Sidang Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat ( MPPR ) dan sidang Kongres Rakyat Nasional yang diselenggarakan setiap tahun selalu dijadikan sebagai " medan perang " media dalam dan luar negeri untuk memperebutkan berita. Dulu saya pernah menontonnya di televisi, tapi tak menyelaminya sendiri. Pada hari pembukaan sidang MPPR, saya sungguh mengalami " medan perang " tanpa asap mesiu.

Dua jam sebelum dimulainya sidang MPPR, wartawan dari berbagai media sudah jauh berantri di Lapangan Tian'anmen untuk menerima pemeriksaan keamanan. Sebelum para anggota MPPR tiba, para wartawan beramai-ramai mengambil foto di lapangan dan Balai Agung Rakyat dan menikmati waktu senggang menjelang " perang ".

Kira-kira pukul dua keamrin sore, para anggota dengan menumpang bus berturut-turut tiba di Balai Agung Rakyat dan segera dikepung oleh para wartawan. Yang menjadi titik perhatian memang adalah para anggota tokoh kenamanan atau para bintang, misalnya Zhang Yimou, sutradara umum upacara pembukaan Olimpiade dan Mao Xinyu, cucu Ketua Mao Zhedong. Para anggota etnis minoritas yang mengenakan pakaian khas mejadi pemandangan yang khas pula, sehingga menarik sejumlah wartawan untuk melakukan wawancara atau mengambil foto. Sebagai seorang wartawan baru yang pertama kali meliput sidang MPPR, sewajarnya saya tak lincah seperti rekan-rekan yang berpengalaman, walau saya pun mengambil sejumlah foto, namun saya menyadari bahwa seseorang wartawan yang sukses perlu memiliki kemampuan tajam, cepat dan lincah dalam kondisi di mana wartawan lebih banyak dari pada penerima wawancara, memang larinya harus cepat pula. Dari sisi lain, sidang MPPR dan sidang KRN ternyata mengundang perhatian umum media di dalam dan luar negeri.