

Braun mengatakan: "Pada awalnya, saya berencana mendirikan pabrik susu beku di Kabupaten Zeku. Pada masa awal berdirinya perusahaan, saya mengalami banyak kesulitan. Tapi, penduduk setempat sangat baik hati. Mereka membantu dan memberitahu saya cara memproduksi susu beku yang asli. Sekarang, saya dan anak buah saya sedang mempelajari cara pembuatan susu beku yang lebih alamiah. Saya berharap perusahaan saya dapat memproduksi susu beku jenis baru.

Pada akhir tahun 2006, dengan bantuan dari berbagai pihak, Braun bersama temannya mendirikan pabrik susu beku di Kabupaten Zeku, Keresidenan Otonom Etnis Tibet Huangnan, bagian timur Propinsi Qinghai. Braun mengatakan, ia bersama lebih dari 100 orang bawahannya melakukan penelitian dan percobaan untuk memproduksi susu beku jenis baru. Ia yakin, bisnisnya akan semakin jaya.

Pada bulan Maret lalu, Braun membawa isteri dan dua anaknya ke Qinghai dan berencana untuk menetap di sana. Pada awalnya isteri Braun, Jannifer Braun tidak bisa beradaptasi dengan kehidupan di dataran tinggi Qinghai. Ia juga tidak mengerti mengapa suaminya mau merintis usaha di Qinghai dengan melepaskan kehidupannya yang cukup sejahtera di tanah airnya sendiri. Tapi sekarang, Jannifer sudah memahami keputusan suaminya, dan juga sudah jatuh cinta dengan Qinghai. Dikatakannya: "Pada awal saya tiba di Qinghai, hampir setiap hari saya mengalami sakit kepala karena berada di dataran tinggi. Tapi, sekarang gejala tersebut sudah hilang, dan tidak sakit kepala lagi. Qinghai relatif adalah lingkungan yang tradisional dengan orang-orangnya yang relatif bersahabat. Di sini ada etnis Zang, Muslim, dan Han yang hidup berdampingan secara rukun. Cuaca di sini juga relatif baik dan tanpa polusi, sehingga bisa sering pergi mendaki gunung."

Sekarang, keluarga Braun sudah bisa beradaptasi dengan kehidupan setempat. Dua anak Braun disekolahkan di sekolah setempat. Kadang-kadang, keluarga Braun keluar bertamasya untuk menikmati pemandangan dan kebudayaan suku setempat yang kaya raya.

Dewasa ini, orang asing yang bertamasya, berbisnis dan belajar di Qinghai juga semakin banyak. Seperti halnya dengan keluarga Braun, ada orang asing yang mulai mengenal, dan mengenal lebih banyak lagi, dan akhirnya jatuh cinta dengan Qinghai. Bahkan ada yang memutuskan menetap di Qinghai. Daya tarik apa yang dimiliki Qinghai sehingga dapat menarik minat banyak orang asing? Quan Sheng`ao, dari Pusat Pertukaran Pendidikan Internasional Institut Suku Qinghai, mengatakan: "Ditinjau dari keseluruhan, pembangunan besar-besaran di bagian barat Tiongkok, terutama pembangunan dan perkembangan di Qinghai sangat menarik perhatian orang asing. Di sisi lain, Qinghai memiliki kebudayaan suku asli. Ditilik dari sejarah, Qinghai merupakan tempat di mana berbagai suku hidup berdampingan secara rukun dan berkembang bersama. Karena itu, orang asing berkeinginan untuk tinggal di sini dan mengenal kebudayaan etnis minoritas.

Saudara pendengar, keluarga Braun dan banyak orang asing lainnya di Qinghai saat ini menikmati kehidupan sejahtera yang didatangkan oleh perkembangan ekonomi dan sosial di Qinghai. Sebaliknya mereka dengan caranya sendiri ikut memperkaya kebudayaan di Qinghai yang merupakan tempat pemukiman berbagai etnis.