Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-02-06 16:16:42    
Sebagian Besar Tiongkok Cerah selama Imlek

cri

BEIJING, 4 Feb. (Xinhua). Selama Tahun Baru Imlek yang akan segera datang, Tiongkok akan mendapat jeda yang amat dibutuhkan dari iklim artik yang telah menerpa sebagian besar Tiongkok dalam tiga minggu ini. Demikian dikatakan oleh Administrasi Meteorologi Tiongkok (CMA) pada hari Senin.

Juru bicara CMA, Yu Xinwen mengatakan pada sebuah konfrensi pers di sini pada hari Senin bahwa pada liburan selama seminggu ini, yang akan dimulai pada hari Rabu, bagian selatan Tiongkok akan menyaksikan cuaca yang baik. Bagian utara Tiongkok tidak akan mengalami turunnya salju.

Pada hari Senin dan Selasa, salju tipis akan turun di beberapa daerah di barat laut dan daerah-daerah di sebelah selatan Sungai Yangtze. Hujan es diperkirakan akan turun di daerah pegunungan di Guizhou.

Yu mengatakan bahwa sejak tanggal 10 Januari, salju, salju cair dan temperature yang rendah telah melanda daerah selatan Tiongkok. Fenomena-fenomena ini amat jarang ditemui di daerah tersebut. Musim dingin terburuk dalam lima dekade ini lebih ekstrim lagi terjadi di propinsi-propinsi bagian tengah di Hubei dan Hunan. Badai salju yang masih belum sirna sepenuhnya, yang telah berlangsung selama dua minggu, merupakan badai salju terlama dalam 100 tahun ini. Di Hunan, es yang menempel di kabel-kabel transmisi tebalnya 20 ? 60 cm.

Menurut Yu, Propinsi Anhui telah mengalami salju yang terus menerus selama 24 hari. Ini adalah salju yang terlama selama 50 tahun ini. Sementara itu, Propinsi Zhejiang telah mengalami badai salju terburuk dalam 84 tahun ini.

Henan, Sichuan, Shaanxi, Gansu, Qinghai dan Ningxia juga mencatat hujan paling deras sejak tahun 1951.

Yu mengatakan bahwa kasus Tiongkok tidaklah unik dalam musim dingin yang ekstrim kali ini. Ibukota Irak Baghdad diterpa salju yang amat jarang terjadi bulan lalu, di mana Iran dan Afghanistan juga menderita bencana salju.

Antara 19 Januari sampai 31 Januari, beberapa negara di Timur Tengah termasuk Siria telah mencatat salju lebat. Sementara itu penerbangan-penerbangan di Israel dibatalkan. Dalam beberapa hari ini, bagian-bagian timur dan barat Amerika Serikat juga tertimpa badai salju.

Analisa kasar para ahli untuk penyebab cuaca yang membawa bencana ini adalah pengaruh atmosfer yang tidak normal. Udara yang dingin bertemu dengan udara hangat di bagian bawah dan tengah Sungai Yangtze dan daerah-daerah di selatan sungai. Udara lembab berkumpul di bagian selatan Dataran Tinggi Qinghai-Tibet sehingga menyebabkan troposfer yang tidak stabil.

Sebuah fenomena yang disebut La Nina lebih memperburuk cuaca yang telah buruk ini, tambah para ahli.

Dalam sebuah artikel yang dimuat di Sunday's People's Daily, Zheng Guogang, kepala CMA mengatakan bahwa La Nina adalah sebuah kumpulan besar udara dingin yang tidak wajar di bagian Pasifik di daerah khatulistiwa yang terjadi setiap beberapa tahun sekali dan mempengaruhi cuaca global. Ini adalah iklim yang berlawanan dengan El Nino, yang menyebabkan pemanasan di Pasifik.

Zheng mengatakan bahwa kondisi La Nina terjadi di bulan Agustus di sepanjang Pasifik yang tropis dan diperkuat dalam kecepatan yang paling cepat dalam 56 tahun ini. Rata-rata suhu permukaan laut selama 6 bulan terakhir ini lebih rendah setengah derajat Celcius dari tahun yang normal.

Laporan awal mengatakan bahwa salju telah turun sejak pertengahan bulan Januari. Salju ini telah mengakibatkan tewasnya manusia, keruntuhan bangungan, matinya lampu, terjadinya kecelakaan, dan masalah transportasi, serta kerusakan lahan pertanian dan peternakan.

http://news.xinhuanet.com/english/2008-02/04/content_7565706.htm