Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-12-26 14:32:35    
Kenapa Amal Terjepit

cri

Pada akhir tahun ini, justru saat melakukan amal untuk orang yang tidak mampu. Di bawah dorongan arus hangat tersebut, sejumlah keluarga dan perorangan yang tidak mampu mendapat bantuan sosial, merasakan kehangatan dari masyarakat. Akan tetapi, beberapa relawan menceritakan pengalamannya selama melakukan amal.

Nyonya Wang sebagai akuntan di suatu perusahaan di Kota Nanning, Daerah Otonom Zhuang Guangxi, Tiongkok barat daya menceritakan pengalamannya. Pada tanggal 15 Desember lalu, dia mengetahui bahwa sebuah organisasi amal akan membawa barang-barang bantuan kepada suatu komunitas di kotanya, tapi kendaraannya tidak cukup, dia segera menyatakan untuk membantu mengangkut barang-barang batuan itu dengan mobilnya. Tapi konvoi yang terdiri dari tigak kendaraan itu memasuki komunitas, tampaknya hanya satu orang karyawan di lapangan. Dan karyawan ini memberitahukan kepada para relawan bahwa karena hari ini adalah akhir pekan, maka hanya dia sendiri dikirim atasannya ke lapangan.

Nyonya Wang tak bisa pahami, dia bertanya " mengapa relawan dapat mengantar barang-barang bantuan untuk komunitas tanpa istirahat, tapi karyawan-karyawan malah istirahat.

Relawan Pak Liu pun mempunyai pengalaman yang sama. Pada beberapa hari yang lalu, dia bersama sejumlah relawan mendatangi suatu badan kesejahteraan, kebetulan terdapat sebuah perusahaan lain yang melakukan kegiatan amal di situ. Maka seorang pegawai memberitahukan kepada mereka bahwa orangnya terlalu banyak, maka mereka diusulkan untuk memindahkan barang-barang bantuan ke kantin, lalu menunggu lagi. Selama masa tersebut tiada seorang pun karyawan menerima mereka.

Mereka tidak saja dibiarkan begitu saja, ada sejumlah pemimpin perusahaan pun berpendapat, menerima bantuan berarti mengungkapkan kekurangan dirinya.

Sebuah media di Guangxi pernah berkali-kali mengorganisasi kegiatan amal. Belum lama berselang, media tersebut mengorganisasi lagi kegiatan amal. Seorang wartawan yang ikut melaporkan kegiatan amal itu mengatakan bahwa kegiatan tersebut diadakan dengan lancar, sehingga membantu sejumlah kelompok yang sulit, namun sejumlah persoalan sangat menyedihkan organisator.

Dia mengatakan, untuk mengumpulkan lebih banyak orang untuk menyumbangkan dana dan material, dia mewawancarai sejumlah siswa yang tak mampu di sebuah sekolah di Nanning, dengan maksud agar masyarakat mengetahui keadaan kelompok yang perlu mendapat bantuan, tapi pemimpin sekolah tersebut menekankan terus bahwa ada siswa di sekoloahnya yang hanya tidak punya baju baru atau baju kapas, kalau hal itu diberitakan, maka fokus yang diperhatikan masyarakat akan terpusat pada sekolah, pihaknya akan mengalami kesulitan.

Sama halnya, seorang wartawan media menelepon kepada sejumlah sekolah di daerah yang kurang mampu, dengan maksud mencari data siswa yang tak mampu, 10 sekolah dalam 20 sekolah menyebut mereka tidak punya siswa yang tak mampu. Menurut ungkapan seorang guru yang tak ingin disebut namanya, di sekolah mereka bukanlah tidak mempunyai siswa yang tak mampu, tapi dikhawatirkan kalau hal itu dilaporkan, pemimpin atasan mereka akan menganggap pekerjaan mereka tidak ditangani dengan baik.

Ditinjau dari berbagai kegiatan amal, terdapat empat unsur yang menyulitkan kegiatan amal, selain kesadaran badan-badan terkait yang menerima bantuan.

Pertama, pakaian yang diamalkan itu adalah pakaian yang robek.

Kedua, hanya memperhatikan bentuknya, seperti pertunjukan show.

Ketiga, kegiatan amal itu selalu diadakan di rumah kesejahteraan.

Keempat, tak peduli apakah barang amal itu diperlukan.

Kegiatan amal mencerminkan rasa tanggung jawab sosial. Bagi pelaku amal, baik uang atau barang, banyak atau sedikit, atau dalam bentuk apa saja, itu tidak salah, sedangkan kegiatan amal tersebut hendaknya dikembangkan, karena semua ini adalah untuk melaksanakan kewajiban sosial.

Masalahnya ialah bagaimanan mengarahkan umum untuk membantu mereka yang perlu dibantu.

Anggota Tetap Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat, Peng Zhao mengatakan, tugas yang mendesak dewasa ini ialah membentuk mekanisme informasi jangka panjang, agar kegiatan amal sering diadakan, dan dibakukan.

Selain itu, dibandingkan dengan material, banyak orang lanjut usia lebih memerlukan rasa simpati.