Sudah berjanji dengan anggota MPPR Uria untuk mewawancarainya pagi-pagi, namun saya tidak tahu bahwa kemarin dia bekerja sampai jauh malam. Acara selama sidang MPPR sungguh diatur padat, khususnya sebagai seorang anggota MPPR yang baru. Untuk menjalankan kewajibannya, setiap hari Uria selalu melakukan persiapan sepenuhnya. Sebagai seorang sutradara tingkat nasional dari etnis Uigur, Uria sangat mencintai pekerjaannya. Berbicara tentang pembuatan film, Urai mengatakan kepada saya, dulu karena keterbelakangan perlengkapan, perusahaan filmnya selalu menyewa perlengkapan untuk membuat film, lagi pula jumlah produksinya juga sangat sedikit. Sejalan dengan bertambahnya alokasi dana negara kepada daerah bagian barat selama beberapa tahun ini, pembangunan kebudayaan di daerah bagian barat juga mendapat dukungan kuat. Kini, film perusahaannya mendapat penilaian tinggi dan berulang kali memperoleh hadiah di luar negeri. Namun, yang mengkhawatirankannya ialah pasar film dalam negeri kini pada umumnya dikuasai oleh film komersial dengan biaya yang tinggi, film dengan biaya pembuatan kecil namun isinya menarik hanya menempati proporsi kecil saja. Uria berharap dapat menghasilkan sejumlah film iptek untuk para remaja, agar mereka mengenal sejarah dan budaya.

Selama sidang berlangsung, sejumlah anggota MPPR mengusulkan agar buku pelajaran SM diisi dengan Opera Peking, sementara menaruh perhatian pada pendidikan perasaan dan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi. Usulan mereka itu mengekspresikan pendidikan merupakan dasar pembangkitan negara.