Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-02-06 16:42:08    
Tahun Baru Imlek dalam Berbagai Masa

cri

Huang Shunying dan Xie Yinghua tahun ini hanya merayakan Tahun Baru Imlek dengan tenang di rumah bersama putra semata wayang mereka. Mereka berencana untuk membuat hotpot berisi berbagai macam sayuran, daging, dan jamur-jamuran. Bagi mereka, Tahun Baru Imlek kini tidak semeriah di masa-masa yang lampau, ketika mereka merayakannya di Huaqiao Nongcang, atau Desa Perantau Tionghoa di Tiongkok Selatan.

"Tahun Baru Imlek di Huaqiao Nongcang tidak beda jauh dengan di Indonesia. Mungkin karena para perantau Tionghoa di sana masih membawa tradisi asal tempat kelahirannya, mereka merayakan Tahun Baru Imlek seperti di Indonesia," kata Huang Shunying mengenangkan masa-masa remajanya di Huaqiao Nongcang, tempat tinggal para perantau Tionghoa yang kembali ke Tiongkok dari berbagai negara. Di sana paling banyak tinggal perantau yang lahir di Indonesia.

Menurut Ibu Huang, tujuh hari sebelum Tahun Baru Imlek, penduduk desa terutama para wanitanya telah mulai membuat makanan-makanan khas Tahun Baru Imlek. Yang biasanya ada adalah kue ranjang, khas Tionghoa Indonesia, dan juga gorengan-gorengan khas daerah Tiongkok Selatan. Karena berasal dari berbagai daerah di Indonesia, para perantau di Huaqiao Nongcang membuat pula makanan-makanan khas tempat kelahirannya. Para perantau dari Vietnam membuat makanan dari ketan berisi daging dan kacang hijau yang berbentuk seperti lontong raksasa. Lalu pada hari Tahun Baru Imlek, semua pergi berkeliling ke tetangga-tetangga untuk mengucapkan selamat sambil mencicipi makanan khas yang berbeda-beda.

Menurut Xie Yinghua, pada tahun 60-an dan 70-an, bahan makanan tidak sembarangan beredar di Tiongkok. Tetapi pada Tahun Baru Imlek, Pemerintah Tiongkok mengalokasikan bahan makanan ekstra untuk para warganya. Perayaan ini amat ditunggu-tunggu, karena ini adalah saat yang langka untuk bisa makan dengan enak. Ikan adalah salah satu hidangan wajib bagi keluarganya, karena dipercaya membawa rejeki. Menurutnya, pada masa itu, meskipun rejeki tidak terlalu berlimpah, dan angpao untuk anak-anak tidak sebanyak sekarang, tetapi suasana kebersamaan amat terasa.

Di tahun 80-an, penyiar CRI Jeps merayakan Tahun Baru Imlek bersama keluarganya di Jakarta. Ketika ayahnya masih hidup, keluarganya amat taat memeluk aliran Konghucu. Mereka selalu bersembahyang kepada para dewa dan nenek moyang. Untuk menetapkan kea rah mana mereka harus memuja para dewa, keluarganya berkonsultasi dengan biksu di kelenteng. Ini dilakukan karena tiap tahun, arah-arah tertentu membawa hoki. Bila salah arah sembahyang, bisa-bisa mereka memuja setan dan membawa kemalangan dalam keluarga. Keluarga Jeps juga mengadakan pembersihan yang luar biasa di rumah sebelum tahun baru karena baru seminggu setelah tahun baru mereka bisa membuang sampah dan membersihkan rumah lagi.

Fenomena tahun baru yang juga unik di Tiongkok yang masih dikenang Xie Yinghua juga adalah acara televisi khusus Tahun Baru Imlek. Di tahun 90-an, hampir seluruh warga Tiongkok yang berkumpul di rumah memasang televisi untuk menonton pentas khusus Tahun Baru Imlek yang menyajikan bintang-bintang paling kenamaan, baik dari daratan Tiongkok maupun dari Hong Kong dan Taiwan. Setiap tahun, tekanan yang amat besar dialami oleh saluran televisi untuk menyajikan yang terbaik, tetapi tentu saja acara yang amat istimewa tidak bisa hadir setiap tahun dan terus-menerus digemari. Karena itulah kini warga Tiongkok berkurang antusiasmenya untuk menonton siaran khusus ini.

Seiring dengan meningkatnya pendapatan warga Tiongkok dan bertambahnya beban pekerjaan, semakin banyak warga Tiongkok yang memilih untuk merayakan Tahun Baru Imlek bersama keluarga di restoran mewah dan hotel berbintang. "Sekarang di Beijing, atau lebih-lebih di Guangzhou, dua bulan sebelum Tahun Baru Imlek, semua restoran dan hotel telah penuh dipesan. Tidak ada lagi yang sempat memasak sendiri di rumah, terutama anak muda. Semua makanan dibeli dari luar," kata Huang Shunying.

Menurut Lily, salah seorang generasi muda Beijing, selain makan jiaozi di rumah bersama keluarga, yang biasa ia lakukan dalam Tahun Baru Imlek adalah berbelanja. "Toko-toko besar dan mall-mall banyak yang memberikan diskon besar misalnya 40% untuk pakaian-pakaian wanita. Karena itu saya dan teman-teman di hari kedua atau ketiga Tahun Baru Imlek suka pergi berbelanja," papar Lily. Ketika ditanya apakah ia juga gemar berkaraoke bersama teman-temannya, Lily mengatakan bahwa di Tahun Baru Imlek, hampir semua tempat karaoke sudah habis dipesan. Warga muda Beijing bisa merayakan Tahun Baru dengan menyanyi sampai jam 12 malam.