Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-12-20 14:13:42    
Festival Kesenian Tiongkok Perlihatkan Hasil Baru Kesenian Pertunjukan Panggung

cri

Festival Kesenian Tiongkok Ke-8 yang diadakan tiga tahun sekali, baru-baru ini ditutup di Provinsi Hubei, Tiongkok Tengah. Pesta kesenian itu sudah lama menjadi wahana untuk mempertunjukkan hasil-hasil karya kesenian panggung nasional.

Mulai tanggal 5 November, di 30 lebih teater di 6 kota Provinsi Hubei berturut-turut dipentaskan pertunjukan yang dihidangkan oleh berbagai rombongan kesenian dari seluruh negeri. Pertunjukan terbaik akan dianugerahi Piala Wenhua, yaitu penghargaan tertinggi untuk kesenian pertunjukan panggung profesional Tiongkok.

Opera Chuanju adalah opera tradisional yang populer di Provinsi Sichuan, Tiongkok Barat Daya. Di festival kesenian kali ini, Rombongan Opera Chuanju Kota Chengdu mengubah sebuah sandiwara asing menjadi opera Chuanju yang berjudul "Gelombang Dahsyat di Tengah Lautan Ambisi ". Alur cerita sandiwara tersebut adalah sebagai berikut: ada seorang lanjut usia bermarga Bai yang dipanggil "Bailaotou". Ia telah mengumpulkan begitu banyak kekayaan, dan memperisteri seorang gadis cantik. Bailaotou berharap anak bungsunya lah yang dapat mewarisi kekayaan keluarganya. Berkisar pada kekayaan itulah, terjadi pertarungan sengit antar anggota keluarga itu. Walaupun opera itu bersetting di zaman kuno, namun kisah yang disuguhkan masih sering terjadi di zaman sekarang. Opera itu mendapat sambutan baik dari para penonton. Seorang mahasiswa bernama Qin Zhao baru pertama kali menonton pertunjukan Opera Chuanju. Ia mengatakan, bila dibandingkan dengan Opera Yuju yang lahir di Provinsi Henan, kampung halamannya, pertunjukan Opera Chuanju telah membawa perasaan dengan nuansa serba baru baginya, baik dari kata-kata yang diucapkan maupun gerak-gerik pelakon di atas panggung. Ia mengatakan:"Jalur cerita itu berliku-liku dan penuh rasa humor. Pada awalnya, lakon ini membuat saya ingin tertawa, namun di akhir cerita saya pun dibuat ingin menangis, dan perasaan yang berlawanan pun timbul dalam hati saya. Pengisi suara yang diramaikan dengan efek suara gemuruh petir, beserta penataan cahaya dan panggung dengan teknologi tinggi, memberikan efek yang luar biasa."

Qin Zhao mengatakan, setelah menonton beberapa pertunjukan panggung, ia merasa banyak pertunjukan opera tradisional sudah mengalami adaptasi. Ini menunjukkan tekad pihak pembuat pertunjukan untuk menarik minat penonton kaum muda dengan terus mengikuti arus perkembangan zaman. Opera Chuju yang bersejarah 150 tahun adalah opera utama di Provinsi Hubei, Tiongkok Tengah. Kesederhanaan dan kepandaian dalam melukiskan figur karakter dalam lakon cerita adalah salah satu ciri khas pertunjukan Opera Chuju. Akan tetapi, bagaimana caranya menarik penonton datang ke teater untuk menonton pertunjukan, dan bagaimana memelihara daya pengaruhnya di tengah kaum muda merupakan tantangan bersama yang dihadapi semua opera tradisional, termasuk Opera Chuju. Teater Opera Chuju Wuhan Provinsi Hubei khusus menciptakan Kisah Warum Teh Bulan Maret dengan bertolak dari etika para pemuda zaman sekarang.

Cerita lakon Warum Teh Bulan Maret menceritakan kisah tragedi seorang gadis yang mencari kekasihnya dari kampung halaman hingga ke ibu kota Wuhan dengan memikul bakul teh pada tahun 1930-an. Akhirnya, saat ia menemukan kekasihnya, si gadis baru tahu bahwa pria yang dicintainya itu telah menjadi seorang pedagang yang kehilangan hati nuraninya dan hanya tahu mengejar kedudukan dan kekayaan. Chen Wei, sang sutradara mengatakan, dengan didukung karakteristik kental lokal, musik yang enak didengar, dan jalur cerita yang realistis, pertunjukkan itu mencapai sukses besar. Ia mengatakan:"Cerita itu secara teknis mencerminkan ciri khas Kota Wuhan pada zaman dahulu. Para penonton dapat melihat pemandangan lama di kota itu pada tahun 1930-an, misalnya feri dan pelabuhan di Sungai Yangtse. Selain mempertunjukkan unsur modern, keunikan Opera Chuju juga dicerminkan."

Chen Wei mengatakan, menyerap tenaga pengarang cerita yang ulung dan menyesuaikan kembali gaya pertunjukan opera tradisional menurut selera penonton adalah pemikiran baru dalam penciptaan lakon opera tradisional Tiongkok sekarang. Komponis Hu Xin, yang berusia 70 tahun adalah penggubah lagu Opera Warum Teh Bulan Maret. Ia mengatakan, dalam proses menulis lagu, di samping memelihara harmoni khas lagu tradisional Opera Chuju, ia juga menyerap inti sari musik lainnya. Ia berpendapat, opera tradisional harus mempunyai ciri khasnya sendiri, dan harus sesuai dengan kemajuan zaman dan selera penonton.

"Apabila kami selalu mempertahankan apa yang diwariskan dari zaman dahulu kala tanpa menghiraukan perubahan selera para penonton, maka kami akan kehilangan penonton, karena pertunjukan kami akan dianggap kuno. Untuk itu, kami menyerap banyak unsur baru dalam opera, seperti paduan suara. Namun nada dari lagu tersebut tidak kami ubah. Dengan adaptasi itulah, pertunjukan kami mendapat sambutan hangat para penonton. Saya berpendapat, para penonton zaman sekarang lebih menomorsatukan etika."

Memanifestasi kebudayaan yang beraneka ragam di berbagai daerah serta mendorong penciptaan karya dari berbagai rombongan kesenian adalah asas tujuan penyelenggaraan festival kali ini. Berbagai pertunjukan sandiwara, opera tradisional, opera musik dan lain sebagainya dipentaskan dalam festival tersebut.

Teater Daerah Otonom Uigur Xinjiang khusus membawa opera musik "Tamu dari Gunung Es" yang diadaptasi dari sebuah film berjudul sama. Lagu "Mengapa Bunga Begitu Merah" dan lagu "Mengenang Teman Seperjuangan" yang sudah lama populer melalui film sangat disukai para penonton, dan selalu dinyanyikan bersama oleh para penonton begitu lagu itu dimainkan. Ketua Teater Xinjiang, Nusilet Wajid mengatakan:"Opera musik kami tidak sama dengan opera luar negeri, khususnya opera Barat yang berkembang di atas dasar etika Barat. Opera kami diciptakan dengan bertolak dari etika kami sendiri dan musiknya mudah dimengerti dan populer."

Ia mengatakan, dibandingkan dengan opera tradisional, opera musik tampaknya lebih trendi, dan sesuai dengan selera para penonton zaman sekarang. Opera musik yang diadaptasi dari karya tradisional atau karya yang baru mempunyai prospek yang cerah di Tiongkok.