Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-12-19 15:40:06    
Gao Linshu dan Ceritanya Menanam Pohon

cri

Daerah Otonom Mongolia Dalam di bagian utara Tiongkok, adalah salah satu daerah yang paling parah tertimpa bencana degradasi tanah dan penggurunan di Tiongkok. Melalui upaya tak kendur-kendur yang dilakukan pemerintah dan rakyat setempat, penanggulangan bencana penggurunan Daerah Otonom Mongolia Dalam telah mencapai hasil nyata. Gao Linshu, seorang lanjut usia setempat yang mulai menanam pohon sejak 19 tahun yang lalu, telah memberikan sumbangan yang cukup besar demi penanggulangan degradasi tanah.

Gao Linshu, yang berusia 70 tahun, sekarang menetap di Kota Erdos bagian selatan Daerah Otonom Mongolia Dalam, yakni bagian hulu dan menengah Sungai Kuning. Luas tanah Kota Erdos hampir 90.000 kilometer persegi, namun 48% arealnya adalah padang pasir. Rumah Gao Linshu justru terletak di pinggir salah satu padang pasir. Sekarang rumahnya terkepung oleh pohon-pohon yang hijau, dengan bukit pasir di tempat jauh terlihat samar-samar. Istri putranya mengatakan, dengan pohon-pohon yang ditanamnya itulah, rumahnya sudah terlepas dari serangan angin dan pasir.

Menurut keterangan, 19 tahun yang lalu, tempat letaknya rumah Gao Linshu adalah sebuah desa, namun seiring dengan semakin seriusnya degradasi tanah, produksi bahan pangan menurun dari tahun ke tahun. Biarpun kaum petani bercocok tanah susah payah pada musim semi, namun hasilnya pada musim gugur sedikit sekali. Terpaksa penduduk desa meninggalkan kampung halamannya. Setelah penduduk desa itu berpindah ke tempat lain, Gao Linshu malah mengambil keputusan untuk menetap di sana, waktu itu ia tepat berusia 50 tahun. Di padang tandus 5 kilometer dari rumahnya, Gao Linshu membangun sebuah pondok dan mulai menanam pohon dan rumput.

Tahun 1988, Gao Linshu membeli ratusan kilogram bibit pohon dengan 20 yuan renminbi. Di padang pasir tidak ada jalan. Gao Linshu, bersama tiga anaknya membawa kembali bibit pohon itu dengan melintasi padang pasir yang luas, dan kemudian tanpa menghiraukan udara dingin, menanamnya di tanah yang mulai degradasi. Akan tetapi, bibit pohon yang ditanamnya sehari sebelumnya, semuanya terungkap akarnya karena tertiup angin dahsyat pada malam, sehingga upayanya sia-sia belaka. Namun Gao Shulin tidak putus asa, dan terus menanam pohon dengan dukungan anggota keluarga. Dengan demikianlah, sekeluarga Gao Shulin berkecimpung dalam penanaman pohon.

Tindakan Gao Shulin dan keluarganya menarik perhatian badan pemerintah setempat. Mereka mulai secara gratis menyediakan kepada Gao Shulin bibit pohon dan rumput yang tahan udara dingin dan kekeringan.

Melalui upaya yang gigih, pohon-pohon dan rumput yang ditanam Gao Shulin terus tumbuh. Tanah yang direklamasinya memperluas sedikit demi sedikit di padang pasir. Sampai tahun 2003, areal hutan dan rumput yang ditanam Gao Shulin melampaui 200 hektar. Pada akhir tahun 1990-an, pemerintah Kota Erdos berupaya memperbaiki lingkungan setempat, dan untuk itu menetapkan, bahwa hasil guna ekonomi yang diperoleh petani di tanah hasil pembenahannya, semuanya dimiliki orang yang melakukan pembenahan. Sementara itu, pemerintah Kota Erdos juga berusaha menyerap modal dari luar untuk secara besar-besaran mengembangkan industri pengolahan produk hutan dan rumput. Sejak itu berturut-turut didirikan pabrik pembuatan kertas dan pembuatan kayu lapis. Dengan demikian pendapat kaum petani setempat pun bertambah. Gao Linshu yang sudah bertahun-tahun menanam pohon dan rumput terlebih dulu menikmati hasil pembenahan padang pasir. Pohon-pohon yang ditanamnya setiap tahun dapat menghasilkan 20.000 yuan renminbi, dan ditambah hasil guna ekonomi lainnya, pendapat keluarganya setiap tahun dapat mencapai 90.000 yuan, suatu angka yang cukup mengagumkan bagi petani setempat.

Tahun 1997, Gao Linshu membangun empat buah rumah berstruktur batu bata di pinggir hutan pembuatannya. Sekarang sekeluarganya hidup dalam rumah itu. Di pinggir pekarangan rumahnya itu, pohon-pohon sudah setinggi 10 meter. Sekarang Gao Linshu membeli pula tractor dan sepeda motor.

Tahun 2006, Gao Linshu terpilih sebagai "pahlawan pembenahan padang pasir" Kota Erdos. Yang menggembirakan ialah, tingkat lingkup hutan Kota Erdos meningkat dari 20% dulu menjadi 70% ke atas sekarang, sehingga 1,33 juta hektar padang rumput dan 400.000 hektar tanah garapan terlindung oleh hutan pelindung. Gao Linshu, secara harfiah dalam bahasa Tionghoa justru berarti pohon dan hutan yang tinggi. Ia merasa bahwa ambisinya untuk membuat satu hutan buat anak turun-temurunnya akan dapat terwujud.